YA'AHOWU !! SYALLOM.. Kata Yesus: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku. (Yoh. 14:6) FAOMASI ZOAYA

LABEL

Pencarian

MARILAH KITA MENJADI BERKAT MELALUI INTERNET, KIRIMKAN TULISAN ANDA YANG MEMBANGKITKAN IMAN, MEMULIHKAN, MEMBAWA JIWA & PERTOBATAN KEPADA TUHAN.

Senin, 19 September 2011

PERSIAPAN KEBAKTIAN KEBANGUNAN ROHANI

KKR atau Kebaktian Kebangunan Rohani biasa dipahami sebagai sebuah ibadah dengan tujuan khusus. Tujuan khusus ini biasanya menggemakan firman Tuhan yang disuarakan oleh penulis Kitab Tawarikh," ... dan umat-Ku, yang atasnya nama-Ku disebut, merendahkan diri, berdoa dan mencari wajah-Ku, lalu berbalik dari jalan-jalannya yang jahat, maka Aku akan mendengar dari sorga dan mengampuni dosa mereka, serta memulihkan negeri mereka." (2Taw 7:14). Tujuan KKR biasanya berkisar pada tiga hal : memperkenalkan berita pendamaian di dalam Yesus Kristus bagi mereka yang belum mengenal-Nya, memanggil umat Tuhan untuk mengalami pertobatan, dan memanggil jemaat untuk melayani Tuhan dengan lebih baik. Tujuan ini biasanya akan digemakan melalui apa yang biasa disebut sebagai altar call dengan pelbagai macam teknis pelaksanaannya. Altar call inilah yang biasanya menjadi titik perbedaan antara KKR dan ibadah rutin lainnya. 
Beberapa hal penting dalam rangka mempersiapkan dan melaksanakan KKR yang menarik dan menjangkau kaum muda.

1. Tentukan secara spesifik tujuan dan rentang usia pengunjung KKR.
Apakah KKR ini bertujuan untuk penginjilan? Panggilan pertobatan? Atau panggilan pelayanan? Banyak KKR menjadi kurang tajam menukik karena terbebani oleh tiga tujuan ini sekaligus. Apabila terbebani oleh tiga tujuan ini, pembicara pun biasanya akan mengalami kesulitan untuk berkhotbah secara spesifik dan gamblang. Penentuan tujuan KKR ini juga akan mempengaruhi corak KKR yang akan dilaksanakan. KKR untuk penginjilan dengan pengunjung yang tidak familiar dengan gereja tentu akan berbeda dengan KKR untuk jemaat dengan tujuan pertobatan atau pelayanan. Tidak kalah penting lagi adalah penentuan rentang usia pengunjung KKR. Penentuan secara spesifik rentang usia ini akan membantu pengkhotbah untuk mendaratkan beritanya dengan tepat. Selain itu, penentuan ini akan membantu penyelenggara di dalam menyusun mata acara dalam KKR yang sesuai dengan target usia pengunjung.

2. Persiapkan tim pendoa dan tim konselor. Kita menyadari bahwa pertobatan adalah pekerjaan Tuhan, oleh karena itu kita membutuhkan tim pendoa untuk memohon agar Tuhan berkenan untuk menyatakan anugerah-Nya. Tim pendoa ini bertugas selama masa persiapan dan pelaksanaan KKR. Sebaiknya di tim pendoa ini terdapat orang-orang yang berpengalaman untuk melayani pelepasan dari kuasa kegelapan. Kadangkala di dalam KKR, kuasa kegelapan memanifestasikan kuasanya melalui orang-orang tertentu. Hal ini biasanya dapat mengalihkan fokus pengunjung dari pemberitaan firman ke manifestasi aneh-aneh itu. Di sinilah tim pendoa bertugas untuk membawa orang-orang yang kerasukan itu ke ruang doa dan menengkin kuasa kegelapan itu. Ruangan yang ideal untuk tim pendoa selama KKR berlangsung adalah di bagian samping atau belakang dengan pandangan langsung ke ruang kebaktian.

Tim lain yang tak kalah pentingnya adalah Tim Konselor bertugas untuk melayani pengunjung yang memberikan tanggapan terhadap altar call. Pengunjung yang memberikan respons terhadap altar call seharusnya ditindaklanjuti dengan konseling singkat secara pribadi, segera setelah mereka memberikan respons. Sementara acara terus berlangsung, mereka yang merespons altar call diarahkan ke tempat konseling yang telah dipersiapkan sebelumnya. Tim konselor ini sebaiknya terdiri dari orangtua dan majelis jemaat yang memang dipersiapkan secara khusus. Jumlah minimal tim konselor ini adalah sebanyak 10 % dari jumlah pengunjung yang hadir. Jadi, apabila target pengunjung adalah 500 orang, maka jumlah tim konselor adalah sejumlah 50 orang. Jumlah sebanyak ini penting, supaya tiap orang yang merespons altar call dapat segera mendapatkan pelayanan secara pribadi, tanpa harus antri dan menunggu terlalu lama. Tim konselor ini juga bertugas untuk mengumpulkan data untuk tindaklanjut dari altar call.

3. Terdapat banyak cara untuk melakukan altar c
all. Penyelenggara KKR kaum muda harus berunding bersama dengan pembicara untuk menentukan teknis pelaksanaan altar call. Ketika pengkhotbah memberikan tantangan dan panggilan, pengunjung dapat memberikan respons dengan mengangat tangan, maju ke depan, atau respons secara tertulis. Semua jenis respons ini sama baiknya, karena yang terpenting adalah hati yang menyambut berita firman Tuhan. Satu hal yang harus diperhatikan adalah jangan mengukur keberhasilan KKR dengan air. Seolah-olah KKR berhasil ketika banyak orang mencucurkan air mata. Tidak. Air mata yang bercucuran belum menjadi bukti sebuah pertobatan. Bukti sebuah pertobatan adalah perilaku. Seringkali, hasil sebuah KKR tidak terlihat instan. Orang-orang yang merespons altar call tersebut mengalami penyadaran, dan perlahan tapi pasti, karena kuasa Tuhan, hidup mereka akan berubah.

4. Rancanglah sebuah sistem tindaklanjut (follow up) bagi mereka yang merespons altar call. Banyak gereja menyelenggarakan KKR dengan sangat baik, tetapi mereka tidak menyiapkan tindaklanjut bagi pengunjung yang merespons altar call. Tiadanya tindaklanjut ini dapat menyebabkan buah dari KKR tersebut tidak bertahan lama. Pilihan tindaklanjut yang dapat dilakukan adalah kelompok tumbuh bersama. Pilihan terbaik ini menuntut gereja juga untuk mempersiapkan calon-calon pemimpin kelompok tumbuh bersama ini. Rencana tindaklanjut ini dijelaskan kepada mereka yang memberikan respons pada altar call pada saat konseling singkat dilakukan.

Lima langkah ini perlu dipersiapkan dengan serius apabila kita ingin sebuah KKR menarik dan menjangkau jiwa-jiwa. Oh,ya satu hal lagi yang menjadi kesalahpahaman umum. Ada pendeta atau penginjil tertentu yang disebut punya karunia KKR (maksudnya untuk altar call), benarkah demikian? Tidak! Yang ada hanya pendeta atau penginjil yang sudah terbiasa melakukan altar call dan ada yang belum terbiasa. Baik yang biasa maupun yang belum terbiasa keduanya adalah hamba Tuhan yang diperlengkapi oleh kuasa Roh Kudus. Di dalam kekuatan kuasa-Nya, baik yang biasa maupun belum terbiasa sanggup dipakai Tuhan untuk menyatakan panggilan pertobatan.

Selamat menyelenggarakan KKR. Sumber: Wahyu Pramudya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih untuk Komentar Anda yang membangun, Semoga menjadi berkat bagi kita semua... Amin. GBU