YA'AHOWU !! SYALLOM.. Kata Yesus: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku. (Yoh. 14:6) FAOMASI ZOAYA

LABEL

Pencarian

MARILAH KITA MENJADI BERKAT MELALUI INTERNET, KIRIMKAN TULISAN ANDA YANG MEMBANGKITKAN IMAN, MEMULIHKAN, MEMBAWA JIWA & PERTOBATAN KEPADA TUHAN.

Jumat, 24 Agustus 2012

Puisi: Ketika Tuhan Berbicara


Aku berlari…
Langkah ini kubawa menuju jalan yang tak pasti
Harapanku tlah sirna, dan impian malah berbalik menghujamku
Membunuh sisi terdalam dari lubuk hatiku
Meninggalkan bekas luka yang tak tahu kapan kan bisa pulih
Aku bertanya…
Tuhan, dimana Kau saat semuanya terasa sakit
Namun hanya hening, diam, tiada suara apapun yang terdengar
“Kenapa, apa salahku? Dimanakah Kau berada,” pekikku dalam batin
Aku membutuhkanMu…..

Aku diam...
Tiada lagi kekuatan yang kumiliki untuk melawan keadaan
Tangisan menjadi kawan setia yang mengiringi hari-hari tanpa asa
Bagiku, duniaku tlah runtuh, dan tak ada lagi tempat yang tersisa untukku
Gelap dan kosong, kala kupejamkan mataku.

Dalam ketidakberdayaan, kuhempaskan jiwaku dalam keputusasaan
Terasa begitu sunyi dan sepi, hanya terdengar suara hujan dan desir angin
Namun tetesan air hujan seakan terasa membasahi tanah hatiku yang tandus
Dalam hening, kudengar suaraNya, berbisik melalui suara alam
“Jangan takut, kemanapun kau pergi, Aku akan selalu menyertaimu”


By : Kn14

Contoh-contoh Latihan Pemuridan Dalam Alkitab

Ketika hari siang, Ia memanggil murid-muridNya kepadaNya, lalu memilih dari antara mereka duabelas orang, yang disebutnya rasul (Lukas 6:13).
Bila seorang gembala sidang memperhatikan sidangnya, apa yang dilihat? Banyak macam kebutuhan. Barangkali ada orang yang belum menjadi Kristen. Ada orang yang sedang mencari-cari. Ada yang ingin tahu, dan ada sebagian yang telah dibawa ke gereja oleh seorang kawan yang menaruh perhatian. Ia melihat orang-orang yang berbeban berat dengan penderitaan dan orang-orang yang ditimpa tekanan-tekanan, keputusasaan, dan sakit hati.
Gembala sidang itu melihat orang-orang Kristen muda yang bergairah dalam kehidupan barunya dalam Kristus. Ia melihat orang Kristen lama yang sudah pernah mendengar tentang semua itu tetapi acuh tak acuh. Ia melihat orang-orang yang setia hadir dalam semua kegiatan gereja.
Gembala sidang itu melihat pengantin baru. Ia melihat mereka yang mengalami kesulitan dalam rumah tangganya. Ia melihat keluarga yang ada dalam kesukaran ekonomi; usahanya tidak berjalan lancar. Ia melihat usahawan yang berhasil dan suami yang kehilangan pekerjaan. Ia melihat petani yang menantikan hujan turun; kalau tidak, panennya akan gagal. Dan berbagai hal lainnya dilihatnya pada sidang itu.
Pada waktu pengkhotbah itu berdiri dihadapan orang-orang itu, terlintas dalam pikirannya : "Bagaimana dapat saya melayani orang-orang itu dan memenuhi kebutuhan mereka hanya dengan satu atau dua kali berkhotbah saja setiap minggu?" Mungkin setiap orang di dalam sidang itu masing-masing mempunyai kebutuhannya sendiri. Apa jawaban bagi soalnya itu?

Lirik: Kaulah Yang Terindah

Kau yang terindah
Di dalam hidup ini
Tiada Allah Tuhan yang seperti Engkau
Besar perkasa penuh kemuliaan

Kau yang termanis
Di dalam hidup ini
Ku cinta Kau lebih dari segalanya
Besar kasih setiaMu kepadaku

Reff:

Kusembah Kau ya Allahku
Kutinggikan lutut tak bertelut
Menyembah Yesus Tuhan rajaku.
(2x)

Lirik: Kaulah Harapanku

Bukan dengan kekuatanku
Ku dapat jalani hidupku

Tanpa Tuhan yang di sampingku

Ku tak mampu sendiri

Engkaulah kuatku

Yang menopangku


Reff:


Kupandang wajahMu dan berseru

Pertolonganku datang dariMu

Peganglah tanganku, jangan lepaskan

Kaulah harapan dalam hidupku.

Minggu, 19 Agustus 2012

Sejarah Singkat BNKP

Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Banua_Niha_Keriso_Protestan

Agama Kristen pertama-tama dibawa ke P. Nias oleh misi Katolik dari Prancis, yaitu Missions Etrangers de Paris, namun pekerjaan itu berlangsung singkat saja, dari 1832-1835.

Misi Protestan dimulai pada tahun 1865 oleh penginjil Jerman, E. Ludwig Denninger dari Rheinische Missions-Gesselschaft (RMG) pada tanggal 27 September 1865. Badan misi ini untuk sementara waktu dikeluarkan dari Kalimantan. Pada saat itu penduduk pulau itu memeluk agama leluhur.

Hingga tahun 1900, ketika pemerintah kolonial Belanda masuk, pertumbuhan gereja di sana berlangsung lambat sekali. Baptisan pertama dilakukan pada 1874. Sekitar 15 tahun kemudian (1890), jumlah orang Kristen yang telah dibaptis baru mencapai 706 orang. Jumlah ini bertambah hingga 20.000 orang pada 1915.

Dari 1915-1920 komunitas Kristen di Nias mengalami kebangunan rohani yang besar, sehingga terjadilah pertumbuhan yang sangat pesat. Pada tahun 1921 sudah 60.000 orang dibaptiskan - pertambahan sejumlah 40.000 orang hanya dalam waktu lima tahun.

Pada tahun 1936 Sinode BNKP yang pertama dibentuk dan hingga tahun 1940 dipimpin oleh seorang misionaris Jerman. Kebangunan rohani berikutnya (1938-1942, 1945-1949) tidak hanya melahirkan pertumbuhan tetapi juga perpecahan gereja (Fa’awösa khö Geheha and Fa’awösa khö Jesu).

Sementara itu di Nias berkembang pula Gereja Advent dan Gereja Katolik Roma. Namun demikian BNKP tetap merupakan Gereja terbesar, yang mencakup 60% dari seluruh penduduk. Oleh karena itu, Gereja ini merupakan faktor yang penting dalam berbagai segi kehidupan masyarakat di pulau itu. Gereja ini boleh dikatakan mempersatukan masyarakat Nias menjadi satu kesatuan etnik dan bahasa. Bahasa Nias utara dijadikan bahasa Alkitab dan Gereja. Alkitab lengkap dalam bahasa Nias diterbitkan pada 1913.

Saat ini, dari sekitar 500.000 penduduk, sekitar 73% beragama Kristen Protestan, 18% Katolik Roma, dan 7% beragama Islam, sementara sisanya memeluk agama leluhur.

(Catatan: Apabila ada data lebih akurat, maka kami sangat mengharapkan untuk di email kepada kami di bnkpbandungtimur@yahoo.co.id)

Puisi: Sore Ini Dengan Kau


sore ini, dengan Kau yang di sampingku
hembusan angin kembali mengacak rambutku
aroma tanah yang basah karena gerimis menyelinap dalam hidungku
aku merasa sejuk dan nyaman
ini masa yang menenangkan

sore ini, dengan Kau yang merangkulku
mataku menyeruak awan putih yang tipis
langit keemasan dengan matahari yang malu-malu bersembunyi
sinar yang lembut membuat rona pada pipiku
ini waktu yang melegakan

sore ini, kemboja merah muda mekar di pekarangan
daun yang hijau tua mengisi batang yang coklat dan kuat
Kau memetik satu kamboja dan menyelipkannya di rambutku
ini saat  yang menyenangkan

nanti, bila aku tidak dapat menemukan sore dengan angin yang mengacak rambutku
atau sore dengan matahari yang malu-malu
aku akan mengingat, bahwa sore yang sejuk itu ada
nanti, bila kamboja merah muda sudah layu
bahkan daun hijau tua tidak lagi melilit batang kecoklatan
aku akan mengingat, warna kesayangan di sore yang tak terlupakan

nanti, nanti…
bila sore yang teduh sudah tidak ada
maukah Kau tetap bersama-Ku?
kalau-kalau seperti tidak ada lagi yang menyukakanku
maukah Kau tetap erat menggenggam dan merangkulku?
seperti ini, dengan atau tanpa sore hari
dengan Kau, itu lebih dari cukup untukku


By: http://fos-community.com

Puisi: SAAT SEMUA PINTU TERTUTUP


Telah lama aku menangis
Meminta-Mu membukakan satu pintu untukku
Pintu yang dapat kumasuki ‘tuk berjaya
Menyatakan Kau-lah Tuhanku

Tetapi ‘ku tak sanggup menggerakkan hati-Mu
Saat Kau menutup pintu tak ada yang dapat membukanya
Sekalipun aku meraung-raung dan menangis tak henti
Serta berkata, ‘Bukankah Kau, Tuhanku?’

Sekarang aku kelu
Airmata kering menjadi isak tertahan
Seperti pengemis yang mengais pengasihan Tuhan-ku
Berharap Ia tak menolak aku

Dalam diam hatiku menjerit
Tuhan janganlah Kau lupakan aku
Tak Kau lihatkah aku telah lama menunggu di sini?
Janganlah Tuhanku membuang aku

Pintu-pintu yang ingin kulalui masih tertutup
Tuhanku, aku sudah tak mengharapkannya lagi
Namun jika Tuhanku tutup pintu hati Tuhan
Bagaimana aku menyangkali cinta ini?

Sumber: http://creativege.wordpress.com

Perjalanan Injil di Nias dan Kondisi Terkini

Oleh: Pdt. Foluaha Bidaya, S.Th, M.Div*

Dengan mengingatkan kembali sejarah masuknya Injil di Kepulauan Nias, paling tidak akan melahirkan dua respon bagi setiap umat Kristen yang membaca, pertama, rasa syukur dan terima kasih kepada Tuhan Allah Bapa di surga atas kasih, anugerah dan kemurahanNya yang telah menyelamatkan sebagian besar masyarakat Kepulauan Nias menjadi umat tebusan-Nya. Kedua, introspeksi diri dan evaluasi mengenai kehidupan Kekristenan di Kepulauan Nias sebagai hasil dari berita Injil sejak awal hingga pada masa kini.

Masuknya Injil di Kepulauan Nias
Masuknya Injil di Kepulauan Nias tidak terlepas dari titik tolak penginjilan sedunia, yaitu ”Amanat Agung Tuhan Yesus”. Dalam Matius 28:19–20,dikatakan ”Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.Dalam bahasa Li Niha: ”Mi’ae’e,  mibali’ö nifaha’ö fefu soi, wamayagö idanö ya’ira ba döi Nama ba ba döi Nono ba ba döi Geheha Ni’amoni’ö.”

Pada umumnya, kita harus akui secara jujur bahwa masuknya Injil yang melahirkan gereja-gereja Kristen Protestan di Indonesia berboncengan dengan misi kolonial Belanda (VOC) sekitar abad ke-16.
Demikian halnya di Pulau Nias dan pulau-pulau sekitarnya sebagai salah satu daerah kepulauan di tepi barat Pulau Sumatera yang menyimpan berbagai potensi yang terpendam dan terabaikan selama ratusan tahun sebelum Injil masuk, dapat dicatat bahwa masuknya Injil yang melahirkan gereja-gereja Kristen Protestan di Kepulauan Nias dibawa oleh lembaga misi dari Jerman, yaitu: Rhenische Mission Gesellschaft (RMG) yang saat ini dikenal dengan nama Vereinte Evangelische Mission” (VEM), dalam bahasa Inggris United Evangelical Mission (UEM)  dan badan misi dari Belanda, yaitu: Amsterdamer Lutherische Mission yang keduanya  berbonceng dengan VOC atau paling tidak diberi kemudahan-kemudahan oleh kolonial Belanda saat itu, untuk memberitakan Injil Keselamatan di kepulauan Nias.
Satu nama yang patut dicatat dan tak pernah bisa dilupakan, sebagai orang pertama yang pembawa berita Injil di kepulauan Nias, ia tiba di Gunungsitoli pada tanggal 27 September 1865, yaitu E.L. Denninger. Menurut sejarah bahwa E.L. Denninger awalnya ia diutus oleh badan misi dari Jerman untuk memberitakan Injil di Kalimantan, tetapi karena terjadinya perang suku di Kalimanatan  mengakibatkan terancamnya pula hidup para misionaris, termasuk E.L.Denninger, ia memutuskan untuk pindah ke Padang. Di Padang E.L. Denninger bertemu dengan orang-orang Nias, ia belajar bahasa dan budaya Nias. Akhirnya ia memutuskan untuk datang ke Pulau Nias.
Dapat dicatat bahwa Injil keselamatan yang dibawa oleh E.L. Denninger menghasilkan buah. Masyarakat Nias yang sebelumnya menganut kepercayaan pribumi yang dikenal dengan ”pelebegu”, yaitu penyembahan berhala yang berwujud pada kepercayaan terhadap dewa-dewa dan roh-roh nenek moyang, secara bertahap mulai percaya pada berita Injil, mereka menerima Yesus Kristus Juru Selamat dan penebus dosa umat manusia (Kisah Para Rasul 4:12), lalu mereka memberi diri dibaptis.
Karena respons positif masyarakat Nias terhadap berita Injil, E.L. Denninger melaporkan hal tersebut di Jerman dan meminta agar RMG mengutus missonaris lainnya untuk membantu ”penuaian” di kepulauan Nias. Beberapa stasiun misi didirikan, misalnya di Telukdalam dimulai tahun 1886 oleh J.W. Thomas, di Pulau Tello dibuka oleh P.J. Kersten dari Belanda tahun 1889, di Hinako dibuka oleh W. Hoffmann tahun 1899, di Sirombu dibuka oleh A. Pilgenroder tahun 1902, di Lawelu dibuka oleh H.Lagemann tahun 1919, di Lahewa dibuka oleh D. Babfeld tahun 1925 dan lain-lain.
Dari semua hasil penginjilan yang dilakukan lahirlah denominasi Gereja BNKP dan dari BNKP lahir pula denominasi yang lain, seperti AFY, ONKP, AMIN, BKPN dan GNKP-Indonesia serta lainnya.
Tidak mudah menerobos kepercayaan lama dan budaya Nias yang begitu ketat dengan strata sosialnya. Namun, karena kuasa Roh Kudus (Kisah Para Rasul 1:8) dan ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh para misionaris telah mampu membawa Injil ke pintu hati masyarakat Kepulaun Nias sehingga sampai saat ini Kekristenan menduduki posisi sekitar 97 persen.

Lirik: Kaulah Kuatku

Meskipun musuh di depanku
Rintangan menghadang langkahku

Ku tahu sungguh, Engkau bersamaku


Beribu rebah di kiriku

Berlaksa di sisi kananku

Ku tahu janjiMu, Engkau bersamaku


Tak pernah giyah keyakinanku

Pada diriMu, Yesus Tuhanku

Tiada yang seperti diriMu


Reff:


Kaulah kuatku, kebanggaanku

Gunung batu dan keselamatanku

Kuat tanganMu, perlindunganku

Kaulah Allah sumber kemenanganku.

Lirik: KepadaMU ku Berdoa


KepadaMu kuberdoa dan kupinta
Ulurkanlah tangan kasihMu padaku

Karna kutahu Kau selalu disisiku

Oh Tuhanku dengarkanlah doaku kepadaMu


Berikanlah dan tunjukkan kuasaMu

Tabahkanlah dan kuatkanlah imanku

Jadikanlah aku ini hamba setiaMu

Agar dapat aku hidup selalu disisiMu


Karna kutahu, kutahu pasti oh Tuhan

Apapun juga didunia ini

Tanpa kau Tuhan semuanya takkan berarti

Oh Tuhanku dengarkanlah doaku kepadaMu.

Sabtu, 18 Agustus 2012

Memuji Tuhan KARENA dan bukan SUPAYA

Lalu kata Maria: “Jiwaku memuliakan Tuhan, dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku, (Lukas 1:46-47)

Apakah kita memuliakan Tuhan Allah SUPAYA Dia baik dan mmberkati kita atau KARENA Dia baik dan memberkati kita? Bila kita perhatikan nyanyian pujian Maria di atas dan mazmur-mazmur yang ada dalam Alkitab, orang-orang beriman memuji TUHAN bukan supaya ….. tetapi karena…. Dengan kata lain berbeda dengan banyak agama lain, bagi kita nyanyian dan musik gereja bukanlah stimulans, perangsang, atau pemancing aktifitas Tuhan namun respons atau tanggapan kepada karyaNya. Bukan pujian kita yang membuat Tuhan memberikan atau melimpahkan berkatNya kepada kita. Yang benar: berkat dan kebaikanNya itulah yang mendorong kita memuji Tuhan. Bukan pujian kita yang membuat Tuhan nampak besar dan mulia. Namun kemuliaan dan kebesaran Tuhan itulah yang menggerakkan kita memuliakan namaNya.

Bila kita perhatikan isi syair nyanyian Maria maka alasan atau motivasi Maria memuliakan Tuhan juga bukan supaya Tuhan baik atau memperhatikan dia, tetapi justru karena Tuhan telah memperhatikan kerendahan hambaNya itu. Bukan supaya diselamatkan namun karena telah diselamatkan. Sebab itulah pujian itu sangat tulus dan murni, sebab keluar dari hati dan pengalaman yang sangat dalam berjumpa dengan kebaikan dan kebesaran Tuhan. Tak ada pamrih dalam pujian Maria. Pujiannya sungguh-sungguh pujian. Itulah juga seyogianya yang menjadi motivasi pemujian kita pada hari-hari raya Natal ini. Allah telah mengutus PutraNya membebaskan dan memulihkan hidup kita. Allah telah hadir dan tinggal di antara kita. Allah telah memberikan RohNya. Allah telah menunjukkan kebesaran kasihNya. Sebab itu tidak bisa tidak kita pun terdorong untuk memuji dan memuliakan namaNya.

Rabu, 08 Agustus 2012

Bagaimana Gereja Anda Dapat Menginjili?

Para pemimpin telah sering menekankan pertobatan, namun kunci penginjilan saat ini adalah pra pertobatan.
Saya bertanya kepada salah seorang wanita yang akan segera dibaptis, "Sudah berapa lamakah Anda berbakti di gereja ini?" "Dua tahun." "Kapan Anda bertemu Tuhan Yesus secara pribadi?" "Dua minggu yang lalu."
Saya merasa tergugah untuk mengetahui lebih lanjut. Seusai kebaktian, saya mencari wanita tadi dan bertanya, "Anda perlu memberitahukan kepada saya: Apakah Anda datang di gereja ini setiap minggu selama dua tahun, ataukah hanya sekali setahun, atau yang lainnya?" "Saya datang hampir setiap minggu." "Dan Anda baru menerima Kristus dua minggu yang lalu?" "Benar." "Saya tidak ingin membuat Anda merasa sedih," tutur saya, "tetapi mengapa Anda menunggu begitu lama?" "Keluarga saya mulai menjadi Kristen dan kemudian goyah. Saya telah mengalami aborsi tiga kali dan masalah obat-obatan. Saya menghadiri sebuah sajian acara musik gereja dengan seorang teman, dan ia mengajak saya datang di kebaktian-kebaktian penyembahan. Saya telah mendengar bahwa di tempat inilah saya akan dikasihi dan diterima sebagaimana adanya saya. Tetapi, memerlukan waktu yang cukup lama bagi saya untuk dapat meyakininya."
Pada tahun 1990-an, orang-orang tak bergereja di Amerika yang menerima Kristus biasanya melewati suatu "fase pra pertobatan" yang panjang. Kami mendapati bahwa sebagian besar jemaat mengikuti sedikitnya empat peristiwa penjangkauan sebelum mereka hadir di suatu kebaktian secara teratur. Fase pra pertobatan ini mungkin berlangsung setahun sampai dua tahun, dan ditandai dengan kehadiran secara sporadis.

Mengapa?
Pada saat orang-orang yang belum bergereja hadir dalam gereja kami, mereka berada pada suatu titik awal yang berbeda bila dibanding dengan golongan orang yang belum bergereja 50 tahun yang lalu. Golongan orang yang belum bergereja itu adalah kaum relativis yang sempurna, yang telah menerima pluralisme sampai batas yang tak masuk akal, dan tidak dapat menerima bagaimana Alkitab dapat memiliki kewenangan mutlak (bersifat otoritatif) dalam hidup mereka.
Mereka memerlukan suatu tahap pra pertobatan yang seksama dan seringkali membutuhkan waktu lama, sehingga mereka dapat membangun kepercayaan kepada kita, membangun otoritas Alkitab, dan hubungan- hubungan yang erat. Kami harus menghormati fase itu. Golongan orang yang belum bergereja dewasa ini tidak mempercayai gereja, dan mereka perlu datang dan hanya mengamati diri kami untuk sementara waktu.
Perbedaan terbesar antara sebuah gereja yang berhasil dalam penjangkauan dan yang kurang berhasil adalah: "Di manakah Anda bersedia untuk memulai dengan mereka, dan sampai kapankah Anda akan bersabar bersama mereka selama fase pra pertobatan?"
Selama bertahun-tahun kami telah banyak berdoa, mengadakan riset, dan uji coba di dalam menolong jemaat mengatasi rintangan-rintangan yang tinggi di antara mereka dan iman Kristen.

Fokus pada "Mengajak-dan-Mengikutsertakan"

Jangan Kamu Menghakimi, Supaya Kamu Tidak Dihakimi

Khotbah oleh Pendeta Eric Chang

Matius 7:1-5 -
Hari ini, kita mempelajari pengajaran dari Tuhan Yesus di dalam Matius 7:1-5. Dan sebagaimana yang kita baca, Tuhan Yesus berkata:
"Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi. Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu. Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui? Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Biarlah aku mengeluarkan selumbar itu dari matamu, padahal ada balok di dalam matamu. Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu."

Di sini Tuhan Yesus memberi kita beberapa pengajaran yang sangat penting berkaitan dengan hubungan antara sesama di dalam gereja. Minggu lalu, kita sudah membahas tentang hubungan antara setiap orang Kristen dengan Allah. Dan hari ini, Tuhan Yesus membawa perhatian kita ke arah lain, yakni hubungan antara sesama. Kedua hal ini, hubungan kita dengan Allah dan hubungan kita antara sesama, secara langsung saling berkaitan. Apa itu hubungan yang sejati di antara orang Kristen atau haruskah setiap orang Kristen saling berhubungan di antara sesama mereka? Di sini Ia memberi kita peringatan dan dorongan.

Orang yang Menghakimi akan Menghadapi Penghakimannya Sendiri

Sabtu, 04 Agustus 2012

Memulai Mezbah Keluarga Untuk TUHAN

Oleh: Snk. Ir. Sadoki Waruwu., M.A. 
(Ketua BPMJ BNKP Jemper Bandung Timur)

Membangun mezbah keluarga bagi TUHAN berkaitan dengan tujuan-tujuan TUHAN dalam hidup saya.  Untuk mencapai tujuan Tuhan dalam hidup saya, sangat perlu yang namanya catatan harian yang di dalamnya mezbah keluarga terutama doa penyembahan pribadi berada ditempat pada urutan pertama. Doa penyembahan saya tentu melakukan terus menerus selama hidup saya, karenanya menyangkut jangka panjang sehingga sangat dibutuhkan prioritas dalam jangka panjang. Saya perlu membuat sebuah daftar yang berisi prioritas-prirotas yang disusun dalam urutan kepentingan.
Semua orang memiliki prioritas. Saya tidak menggurui siapa pun tentang hal prioritas. Saya memiliki prioritas hidup dan sudah menerapkannya. Saya mendapatkan banyak manfaat di dalamnya. Saya hanya ingin berbagi berkaitan dengan mezbah keluarga ini.
Bagi saya prioritas pertama, yang terpenting adalah meluangkan waktu dengan Allah. Saya menghabiskan sejumlah waktu khusus setiap pagi berbicara dengan Tuhan. Saya tidak pernah meninggalkan rumah selama beberapa jam untuk berdoa. Artinya, hubungan saya beres dengan Tuhan, urutan prioritas lainnya akan juga beres bersama Dia. Mengantar anak-anak, kerja ke toko atau kantor, ke gereja atau pelayanan lain harus dilakukan setelah komunikasi dengan Dia. Waktu dan jumlah waktu yang saya dan anda habiskan untuk berdoa mungkin berbeda tapi intinya adalah melakukan seperti itu dengan setia setiap pagi.
Saya mengambil waktu berdoa mulai pukul tiga pagi sampai pukul lima, karena mulai pukul lima sudah khusus untuk persiapan anak-anak pergi ke sekolah. Bagi saya tidak mungkin harus berdoa pukul lima karena anak-anak harus pergi ke sekolah. Karena itu, harus tidur pukul sepuluh malam sampai pukul tiga pagi sehingga ada waktu tidur sekitar lima jam. Bagi orang dewasa jumlah tidur itu sudah cukup.
Prioritas kedua saya adalah anak-anak dan istri. Tidak peduli betapa mendesaknya hal-hal lain. Saya mengurus hal lain itu, hanya setelah menghabiskan cukup waktu dengan keluarga saya. Prioritas ketiga saya adalah tujuan saya, pelayanan saya, pengembangan pribadi saya. Jadi saya tekankan sekali lagi urutan prioritas saya adalah pertama,Tuhan. Kedua,  keluarga saya dan ketiga adalah pelayanan, pengembangan pribadi, hobi atau pekerjaan saya.

Jumat, 03 Agustus 2012

Lirik: Ku Siapkan Hatiku Tuhan

Kusiapkan hatiku Tuhan
Tuk dengar firmanMu saat ini

Ku sujud menyembahmu tuhan

Masuk hadiratmu saat ini


Bagi jemaahku saat ini

Kusiapkan hatiku Tuhan

Tuk dengar firmanMu


Firmanmu Tuhan

Tiada berubah

Dahulu sekarang selama-lamanya

Tiada berubah


Firmanmu Tuhan

Penyelamat hidupku

Ku siapkan hatiku Tuhan

Tuk dengar firmanMu.

Lirik: Ku Terkagum

Bila ku buka mataku
Dan lihat wajahMu

KU TERKAGUM


Bila kulihat hidupku

Dan karya tanganMu

Ku tersanjung


Kar’na semua yang baik

Dalam hidupku

Itulah karyaMu

Kau b’ri k’sempatan yang baru