YA'AHOWU !! SYALLOM.. Kata Yesus: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku. (Yoh. 14:6) FAOMASI ZOAYA

LABEL

Pencarian

MARILAH KITA MENJADI BERKAT MELALUI INTERNET, KIRIMKAN TULISAN ANDA YANG MEMBANGKITKAN IMAN, MEMULIHKAN, MEMBAWA JIWA & PERTOBATAN KEPADA TUHAN.

Sabtu, 12 Juli 2014

Roh yang Membangkitkan Kekuatan

“Karena itulah kuperingatkan engkau untuk mengobarkan karunia Allah yang ada padamu oleh penumpangan tanganku atasmu.” (2 Tim.1:6). Paulus memperingatkan Timotius untuk mengobarkan karunia Allah yang ada padanya. Kata “mengobarkan” berarti ada tindakan aktif mengobarkan karunia yang ada di dalam kita. Sebenarnya, masing-masing kita telah diberi karunia. Namun, seringkali yang membuat karunia kita tidak efektif adalah sifat melankolis kita yang suka meratapi nasib, suka meratapi keadaan, dsb, sehingga kita tidak mempercayai firman Allah.

“Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban.” (2 Tim.1:7). Ternyata “ketakutan” itu bukan sekedar perasaan, tetapi roh. Apa yang engkau takutkan, biasanya itu yang terjadi padamu. Jadi selidikilah hatimu, masih adakah roh ketakutan di sana? Allah tidak memberikan roh ketakutan pada kita. Allah memberikan kepada kita roh yang membangkitkan kekuatan, kasih, dan ketertiban. Kuat menghadapi kehidupan, sanggup menghadapi tantangan. “Sebab itu, hai anakku, jadilah kuat oleh kasih karunia dalam Kristus Yesus.” (2 Tim.2:1).
Ada seorang hamba Tuhan yang mencoba menghitung kata: “jangan takut”, “jangan kuatir”, “jangan gentar” di dalam Alkitab, ternyata jumlahnya ada 367 kali. Berarti jumlahnya masih lebih banyak daripada jumlah hari dalam satu tahun yang hanya 365 hari.

Karena itu, kobarkan karunia keberanian itu (aktif). Ketakutan itu awalnya adalah sebuah perasaaan, tapi lama kelamaan menjadi sebuah roh, sampai akhirnya engkau sudah dikuasai ketakutan itu (paranoid). Jika dibiarkan terus, roh itu bisa menghancurkan hidupmu.

PUASA & MENJADI SEHAT




Memasuki masa doa puasa, kita perlu mengerti cara berpuasa yang sehat, supaya kita mencapai tujuan puasa kita, yaitu: menantikan-nantikan Tuhan dan memiliki tubuh yang sehat. Sekarang, puasa sudah menjadi terapi dari kedokteran modern. Ada penyakit-penyakit tertentu yang obatnya adalah puasa.

Kita selalu berdoa agar menerima: “Umur panjang dan sehat di tangan kanan, kekayaan dan kehormatan di tangan kiri.” Di dalam Alkitab tertulis bahwa Tuhan berjanji pada umat-Nya: “Jika kamu sungguh-sungguh mendengarkan suara Tuhan, Allahmu, dan melakukan apa yang benar di mata-Nya, dan memasang telingamu kepada perintah-perintah-Nya dan tetap mengikuti segala ketetapan-Nya, maka Aku tidak akan menimpakan kepadamu penyakit manapun, yang telah Ku-timpakan kepada orang Mesir; sebab Aku Tuhanlah yang menyembuhkan Engkau.” (Keluaran 15:26). Dari firman tersebut, jelas sekali bahwa Tuhan menginginkan kita memiliki tubuh yang sehat. Jika ada seseorang yang berpuasa tapi tubuhnya justru tambah gemuk, berarti ada yang salah dengan caranya berpuasa. Banyak orang berpuasa tetapi semakin gemuk karena:
-          Tidak memperhatikan komposisi makanan saat breakfast (buka puasa).
Ketika buka puasa justru makan sebanyak-banyaknya, sehingga buka puasa menjadi ajang “balas dendam” (pelampiasan) dengan cara menambah porsi makan. Ketika berpuasa organ bagian dalam tubuh kita sedang beristirahat, sehingga ketika dimasuki jumlah makanan yang begitu banyak, organ tersebut jadi bekerja keras mengolahnya. Jadi hal itu tidak baik untuk kesehatan kita.
-          Tidak memahami prinsip puasa: “Mengurangi kuantitas makanan yang masuk dalam tubuh”.
Jika kita sungguh-sungguh mengurangi kuantitas makanan yang masuk, maka seharusnya tubuh menjadi kurus sesudah puasa.
-          Prinsip salah: “Menggeser jam makan.”
Puasa yang benar lamanya berkisar: 15-16 jam, 18 jam, 20 jam, 24 jam (lamanya puasa tergantung kondisi kekuatan tubuh kita, dan juga komitmen kita pada Tuhan). Kata breakfast berasal dari kata break-a-fast (berbuka puasa), karena orang-orang Kristen pada gereja mula-mula biasa berpuasa dengan tidak makan malam. Mereka berbuka puasa pada pagi hari, kebiasaan makan di pagi hari inilah yang sekarang kita sebut breakfast (sarapan).  

Berseru Kepada Yesus


Problem manusia di sepanjang jaman terangkum dalam Mazmur 107 tentang “Nyanyian syukur dari orang-orang yang ditebus Tuhan”. Sesungguhnya jawaban untuk semua problem itu ada dalam Yesus Kristus. Kekristenan bukan sekedar agama, melainkan Tuhan yang menjadi manusia di dalam pribadi Yesus Kristus. Kenapa Tuhan harus menjadi manusia?



Hubungan Allah dan manusia bisa digambarkan seperti Anda yang melihat seekor semut yang berada dalam bahaya. Di dunia, semut berjalan ke sana ke mari tanpa arah yang jelas, sampai akhirnya semut itu berada di ujung jurang kematian yang bisa membahayakan nyawanya. Anda akan mencoba berkata pada semut agar menghindar dari tempat berbahaya itu, tapi semut tidak mengerti bahasa kita. Anda mencoba menolong dengan tangan kita, tapi semut itu malah naik ke tangan kita dan terus berjalan. Akhirnya, untuk menyelamatkan semut itu, Anda harus menjadi seekor semut dan terjun ke dunia semut itu, kemudian berbicara dengan bahasa semut itu untuk menyelamatkannya. Seperti itulah tugas yang dilakukan Yesus Kristus pada umat manusia. Yesus harus menjadi manusia dan berkata-kata dalam bahasa manusia sehingga mereka mengerti dan diselamatkan.  

“Ada orang-orang yang mengembara di padang belantara, jalan ke kota tempat kediaman orang tidak mereka temukan; mereka lapar dan haus, jiwa mereka lemah lesu di dalam diri mereka.” (Mzm.107:4-5). Inilah gambaran manusia yang hidupnya mengembara dan tersesat sebelum bertemu Tuhan. Saat ini banyak orang yang berjalan di jalannya sendiri, mereka mencoba mencari kepuasan hidup lewat sex, narkoba, agama-agama, ramalan, hipnotis, seminar motivasi, dsb. Namun semua itu tidak bisa mengubah hidup manusia, jiwa mereka tetap lapar, sebab yang bisa mengubah manusia adalah kuasa Tuhan. Ingat, Kerajaan Allah bukan terdiri dari perkataan, tapi dari kuasa!

“Maka berseru-serulah mereka kepada TUHAN dalam kesesakan mereka, dan dilepaskan-Nya mereka dari kecemasan mereka.” (Mzm.107:6). Di dunia ini ada banyak jalan yang dikatakan menuju kebaikan, bahkan semua agama mengajarkan hal-hal yang baik dan berusaha menunjukkan jalan menuju sorga. Namun Yesus tidak menunjukkan jalan menuju sorga, melainkan Ia mengatakan bahwa Dialah jalan menuju sorga. Barangsiapa percaya pada Yesus akan memperoleh hidup yang kekal. Pastikan bahwa Anda sudah menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat secara pribadi. Berserulah pada Yesus agar hidup Anda diselamatkan! Kekristenan bukan agama, tetapi hubungan pribadi kita dengan Tuhan.

Saya Bangga Mengenal Yesus



Meskipun tak memiliki harta di dunia, namun dapat mengenal dan merasakan cinta Tuhan Yesus merupakan anugerah terindah yang pernah dirasakan oleh Rasiman (62). Sungguh, semua itu tak mampu dibandingkan dengan yang lain. Karena cinta Yesus telah mengubahkan hidupnya menjadi lebih berarti. Inilah kisah perjuangannya dalam mengenal Sang Juruselamat. 

31 Desember 1949 silam, tepatnya di Kebumen, Jawa Tengah saya lahir ke dunia ini dari keluarga yang belum mengenal Yesus. Keluarga saya sangat meyakini ajaran kejawen (Jawa). Jika ada hal-hal aneh yang terjadi dalam hidup kami, biasanya kami berkonsultasi pada dukun (orang pintar). Hal itu berlaku sejak saya kecil hingga dewasa.

Keadaan pas-pasan orangtua saya, membuat saya hanya dapat menikmati pendidikan sampai kelas 6 SD. Setamat sekolah saya harus bekerja. Mulanya bekerja pada paman, membantu beliau berdagang kelontong. Namun semangat muda yang sangat menggelora, membuat saya tergoda untuk merantau ke Jakarta seperti yang dilakukan beberapa teman saya.

Di Jakarta, saya tidak mempunyai kerabat atau saudara. Yang ada hanya keluarga teman sekampung. Mengawali perjuangan di Jakarta, saya menginap di rumah seorang teman sekaligus membantu keluarganya berdagang. Namun, karena berbagai banyak hal, akhirnya saya memutuskan bekerja sebagai kuli bangunan dan tinggal di bedeng (rumah sementara yang disediakan mandor bangunan di area bangunan).

Bekerja sebagai tukang bangunan kala itu, membuat penghasilan saya jauh lebih baik. Hal ini membuat saya berani menikahi seorang wanita dari kampung halaman, dan membina rumah tangga bersamanya. Setelah kami menikah, kami menyewa sebuah rumah kontrakan.