YA'AHOWU !! SYALLOM.. Kata Yesus: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku. (Yoh. 14:6) FAOMASI ZOAYA

LABEL

Pencarian

MARILAH KITA MENJADI BERKAT MELALUI INTERNET, KIRIMKAN TULISAN ANDA YANG MEMBANGKITKAN IMAN, MEMULIHKAN, MEMBAWA JIWA & PERTOBATAN KEPADA TUHAN.

Rabu, 28 November 2012

LIPUTAN RETREAT MAJELIS BNKP JP BANDUNG TIMUR, KAMIS, 15 NOV 2012

Diliput oleh: Ben Lase (Ama Evan Lase)

Dalam upaya Meningkatkan Mutu Pelayanan yang berkualitas untuk Kemajuan BNKP Jemper Bandung Timur, maka sudah cukup lama direncanakan untuk melaksanakan Acara Retreat Majelis. Akhirnya, hari yang direncanakan itu tiba jua.

Rombongan Para Majelis BNKP Bandung Timur berkumpul di tempat yang telah disepakati di Ruko Parakan Saat (kantor Bpk. Ama Rizki Zebua) pada hari Rabu, 14 November 2012, pukul 19.00 Wib. 
Yang menghadiri Acara ini adalah: Bpk. Pdt. Herianus Telaumbanua, S.Th, Bpk. Snk. Ir. Sadoki Waruwu, M.A., Bpk. Snk. Asaeli Waruwu, Bpk. Eben Ezer Lase, Bpk. Abadi Gulo, Bpk. Snk. Edieli Zebua, Bpk. Snk. Anuari Gea, Sdra. Damin Gea, Sdra. Romanus Lase, Ibu Cahyani Pattiwi, Ibu Sudilia Zebua, A.MKes, Bpk. Agustan Harefa, S.E., Bpk. Agus Iswahyudi, B.Th. dan Bpk. Yasman Zebua, serta beberapa anggota keluarga.
Dengan mengendarai 3 buah mobil, rombongan menuju ke Villa PT. Abra di Cipanas, Bogor, dimana Villa ini telah diizinkan digunakan oleh Bapak Sahala Hutabarat.
Rombongan sering berhenti di pinggir jalan untuk sekedar istirahan atau makan, dan sebagainya. Akhirnya sampai di Villa sekitar jam 23.00 Wib. Sebelum tidur, dilakukan doa syukur.

Acara pada hari Kamis, 15 November 2012 mulai diadakan pada jam 07.30 pagi. Sebelumnya Saat Teduh, Mandi dan Sarapan pagi.


Jadwal Acara selanjutnya sebagai berikut:
Session I tentang "INTEGRITAS PELAYAN" yang disampaikan oleh Bpk. Snk. Ir. Sadoki Waruwu, M.A. Acara diakhiri dengan Diskusi tentang bagaimana Integritas seorang Pelayan.



Session II tentang "PROGRAM BNKP DAN PENERAPANNYA DI BNKP JEMPER BANDUNG TIMUR" yang disampaikan oleh Bpk. Pdt. Juliman Harefa, M.Div.,Th.M. (Resort 45).
Acara diakhiri dengan Penentuan Visi dan Misi Pelayanan dan Penjabaran Kerja serta Diskusi.



Session III tentang "BAYAR HARGA" yang disampaikan oleh Bpk. Ev. Agus Iswahyudi, B.Th. dilanjutkan Acara Tantangan Pelayanan oleh Bpk. Pdt. Herianus Telaumbanua, S.Th. 

Beberapa momen lainnya dapat dilihat dari foto di bawah ini:






Puji Tuhan, karena kasih, perlindungan dan anugrahNya, semua acara berlangsung dengan baik, terjadi pemulihan dan semangat baru untuk lebih sungguh-sungguh lagi melayani Tuhan dan jemaatNya.

Selasa, 27 November 2012

Kesaksian: Tidak Ada Kata Terlambat Untuk Bertobat

Saya Lukas Bundiyanto, anak pertama dari lima bersaudara. Kehidupan saya yang hancur berantakan di Bali. Sebenarnya saya minggat ke Bali karena papa saya marah setelah mengetahui saya suka ke tempat pelacuran di Magelang.

Kebiasaan ini saya ulangi lagi ketika saya sudah bekerja di Bali dan tidak hidup bersama dengan pasangan gay saya itu lagi. Jadi di Bali selain menjalani hubungan sesama jenis, saya juga beberapa kali pergi ke tempat pelacuran wanita. Semua jenis dosa sudah saya lakukan. Dari free-sex sampai nge-drugs. Hidup saya benar-benar hancur.

Awal mengenal kehidupan gay

Senin, 26 November 2012

Marah, Berdosakah?

Oleh : Ev. Esra Alfred Soru

Kemarahan bukanlah merupakan sesuatu yang asing dalam kehidupan manusia. Semua orang di dalam dunia ini pernah mengalami dan berkenalan dengan apa yang disebut sebagai kemarahan entah memarahi atau dimarahi baik dalam hubungannya dengan Tuhan, sesama maupun diri sendiri. Kalau sekiranya dapat dikatakan, kemarahan itu adalah hal yang sejajar dengan senyuman, tangisan, tawa dan hal lainnya yang merupakan hal yang vital dalam kehidupan ini.

 Namun persoalan yang harus dipikirkan dengan serius adalah ketika kemarahan itu diletakkan, ditinjau dan diinterpretasikan dari kaca mata etika Kristen. Ada begitu banyak orang Kristen yang berpandangan bahwa kemarahan itu adalah sebuah dosa (walaupun bukan sebuah dosa besar) dan juga lebih memandang positif orang yang kelihatannya tidak pernah marah (jarang marah) atau pandai menyembunyikan amarahnya daripada orang yang kelihatan atau diketahui amarahnya. Mungkin pendapat-pendapat semacam ini didasarkan pada beberapa ayat Alkitab yang memberi kesan agak negatif tentang kemarahan seperti Mazmur 37:8 : “Berhentilah marah dan tinggalkanlah panas hati itu, janganlah marah, itu hanya membawa kepada kejahatan“. Kolose 3:8 : “tetapi sekarang, buanglah semuanya ini yaitu amarah…” dan ayat-ayat lainnya.

 Dengan demikian pertanyaan yang perlu dibahas sekarang adalah “apakah kemarahan itu sebuah dosa?” Mungkinkah ayat-ayat seperti Mazmur 37:8 dan Kolose 3:8 membicarakan dan melihat kemarahan sebagai suatu dosa yang harus dibuang dan dihindari? Lalu bagaimana dengan kenyataan bahwa Allah juga marah? Bahkan kemarahan Allah itu selalu diikuti dengan penghukuman. Begitu besarnya amarah-Nya sehingga lebih tepat dikatakan sebagai “murka”. Mazmur 102:11 : “Oleh karena marah-Mu dan geram-Mu sebab engkau telah mengangkat aku dan melemparkan aku“. 2 Samuel 6:7 : “Maka bangkitlah murka Tuhan terhadap Uza, maka Allah membunuh dia di sana karena keteledorannya itu. Ia mati di sana dekat tabut Allah itu“. Alkitab juga menceritakan bahwa Yesus pernah marah. Markus 3:5 : “Ia berdukacita karena kedegilan mereka, dan dengan marah Ia memandang sekeliling-Nya…”. Markus 10:14 : “Ketika Yesus melihat hal itu Ia marah dan berkata kepada mereka…” dan mungkin kemarahan Yesus yang paling besar adalah ketika Ia mengobrak-abrik Bait Allah yang menurut-Nya telah dijadikan sebagai sarang penyamun (Yoh 2:13-25) bahkan ayat 15 berkata : “Ia membuat cambuk dari tali lalu mengusir mereka semua dari Bait suci dengan semua kambing domba dan lembu mereka; uang penukar-penukar uang dihamburkan-Nya ke tanah, dan meja-meja mereka dibalikkan-Nya“. Luar biasa! Ini adalah kemarahan dalam kualitas yang sangat tinggi.

 Jika kemarahan adalah sebuah dosa maka Allah dan Yesus adalah pendosa-pendosa besar sebab kemarahan Mereka berada dalam tingkatan yang sangat luar biasa. Tetapi bukankah Mereka itu mahasuci dan tak mungkin berdosa? Jika demikian maka persoalannya bukan terletak pada “apakah Allah berdosa atau tidak?”  tetapi pada interpretasi yang benar tentang kemarahan itu sendiri.
Perhatikanlah ayat berikut : Mazmur 4:5 : “Biarlah kamu marah, tetapi jangan berbuat dosa…”, Efesus 4:26 : “Apabila kamu menjadi marah,  janganlah kamu berbuat dosa…”. Kedua ayat ini dengan tegas memisahkan kemarahan dan dosa. Rupanya kemarahan tidak diidentikkan dengan dosa tetapi dilihat sebagai sesuatu yang dapat menyebabkan (penyebab) dosa, atau dosa dilihat sebagai akibat dari kemarahan. Jadi pada dasarnya kemarahan itu netral pada dirinya sendiri. Ia dapat mengakibatkan dosa tetapi bukanlah dosa. Berdosa atau tidaknya suatu kemarahan tidak terletak pada kemarahan itu sendiri tetapi pada hal-hal yang dikaitkan dan dikenakan pada kemarahan itu . Jadi berdosa atau tidaknya kemarahan itu ditentukan oleh hal-hal berikut ini :

LIPUTAN: Ibadah Peneguhan SIDI di BNKP Jemper Bandung Timur (05/11/12)

Diliput oleh: Ben Lase

Setelah melewati masa pemahaman Alkitab selama hampir 1 tahun melalui Katekisasi, maka pada Ibadah Minggu tanggal 5 November 2012 jam 09 - 11 Wib, 7 orang remaja diteguhkan SIDI di BNKP Jemaat Persiapan Bandung Timur. Ibadah Peneguhan SIDI dipimpin oleh Pdt. Herianus Telaumbanua, S.Th.

Foto-foto berikut ini akan menceritakan lebih jauh suasana pada acara tersebut.











Minggu, 25 November 2012

KETEKUNAN MENGHASILKAN TAHAN UJI

“Dan bukan hanya itu saja.
Kita malah bermegah juga
dalam kesengsaraan kita,
karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu
menimbulkan ketekunan.”
(Roma 5:3)

Dalam pergaulan kita sehari-hari di tengah-tengah masyarakat, baik dalam lingkup yang luas maupun dalam lingkup yang kecil seperti dalam sebuah keluarga. Kita seringkali menemukan masalah, yaitu kesalah-pahaman antara diri kita pribadi dengan orang lain (mungkin anggota keluarga atau anggota masyarakat).

Hal inilah yang seringkali pula membuat hubungan kita menjadi kurang baik atau kurang harmonis dengan orang lain. Seharusnya hal ini tidak perlu terjadi, kalau kita mau saling mengerti dan memahami keberadaan orang lain sehingga akan tercipta suatu hubungan yang indah dan harmonis.

Begitu pula dengan umat Tuhan yang memiliki hubungan yang dekat kepadaNya. Hubungan itu akan berjalan dengan baik, apabila kita dapat mengerti dan memahami kehendak Allah dalam kehidupan kita dan bukan sebaliknya, sebab kita adalah umat milik kepunyaan Allah.

Namun tidak sedikit dari orang Kristen yang tidak mau mengerti dan memahami kehendak Allah sehingga mereka banyak yang mempersalahkan Allah atas apa yang mereka alami. Apalagi kalau masalah dan penderitaan hidup sedang melanda kehidupan mereka, maka mereka tidak akan segan-segan untuk mulai mempermasalahkan Allah. Mereka berpikir, pengiringan kepada Allah adalah hal yang menyenangkan, tetapi sebaliknya mengapa justru penderitaan yang harus mereka alami?

Memang merupakan hal yang aneh bila kita harus bermegah dalam penderitaan yang kita alami. Namun justru lewat hal ini, kita dapat memperoleh suatu ketekunan kepada Allah dan ketekunan akan menghasilkan tahan uji. Berarti kita tidak goyah meskipun menghadapi berbagai masalah.

"Selama kita hidup di atas muka bumi ini,
kita menghadapi banyak masalah.
Namun lewat penderitaan yang kita alami,
kita akan semakin bertumbuh dalam iman
yang benar kepada Allah."