YA'AHOWU !! SYALLOM.. Kata Yesus: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku. (Yoh. 14:6) FAOMASI ZOAYA

LABEL

Pencarian

MARILAH KITA MENJADI BERKAT MELALUI INTERNET, KIRIMKAN TULISAN ANDA YANG MEMBANGKITKAN IMAN, MEMULIHKAN, MEMBAWA JIWA & PERTOBATAN KEPADA TUHAN.

Minggu, 30 Desember 2012

Renungan di akhir tahun 2012

Menyongsong Tahun yang Baru

Tahun 2012 akan segera berlalu dan kita akan menyongsong tahun yang baru tahun 2013, apa yang patut kita renungkan menjelang akhir tahun ini :

 
1. Menghargai waktu ( Efs 5 : 15 – 16 ) , waktu yang sudah berlalu tidak akan kembali lagi , karena itu kita harus menghargai waktu yang ada dengan mempergunakan waktu untuk hal – hal yang positif , baik untuk Tuhan , Gereja , keluarga dan juga diri kita sendiri.Apakah kita hanya memboroskan waktu dan membuat waktu yang berlalu tidak ada nilainya ????

 
2. Perhitungan akhir tahun, setiap tahun perusahaan akan mengadakan perhitungan di akhir tahun, laba dan rugi ( Mat 25 : 19 ) , Tuhanpun akan mengadakan perhitungan dengan kita dari apa yang kita terima dari Dia dan apa yang sudah kita lakukan untuk Tuhan , Apakah kita memberi keuntungan untuk Tuhan dan GerejaNya ? atau kita merugikan Tuhan dan GerejaNya ????

 
3. Lupakan yang lalu songsong yang di depan ( Flp 3 : 12 – 14 ), waktu yang sudah berlalu tidak akan kembali lagi ,karena itu lupakan kegagalan pada masa lalu yang membuat anda pesimis menghadapi masa yad , lupakan juga keberhasilan anda di masa lalu yang membuat anda terlena , lakukan yang terbaik hari ini , untuk hari esok yang lebih baik.

 
4.Kedatangan Tuhan sudah semakin dekat, setahun berlalu setahun juga kedatangan Tuhan semakin dekat , siapkah kita untuk menyambut hari kedatanganNya ?? apakah kita sudah berdandan rapi untuk Dia ( Why 19 : 7 ) , mari kita semakin bergiat untuk Tuhan ( 2 Ptr 3 : 9 – 11 ) jangan menjadi lemah ( Ibr 10 : 37 – 39 ). 


Maranatha. Amin.

Minggu, 23 Desember 2012

Liputan: Perayaan NATAL 2012 BNKP Jemper Bandung Timur

Oleh: Ben Lase (Ama Evan Lase)

Setelah melalui masa persiapan dan latihan yang cukup lama (sekitar 2 bulan), akhirnya sampai juga pada hari "H", tepatnya hari Sabtu 15 Desember 2012. Hari yang dinanti oleh seluruh Jemaat BNKP Jemper Bandung Timur akhirnya tiba jua, Acara Kebaktian dan Perayaan Natal 2012 BNKP Jemaat Persiapan Bandung Timur. 

Hari Sabtu, 15 Desember 2012 mulai dari siang hari terlihat cuaca kurang bersahabat, hujan disertai angin kencang melanda Kota Bandung. Walau demikian semangat untuk mensukseskan Acara Natal ini sungguhlah besar, karena para panitia sudah hadir di gedung GKPI, jalan Ciliwung 20 Bandung, sejak jam 13 siang. Semua ini semata-mata untuk menciptakan suasana sukacita natal demi kemuliaan Tuhan.

Perlahan tapi pasti, sedikit demi sedikit undangan sudah mulai menghadiri ruangan Aula tempat acara di adakan. Dan para singer (backing vocal) mulai melantunkan lagu-lagu gembira bernuansa natal. Pemain musik jg sudah mulai bersemangat memainkan alat musiknya sehingga suasana begitu gembira. Disisi lain, para penerima tamu (usher) menyambut para tamu undangan dengan senyuman kehangatan, dan mempersilahkan masuk.




Prosesi Kebaktian Natal dipimpin oleh Bpk. Snk. Ama Jhon Gea. Dimulai dari Pendeta, Pengkhotbah, Majelis, dan Petugas Prosesi memasuki Ruang Ibadah.



Minggu, 09 Desember 2012

Sejarah Natal

Kata Christmas mempunyai arti Mass of Christ yang kemudian disingkat menjadi Christ-Mass. Versi yang lebih pendek lagi Xmas pertama kali dipakai di Eropa pada tahun 1500-an, berasal dari abjad Yunani, X adalah huruf pertama dari Xristos (Kristus) juga X merepresentasikan salib, jadilah “X-Mass”.Christmas dirayakan orang-orang diberbagai belahan bumi pada tanggal 25 Desember, tetapi sebenarnya Yesus tidaklah lahir pada 25 Desember.
Pada masa awal kekristenan, bangsa Romawi yang masih menganut kepercayaan pagan merayakan Saturnalia untuk menyembah dewa Saturnus (dewa panen) dan Mithras (dewa terang/sinar), suatu bentuk dari penyembahan matahari yang berasal dari Syria seabad sebelumnya. Perayaan Saturnalia ini diadakan tepat setelah winter solstice, hari pertama musim dingin (winter), juga merupakan siang hari terpendek dan malam hari terpanjang sepanjang tahun. Solstice berarti “sun standing still”, matahari tetap berdiri, untuk menyatakan bahwa musim dingin tidaklah selamanya, hidup terus berlangsung, suatu undangan untuk tetap dalam semangat yang baik.

Asal-mula Pohon Natal

oleh: P. William P. Saunders *

Kisah Pohon Natal merupakan bagian dari riwayat hidup St. Bonifasius, yang nama aslinya adalah Winfrid. St. Bonifasius dilahirkan sekitar tahun 680 di Devonshire, Inggris. Pada usia lima tahun, ia ingin menjadi seorang biarawan; ia masuk sekolah biara dekat Exeter dua tahun kemudian. Pada usia empatbelas tahun, ia masuk biara di Nursling dalam wilayah Keuskupan Winchester. St. Bonifasius seorang yang giat belajar, murid abas biara yang berpengetahuan luas, Winbert. Kelak, Bonifasius menjadi pimpinan sekolah tersebut.

Pada waktu itu, sebagian besar penduduk Eropa utara dan tengah masih belum mendengar tentang Kabar Gembira. St. Bonifasius memutuskan untuk menjadi seorang misionaris bagi mereka. Setelah satu perjuangan singkat, ia mohon persetujuan resmi dari Paus St. Gregorius II. Bapa Suci menugaskannya untuk mewartakan Injil kepada orang-orang Jerman. (Juga pada waktu itu St. Bonifasius mengubah namanya dari Winfrid menjadi Bonifasius). St. Bonifasius menjelajah Jerman melalui pegunungan Alpen hingga ke Bavaria dan kemudian ke Hesse dan Thuringia. Pada tahun 722, paus mentahbiskan St. Bonifasius sebagai uskup dengan wewenang meliputi seluruh Jerman. Ia tahu bahwa tantangannya yang terbesar adalah melenyapkan takhayul kafir yang menghambat diterimanya Injil dan bertobatnya penduduk. Dikenal sebagai “Rasul Jerman”, St. Bonifasius terus mewartakan Injil hingga ia wafat sebagai martir pada tahun 754. Marilah kita memulai cerita kita tentang Pohon Natal.


10 TRADISI NATAL YANG UNIK


Natal dirayakan setiap 25 Desember oleh umat Nasrani dengan memasang pohon Natal dan membangun kandang domba sebagai hiasan. Tetapi itu perayaan Natal di Indonesia, bagaimana perayaan Natal di negara lain ya?
KapanLagi.com - Sebenarnya perayaan Natal di negara lain juga tak jauh berbeda, yang jelas pohon Natal dan kado adalah yang tak boleh ketinggalan. Yuk intip keunikan Natal di negara tetangga berikut.

Natal di India

Di India, pohon Natal tidak terbuat dari pohon cemara, melainkan pohon mangga atau pisang. Pada umumnya, umat Nasrani akan mendekorasi rumah mereka dengan daun mangga, dan lampu minyak yang diletakkan di atap rumah atau di atas tembok.

Natal di Yunani

Sinterklas adalah sosok penting di Yunani sebagai pelindung para pelaut. Berbeda dengan negara lain, di Yunani, pohon Natal bukanlah simbol Natal yang umum. Adalah mangkok dan salib kayu yang menjadi benda penting pada momen Natal. Di tengahnya, terdapat daun kemangi yang dicelupkan ke dalam mangkuk dan berisi sedikit air agar daun tetap segar. Setiap pagi, sang ibu akan memerciki seluruh ruangan rumah dengan menggunakan daun kemangi, dan tradisi ini dilakukan untuk menjauhkan benda-benda dan roh jahat dari rumah mereka.

Natal di Italia
Sungguh mengejutkan bahwa di Italia, pohon Natal dari cemara dan hiasan salju ternyata tidak umum digunakan. Yang Ada adalah sebuah piramid yang terbuat dari kayu dan dihias penuh dengan buah-buahan.

Tradisi Natal di Indonesia

Indonesia terdiri dari beragam suku yang menjadikannya negara yang kaya akan budaya. Masing-masing daerah mempunyai tradisi yang berbeda untuk merayakan hari-hari besarnya, seperti perayaan hasil panen. Nah, penasaran nggak sih bagaimana setiap daerah di Indonesia merayakan hari Natal? 

Bali
Agama utama di Pulau Bali memang Hindu, tetapi bukan berarti pemeluk Kristen di Bali tidak mempunyai tradisi untuk merayakan Natal. Komunitas pemeluk Kristen di Bali mempunyai tradisi merayakan Natal dengan memakai pakaian khas daerah mereka; yaitu kebaya, selendang, kain kamen, dan destar. Warna-warna yang biasanya mereka pakai adalah hitam dan putih. Selain memakai pakaian daerah, biasanya gereja dihias dengan ornamen khas Bali yang bernama penjor, yaitu batang bambu yang dihias dengan janur.

Yogyakarta
Yogyakarta memang kota yang kental akan nuansa budaya, termasuk perayaan Natalnya. Pada saat perayaan Natal, biasanya pendeta memimpin ibadah dengan memakai beskap dan blangkon serta menggunakan bahasa Jawa halus. Selain itu, ada pula pertunjukan wayang kulit bertema kelahiran kristus. Pada 25 Desember, ada juga tradisi saling mengunjungi, mirip seperti lebaran. Tak jarang, anak-anak pun pulang dengan membawa angpau sehabis mengunjungi saudara dan orang terdekatnya.

DKI Jakarta
Di DKI Jakarta terdapat Kampung Tugu, tempat bermukimnya komunitas warga keturunan Portugis. Nah, di sini terkenal tradisi unik untuk merayakan Natal yang disebut Rabo-Rabo. Setelah pulang dari kebaktian, warga biasanya berziarah ke kuburan yang terletak di samping gereja, lalu dimulailah tradisi Rabo-Rabo. Warga bermain musik keroncong sambil berkeliling kampung untuk mengunjungi para fam.  Lagu-lagu yang dimainkan tentunya tembang-tembang Natal. Setiap penghuni rumah yang habis dikunjungi wajib mengikuti rombongan sampai ke rumah yang terakhir.
Puncak perayaan terdapat pada tradisi mandi-mandi. Warga Kampung Tugu berkumpul di rumah keluarganya lalu mereka saling mencorat-coret muka dengan bedak putih. Ini merupakan simbol untuk membersihkan kesalahan yang lalu menjelang tahun baru.

Rabu, 28 November 2012

LIPUTAN RETREAT MAJELIS BNKP JP BANDUNG TIMUR, KAMIS, 15 NOV 2012

Diliput oleh: Ben Lase (Ama Evan Lase)

Dalam upaya Meningkatkan Mutu Pelayanan yang berkualitas untuk Kemajuan BNKP Jemper Bandung Timur, maka sudah cukup lama direncanakan untuk melaksanakan Acara Retreat Majelis. Akhirnya, hari yang direncanakan itu tiba jua.

Rombongan Para Majelis BNKP Bandung Timur berkumpul di tempat yang telah disepakati di Ruko Parakan Saat (kantor Bpk. Ama Rizki Zebua) pada hari Rabu, 14 November 2012, pukul 19.00 Wib. 
Yang menghadiri Acara ini adalah: Bpk. Pdt. Herianus Telaumbanua, S.Th, Bpk. Snk. Ir. Sadoki Waruwu, M.A., Bpk. Snk. Asaeli Waruwu, Bpk. Eben Ezer Lase, Bpk. Abadi Gulo, Bpk. Snk. Edieli Zebua, Bpk. Snk. Anuari Gea, Sdra. Damin Gea, Sdra. Romanus Lase, Ibu Cahyani Pattiwi, Ibu Sudilia Zebua, A.MKes, Bpk. Agustan Harefa, S.E., Bpk. Agus Iswahyudi, B.Th. dan Bpk. Yasman Zebua, serta beberapa anggota keluarga.
Dengan mengendarai 3 buah mobil, rombongan menuju ke Villa PT. Abra di Cipanas, Bogor, dimana Villa ini telah diizinkan digunakan oleh Bapak Sahala Hutabarat.
Rombongan sering berhenti di pinggir jalan untuk sekedar istirahan atau makan, dan sebagainya. Akhirnya sampai di Villa sekitar jam 23.00 Wib. Sebelum tidur, dilakukan doa syukur.

Acara pada hari Kamis, 15 November 2012 mulai diadakan pada jam 07.30 pagi. Sebelumnya Saat Teduh, Mandi dan Sarapan pagi.


Jadwal Acara selanjutnya sebagai berikut:
Session I tentang "INTEGRITAS PELAYAN" yang disampaikan oleh Bpk. Snk. Ir. Sadoki Waruwu, M.A. Acara diakhiri dengan Diskusi tentang bagaimana Integritas seorang Pelayan.



Session II tentang "PROGRAM BNKP DAN PENERAPANNYA DI BNKP JEMPER BANDUNG TIMUR" yang disampaikan oleh Bpk. Pdt. Juliman Harefa, M.Div.,Th.M. (Resort 45).
Acara diakhiri dengan Penentuan Visi dan Misi Pelayanan dan Penjabaran Kerja serta Diskusi.



Session III tentang "BAYAR HARGA" yang disampaikan oleh Bpk. Ev. Agus Iswahyudi, B.Th. dilanjutkan Acara Tantangan Pelayanan oleh Bpk. Pdt. Herianus Telaumbanua, S.Th. 

Beberapa momen lainnya dapat dilihat dari foto di bawah ini:






Puji Tuhan, karena kasih, perlindungan dan anugrahNya, semua acara berlangsung dengan baik, terjadi pemulihan dan semangat baru untuk lebih sungguh-sungguh lagi melayani Tuhan dan jemaatNya.

Selasa, 27 November 2012

Kesaksian: Tidak Ada Kata Terlambat Untuk Bertobat

Saya Lukas Bundiyanto, anak pertama dari lima bersaudara. Kehidupan saya yang hancur berantakan di Bali. Sebenarnya saya minggat ke Bali karena papa saya marah setelah mengetahui saya suka ke tempat pelacuran di Magelang.

Kebiasaan ini saya ulangi lagi ketika saya sudah bekerja di Bali dan tidak hidup bersama dengan pasangan gay saya itu lagi. Jadi di Bali selain menjalani hubungan sesama jenis, saya juga beberapa kali pergi ke tempat pelacuran wanita. Semua jenis dosa sudah saya lakukan. Dari free-sex sampai nge-drugs. Hidup saya benar-benar hancur.

Awal mengenal kehidupan gay

Senin, 26 November 2012

Marah, Berdosakah?

Oleh : Ev. Esra Alfred Soru

Kemarahan bukanlah merupakan sesuatu yang asing dalam kehidupan manusia. Semua orang di dalam dunia ini pernah mengalami dan berkenalan dengan apa yang disebut sebagai kemarahan entah memarahi atau dimarahi baik dalam hubungannya dengan Tuhan, sesama maupun diri sendiri. Kalau sekiranya dapat dikatakan, kemarahan itu adalah hal yang sejajar dengan senyuman, tangisan, tawa dan hal lainnya yang merupakan hal yang vital dalam kehidupan ini.

 Namun persoalan yang harus dipikirkan dengan serius adalah ketika kemarahan itu diletakkan, ditinjau dan diinterpretasikan dari kaca mata etika Kristen. Ada begitu banyak orang Kristen yang berpandangan bahwa kemarahan itu adalah sebuah dosa (walaupun bukan sebuah dosa besar) dan juga lebih memandang positif orang yang kelihatannya tidak pernah marah (jarang marah) atau pandai menyembunyikan amarahnya daripada orang yang kelihatan atau diketahui amarahnya. Mungkin pendapat-pendapat semacam ini didasarkan pada beberapa ayat Alkitab yang memberi kesan agak negatif tentang kemarahan seperti Mazmur 37:8 : “Berhentilah marah dan tinggalkanlah panas hati itu, janganlah marah, itu hanya membawa kepada kejahatan“. Kolose 3:8 : “tetapi sekarang, buanglah semuanya ini yaitu amarah…” dan ayat-ayat lainnya.

 Dengan demikian pertanyaan yang perlu dibahas sekarang adalah “apakah kemarahan itu sebuah dosa?” Mungkinkah ayat-ayat seperti Mazmur 37:8 dan Kolose 3:8 membicarakan dan melihat kemarahan sebagai suatu dosa yang harus dibuang dan dihindari? Lalu bagaimana dengan kenyataan bahwa Allah juga marah? Bahkan kemarahan Allah itu selalu diikuti dengan penghukuman. Begitu besarnya amarah-Nya sehingga lebih tepat dikatakan sebagai “murka”. Mazmur 102:11 : “Oleh karena marah-Mu dan geram-Mu sebab engkau telah mengangkat aku dan melemparkan aku“. 2 Samuel 6:7 : “Maka bangkitlah murka Tuhan terhadap Uza, maka Allah membunuh dia di sana karena keteledorannya itu. Ia mati di sana dekat tabut Allah itu“. Alkitab juga menceritakan bahwa Yesus pernah marah. Markus 3:5 : “Ia berdukacita karena kedegilan mereka, dan dengan marah Ia memandang sekeliling-Nya…”. Markus 10:14 : “Ketika Yesus melihat hal itu Ia marah dan berkata kepada mereka…” dan mungkin kemarahan Yesus yang paling besar adalah ketika Ia mengobrak-abrik Bait Allah yang menurut-Nya telah dijadikan sebagai sarang penyamun (Yoh 2:13-25) bahkan ayat 15 berkata : “Ia membuat cambuk dari tali lalu mengusir mereka semua dari Bait suci dengan semua kambing domba dan lembu mereka; uang penukar-penukar uang dihamburkan-Nya ke tanah, dan meja-meja mereka dibalikkan-Nya“. Luar biasa! Ini adalah kemarahan dalam kualitas yang sangat tinggi.

 Jika kemarahan adalah sebuah dosa maka Allah dan Yesus adalah pendosa-pendosa besar sebab kemarahan Mereka berada dalam tingkatan yang sangat luar biasa. Tetapi bukankah Mereka itu mahasuci dan tak mungkin berdosa? Jika demikian maka persoalannya bukan terletak pada “apakah Allah berdosa atau tidak?”  tetapi pada interpretasi yang benar tentang kemarahan itu sendiri.
Perhatikanlah ayat berikut : Mazmur 4:5 : “Biarlah kamu marah, tetapi jangan berbuat dosa…”, Efesus 4:26 : “Apabila kamu menjadi marah,  janganlah kamu berbuat dosa…”. Kedua ayat ini dengan tegas memisahkan kemarahan dan dosa. Rupanya kemarahan tidak diidentikkan dengan dosa tetapi dilihat sebagai sesuatu yang dapat menyebabkan (penyebab) dosa, atau dosa dilihat sebagai akibat dari kemarahan. Jadi pada dasarnya kemarahan itu netral pada dirinya sendiri. Ia dapat mengakibatkan dosa tetapi bukanlah dosa. Berdosa atau tidaknya suatu kemarahan tidak terletak pada kemarahan itu sendiri tetapi pada hal-hal yang dikaitkan dan dikenakan pada kemarahan itu . Jadi berdosa atau tidaknya kemarahan itu ditentukan oleh hal-hal berikut ini :

LIPUTAN: Ibadah Peneguhan SIDI di BNKP Jemper Bandung Timur (05/11/12)

Diliput oleh: Ben Lase

Setelah melewati masa pemahaman Alkitab selama hampir 1 tahun melalui Katekisasi, maka pada Ibadah Minggu tanggal 5 November 2012 jam 09 - 11 Wib, 7 orang remaja diteguhkan SIDI di BNKP Jemaat Persiapan Bandung Timur. Ibadah Peneguhan SIDI dipimpin oleh Pdt. Herianus Telaumbanua, S.Th.

Foto-foto berikut ini akan menceritakan lebih jauh suasana pada acara tersebut.











Minggu, 25 November 2012

KETEKUNAN MENGHASILKAN TAHAN UJI

“Dan bukan hanya itu saja.
Kita malah bermegah juga
dalam kesengsaraan kita,
karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu
menimbulkan ketekunan.”
(Roma 5:3)

Dalam pergaulan kita sehari-hari di tengah-tengah masyarakat, baik dalam lingkup yang luas maupun dalam lingkup yang kecil seperti dalam sebuah keluarga. Kita seringkali menemukan masalah, yaitu kesalah-pahaman antara diri kita pribadi dengan orang lain (mungkin anggota keluarga atau anggota masyarakat).

Hal inilah yang seringkali pula membuat hubungan kita menjadi kurang baik atau kurang harmonis dengan orang lain. Seharusnya hal ini tidak perlu terjadi, kalau kita mau saling mengerti dan memahami keberadaan orang lain sehingga akan tercipta suatu hubungan yang indah dan harmonis.

Begitu pula dengan umat Tuhan yang memiliki hubungan yang dekat kepadaNya. Hubungan itu akan berjalan dengan baik, apabila kita dapat mengerti dan memahami kehendak Allah dalam kehidupan kita dan bukan sebaliknya, sebab kita adalah umat milik kepunyaan Allah.

Namun tidak sedikit dari orang Kristen yang tidak mau mengerti dan memahami kehendak Allah sehingga mereka banyak yang mempersalahkan Allah atas apa yang mereka alami. Apalagi kalau masalah dan penderitaan hidup sedang melanda kehidupan mereka, maka mereka tidak akan segan-segan untuk mulai mempermasalahkan Allah. Mereka berpikir, pengiringan kepada Allah adalah hal yang menyenangkan, tetapi sebaliknya mengapa justru penderitaan yang harus mereka alami?

Memang merupakan hal yang aneh bila kita harus bermegah dalam penderitaan yang kita alami. Namun justru lewat hal ini, kita dapat memperoleh suatu ketekunan kepada Allah dan ketekunan akan menghasilkan tahan uji. Berarti kita tidak goyah meskipun menghadapi berbagai masalah.

"Selama kita hidup di atas muka bumi ini,
kita menghadapi banyak masalah.
Namun lewat penderitaan yang kita alami,
kita akan semakin bertumbuh dalam iman
yang benar kepada Allah."
 




Minggu, 21 Oktober 2012

KONSEP DIRI DAN KEDEWASAAN ROHANI

Allah memang menciptakan kita dengan kebutuhan untuk merasa aman dan dihargai karena Ia tahu bahwa kita tdk akan pernah menemukannya dlm diri kita ataupun dlm hubungan kita dengan orang lain. Dan tujuan Allah adalah bahwa Ia sendiri yang akan memenuhi kebutuhan tsb.

Kita tidak perlu lagi mencari jati diri kita melalui reaksi-reaksi orang lain mengenai penampilan, prestasi dan status kita.
Penampilan kita, yang diciptakan secara unik dan khusus oleh Allah sendiri, merupakan sarana untuk menunjukkan kasih dan kuasa Nya. Prestasi kita menjadi hasil kerja Allah dalam kehidupan kita yang baru. Dan status kita menjadi penting hanya karena hal itu merupakan kesempatan untuk memuliakan Allah dan melayani orang lain.


Dalam Yoh 13:34-35 Yesus menetapkan sifat yang menjadi ciri muridNya: kasih. Firman Tuhan mengajarkan bahwa kasih yang tulus bukan sekedar perasaan sayang yang diwarnai dengan senyum yang manis, kata-kata pujian atau sikap yang hangat, melainkan juga sikap rela berkorban dan mengutama orang lain. Orang yang melangkah menuju ke kedewasaan rohani harus memutuskan untuk meninggalkan sifat melindungi diri sendiri dan masuk ke dalam pergaulan dengan orang lain yang akan mendorong mereka maju kearah Tuhan.


Dengan membaca firman Tuhan dan bersekutu dngen Dia melalui doa setiap hari secara teratur, orang Kristen yang bertumbuh dapat terus yakin bahwa KEBUTUHAN PRIBADI YANG MEMOTIVASI nya agar merasa aman dan dihargai benar-benar terpenuhi dalam Yesus Kristus. PROSES BERPIKIR dan konsep dirinya bertumbuh berdasarkan kebenaran-kebenaran Allah, sebagai ganti ketergantungan pada pendapat-pendapat orang lain. Dengan konsep dirinya yang semakin teguh berdasarkan kebenaran-kebenaran Firman Allah, orang Kristen yang bertumbuh itu dapat membedakan kehendak Allah dengen lebih tepat dan semakin mampu MEMILIH perilaku dan kegiatan-kegiatan yang sesuai dengan kehendak Allah, sehingga memurnikan pelayanannya kepada Tuhan. EMOSI-EMOSI YANG DIHASILKAN adalah sukacita dan damai sejahtera sebagai ganti kecemasan; kesabaran dan kasih sebagai ganti kemarahan; iman dan pengharapan sebagai ganti rasa bersalah dan depresi.


Emosi-Emosi Yang Negative Dapat Berguna

Orang Kristen yang sehat emosinya adalah orang yang selalu sadar akan emosinya. Ia tidak menahan emosinya, atau mengabaikan keberadaan emosinya, terutama yang negative. Ia juga tidak mencoba menahan emosi-emosi tersebut atau menyimpannya dalam hati agar tidak diketahui oleh orang lain.

Dengan selalu menyadari emosi-emosinya, orang Kristen yang bertumbuh tersebut tidak hanya dapat menikmati emosi-emosi yang positif yang dialaminya tetapi ia juga dapat menggunakan emosi-emosi negative itu untuk bertumbuh secara rohani melalui pembaharuan cara berpikirnya. Ada 3 macam emosi negative yang mendasar:

1. Kemarahan: reaksi terhadap sasaran yang terhalang
2. Depresi: akibat dari sasaran yang tidak tercapai
3. Kecemasan: menunjukkan sasaran yang tidak pasti.

KEPEMIMPINAN YESUS : MELAYANI BUKAN DILAYANI

Markus 10 : 35 - 45

PENGANTAR
 
Pernyataan Yesus ini tidak berdiri sendiri. Pernyataan ini disampaikan dalam konteks perikop Markus 10 : 35 - 45 dibawah judul : "Permintaan Yakobus dan Yohanes". Namun tidak bisa dipungkiri bahwa ayat 45 ini merupakan inti dan kesimpulan dari ayat-ayat perikop diatas. Paling tidak ada tiga catatan:
Pertama, berbeda dengan Matius (20:20-28) bahwa yang mengusulkan permintaan adalah ibu mereka, Salome, maka Markus menuturkan bahwa Yakobus dan Yohanes secara langsung datang dan memohon agar Yesus mau mengabulkan permintaan mereka untuk duduk dalam kemuliaan-Nya, yang seorang di sebelah kanan dan yang seorang di sebelah kiri Yesus. Dengan demikian Markus bermaksud untuk tidak menyembunyikan ambisi sebagai ciri kemanusiaan yang juga dimiliki oleh para murid-Nya.
 Kedua, baik Markus maupun Matius mengatakan hal yang sama tentang sifat cemburu sepuluh murid yang mudah tersulut api kemarahan, dalam peristiwa ini kepada kedua rekan mereka, sebagai bagian dari Tim (Markus 10:41, Matius 20:24).
Ketiga, melihat kedua hal tersebut sebagai karakter para murid-Nya yang dapat menimbulkan perselisihan dan mengancam perpecahan para rasul yang ada hubungannya dengan tujuan dan pola kepemimpinan kristiani, maka Yesus memperingati mereka tentang dua hal yang patut menjadi perhatian mereka di kemudian hari :
  • Pertama, hal duduk di sebelah kanan-Ku atau di sebelah kiri-Ku, Aku tidak berhak memberikannya. Itu akan diberikan kepada orang-orang bagi siapa itu telah disediakan (ayat 40).
  • Kedua, berbeda dengan pola kepemimpinan pemerintah bangsa-bangsa yang mengedepankan tangan besi dan kekerasan, maka pola kepemimpian kristiani adalah pola kepemimpinan melayani/menghamba (ayat 43-44). Mengapa demikian? Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang (ayat 45)


Renungan Firman Tuhan, Minggu, 21 Oktober 2012

 MARKUS 10 : 35 - 45
  Lalu Yakobus dan Yohanes, yaitu anak-anak Zebedeus, datang kepada Yesus. "Bapak Guru," kata mereka, "ada suatu hal yang kami ingin Bapak lakukan untuk kami." 36 "Apa yang kalian ingin Aku perbuat bagimu?" tanya Yesus. 37 Mereka menjawab, "Kami ingin duduk di kanan kiri Bapak, apabila Bapak bertakhta dengan mulia." 38 "Kalian tidak tahu apa yang kalian minta," kata Yesus kepada mereka, "Sanggupkah kalian minum dari piala penderitaan yang akan Aku minum dan masuk ke dalam kancah penderitaan yang akan Aku masuki?" 39 "Sanggup," jawab mereka. Maka Yesus berkata lagi kepada mereka, "Memang kalian akan minum dari piala penderitaan yang akan Aku minum, dan masuk ke dalam kancah penderitaan yang akan Aku masuki. 40 Tetapi mengenai siapa yang akan duduk di kanan atau kiri-Ku, itu bukan Aku yang berhak menentukan. Allah yang menentukan siapa-siapa yang akan duduk di tempat-tempat itu." 41 Ketika sepuluh pengikut Yesus yang lainnya itu mendengar hal itu, mereka marah kepada Yakobus dan Yohanes. 42 Jadi Yesus memanggil mereka semuanya, lalu berkata, "Kalian tahu bahwa pemimpin-pemimpin bangsa yang tidak mengenal Allah menindas rakyatnya. Dan pembesar-pembesar mereka menekan mereka. 43 Tetapi kalian tidak boleh begitu! Sebaliknya, orang yang mau menjadi besar di antara kalian, ia harus menjadi pelayanmu. 44 Dan orang yang mau menjadi yang pertama di antara kalian, harus menjadi hamba bagi semua. 45 Sebab Anak Manusia pun tidak datang untuk dilayani. Ia datang untuk melayani dan untuk menyerahkan nyawa-Nya untuk membebaskan banyak orang."

Jumat, 12 Oktober 2012

LIPUTAN : Pelayanan Kunjungan Jemaat Yang Sakit

Pada hari Rabu, 3 Oktober 2012 telah dilakukan Pelayanan Kunjungan Jemaat yang Sakit, yaitu Ibu Ina Mare Waruwu d Komplek Cempaka Arum Bandung. Pelayanan ini dilakukan oleh Bapak Pendeta Herianus Telaumbanua, S.Th beserta Para Majelis BNKP Jemaat Persiapan Bandung Timur. 

Mari kita doakan semuanya, Kira Kuasa Mujizat Kesembuhan dari Tuhan Yesus terjadi kepada Ibu Ina Mare Waruwu. Tuhan Yesus tidak pernah berubah dulu, sekarang dan selamanya, oleh karena bilur2Nya yag tercurah di kayu salib, kita telah disembuhkan.

  Ibu Ina Mare Waruwu, yang didoakan..

 Firman Tuhan dilanjutkan Perjamuan Kudus




LIPUTAN : Acara Perayaan Yubelium BNKP yang ke 147

Acara Perayaan Yubelium BNKP yang ke 147 dilaksanakan di BNKP bandung Timur pada tanggal 7 Oktober 2012. Acara dipimpin oleh Bapak Abadi Gulo, dan pemberitaan Firman Tuhan dipimpin oleh Bpk. Pdt. Juliman Harefa, M.Div, Th.M.

Pembukaan Acara Kebaktian

 
Anak2 SM kelas kecil mempersembahan Pujian untuk Tuhan


 Firman Tuhan disampaikan oleh Bpk. Pdt. Juliman Harefa, M.Div, Th.M.

Minggu, 07 Oktober 2012

Setia Melayani Tuhan

Renungan Harian KristenSuatu kali seseorang bertanya kepada Ibu Teresa, Ibu telah melayani kaum miskin di Kolkata, India. Tetapi, tahukah Ibu, bahwa masih ada jauh lebih banyak lagi orang miskin yang terabaikan? Apakah Ibu tidak merasa gagal? Ibu Teresa menjawab, Anakku, aku tidak dipanggil untuk berhasil, tetapi aku dipanggil untuk setia ….

Setiap pelayan Tuhan di mana pun dan dalam peran apa pun, tidak dipanggil untuk berhasil. Sebab jika panggilannya adalah keberhasilan, ia akan sangat riskan jatuh pada kesombongan atau penghalalan segala cara. Pelayan Tuhan dipanggil untuk setia. Melakukan tugas pelayanannya dengan penuh komitmen dan tanggung jawab. Semampunya, bukan semaunya. Itulah yang diteladankan oleh Tuhan Yesus.

Menurut ukuran dunia, Tuhan Yesus bisa dibilang tidak berhasil semasa hidup-Nya. Betapa tidak, Dia harus menjalani hukuman salib. Satu murid-Nya mengkhianati-Nya. Satu murid lagi menyangkali-Nya. Dan, para murid-Nya yang lain kocar-kacir meninggalkan-Nya dan bersembunyi. Tiga tahun berkarya, ujung-ujungnya hanya begitu. Namun, Dia toh tetap setia menjalankan tugas pelayanan-Nya; melaksanakan kehendak Bapa, dan menyelesaikan pekerjaan-Nya (Yohanes 4:34). Dia tidak undur sedikit pun. Itu sebabnya, Allah sangat meninggikan Dia (ayat 9). Kesetiaan-Nya membuahkan keselamatan manusia.
Dalam melayani, bisa saja kita melihat bahwa apa yang kita lakukan seolah-olah tidak ada hasilnya. Bila kita menghadapi situasi demikian, jangan undur. Tetaplah setia. Kesetiaan kita dalam melayani Tuhan tidak akan pernah sia-sia.

Lirik: Nyanyian Kemenangan

Sekarang t’lah tiba
Keselamatan dan kuasa
Dan pem’rintahan Allah kita
Kuasa Dia yang di urapiNya
Kar’na t’lah di lemparkanNya
Para pendakwa kita

Oleh darah anak domba
Oleh kesaksian kita
Iblis dikalahkan
kuasaNya di hancurkan
oleh darah anak domba.

Minggu, 30 September 2012

Tanggung Jawab Jemaat Terhadap Pemimpin Gereja

Alkitab memberikan setidak-tidaknya 3 hal sebagai leadership yang salah (khususnya untuk para pemimpin gereja)

PROBLEM 1: Sok berkuasa (tangan besi) – gaya memaksa, haus akan kekuasaan, fokus otoriter (fokus dari atas ke bawah).

PROBLEM 2 – 1Petrus 5:2-3 Ingin mengambil untung. Pelayanan bukan untuk tempat mencari uang!! Gereja bukan bisnis atau tempat mencari uang!

PROBLEM 3 – Stubborn, Untouchable – tidak mau dengar nasihat, tidak pernah salah. Amsal berkata pentingnya untuk orang mendengar nasihat dan masukan! Setiap dari kita belajar untuk terima masukan punya hati yang besar. Hati yang besar selalu mau terima masukan, dan hati kecil tidak mau/susah menerima masukan, terutama berbicara soal hal-hal yang tidak enak atau blind spot dari hidupnya. Jadilah pemimpin dan orang2 Kristen yang mau disentuh oleh masukan. Momen saat kita tidak mau terima masukan dari teman, pasangan, dan orang lain maka hidup kita akan hancur (sekarang dan di masa depan). Orang seperti ini akan susah untuk bergaul dengan orang lain dan tidak bisa menjadi seorang pemimpin! Friendship dibangun atas dasar kebenaran dan kasih. Kalau dibangun atas dasar “tidak enak”, maka akan jadi masalah! Saat kita mengasihi, kita akan menyatakan kebenaran, karena kita mengasihi orang itu.

Teologi kalau tidak hati-hati bisa membuat kita menjadi sombong dan malah menghancurkan. Hal ini sudah terjadi dari abad awal-awal dimana pemimpin2 gereja ribut sendiri dan pada akhirnya komunis dan kepercayaan lain mendominasi. Bahkan kadang ribut soal hal-hal yang sepele atau soal penekanan/secondary padahal hal-hal basic (soal alkitab, Roh Kudus, Tri Tunggal, Yesus sebagai keselamatan semata-mata) sama.

Ayat tadi berkata “taat dan tunduklah” pada pemimpin.
Istilah taat/obey dan tunduk/submit di sini adalah dalam bentuk present imperative (terus menerus dan kalimat perintah). Taat di sini berbicara soal percaya/trust/rely upon dan tunduk/submit seperti give up/tidak melawan karena sesuatu yang diajarkan memang sesuai dengan firman Tuhan. Tunduk pada leaders juga berarti tunduk pada Tuhan, karena apa yang diajarkan dan dibangun atas dasar firman Tuhan, karena Tuhan menunjuk pemimpin-pemimpin. Kalau tidak sesuai dengan firman Tuhan, maka kita harus mempertanyakan sang pemimpin. Kadang-kadang submission berhubungan dengan hati dan obey dari sikap attitude. Kita bisa obey tapi dengan hati yang kesal (hanya dari luar saja melakukan). Tanpa obey dan submission, tidak akan ada gereja, karena setiap orang bisa punya prinsip dan penekanan yang berbeda-beda. Gereja tidak akan bisa maju saat tidak bersatu! Kalau punya sikap rebellious, maka akan berbahaya.

APA ALASAN UNTUK TAAT PADA PEMIMPIN GEREJA

Lirik: Manis Kau Dengar

Ya Tuhanku aku hendak bernyanyi bagiMu
Selama ku hidup
Ya Allahku aku hendak bermazmur bagiMu
Selagi ku ada

Inilah yang kurenungkan
Setiap waktu
Nyanyian pujian dan pengagungan
kepadaMu

Biarlah manis Kau dengar Tuhan
Manis Kau dengar Tuhan
Dan hatiku bersuka
Kar’naMu.

Lirik: Mereka Perlukan Kasih Tuhan

Tiap hari ku temukan
Mereka yang terhilang
hidup yang tak menentu
Arah tujuan

Dalam tawa mereka
Tersimpan duka
Namun Tuhan mendengar
Tangis mereka

M'reka perlukan
Kasih Yesus yang benar
S'bagai jawaban

M'reka perlukan
Tidakkan Kau sadari
Dia kasih yang sejati
M'reka perlukan

Strategi Melindungi Uang Tuhan

Ada juga gereja di Indonesia yang tertular penyakit “penggelapan” harta “Tuhan”. Bagaimana gereja melindungi diri dari celah menggunakan uang jemaat bagi kepentingan pribadi?

BANYAK tanah dan harta benda gereja yang melayang karena disalahgunakan oleh oknum pendeta demi kepentingan pribadi dan keluarganya. Apa yang dialami oleh gereja terbesar di Singapura itu, berpotensi terjadi juga di Indonesia bila tidak diawasi dengan ketat. Kasus penjualan tanah PSKD di samping Kantor PGI Salemba, merupakan satu dari puluhan kasus penjualan asset gereja untuk kepentingan individual.
Ada juga lembaga gereja yang tidak memiliki sistem keuangan yang baik, atau bahkan dengan sengaja dibiarkan “buruk” sehingga peluang manipulasi tersedia. Nah, bagaimana gereja-gereja melindungi diri dari kesalahan menggunakan “uang Tuhan” sehingga lembaga gereja masih menjadi institusi yang dipercayakan Tuhan untuk mengelola harta-Nya?

Otonomi gereja lokal
Menurut bendahara Sinode GBI (Gereja Betel Indonesia) Ir. Suyapto Tandyawasesa, pihak sinode mendapatkan uang dari iuran gereja-gereja anggotanya yang digunakan untuk kepentingan pelayanan. “Itu tidak akan dipakai untuk kebutuhan pribadi,” kata mantan bendahara PGI dan pernah juga aktif di pengurus teras PGLII ini.
Sementara gereja lokal menata keuangannya secara otonom dengan juga berpedoman pada pedoman penatalayanan yang diatur berdasar pada jumlah jemaat dan pemasukan atau income. Semuanya telah diatur, pendeta tidak bisa pakai sesuka hatinya. Ia mencontohkan, semakin besar gereja, maka semakin kecil prosentase alokasi untuk Hamba Tuhan, termasuk pejabat sekelilingnya. “Itu karena harus dibagi ke pos-pos lainnya seperti untuk misi, pemeliharaan dan pengembangan,” terangnya sambil menambahkan, penggunaan keuangan gereja berada di bawah pengawasan komisi keuangan gereja.
Fenomena kemakmuran yang nampak dalam kehidupan para pendeta GBI lebih banyak diakibatkan oleh persembahan perpuluhan atau sukarela dari pribadi jemaat yang kebetulan juga kaya. “Itu karena jemaat memang rindu untuk memberikan persembahan kasih kepada Hamba Tuhannya,” kata Suyapto. Berulangkali ia menegaskan bahwa keuangan gereja di GBI ditata dengan transparan dan terkontrol.
Pengontrolan itu nampak sejak kolekte masuk hingga alokasi dan evaluasi penggunaannya yang dilakukan oleh orang yang benar-benar kredibel dan punya integritas yang tinggi. “Kantong kolekte juga dibuat mulutnya kecil, supaya terlindung dari kelemahan daging,” tambahnya.
Sejak tahun 1980-an, gereja-gereja yang berada dalam naungan GBI sudah biasa mencatat dan melaporkan keuangannya dengan terperinci. “Sesegera mungkin, uang kolekte harus diserahkan ke Bank,” ia mencontohkan. Tambahan lagi, setiap tahun biasanya dilakukan audit keuangan gereja oleh lembaga terpercaya.

Lirik: KasihMu Tiada Duanya

Belum pernah ada
Kasih di dunia
Sanggup menerima diriku apa adanya
Selain kasihMu Yesus

Tak ka nada lagi
Kasih s’perti ini
Sanggup mengubahkan hidupku menjadi baru
Selain kasihMu Yesus

Reff:
Kau ku kagumi dalam hati
kasihMu tiada duanya
sampai kini ku akui
kasihMu tiada duanya.

Sabtu, 29 September 2012

Bagaimana menangani Amarah

Oleh : Rick Warren

Kita semua bisa marah, namun kita menunjukkannya dengan cara yang berbeda-beda. Ada yang meledak-ledak. Yang lainnya merendam amarahnya. Namun tak ada satupun dari kita yang tak pernah marah. Rasa marah adalah reaksi normal dari manusia. Yesus pernah marah. Di dalam Perjanjian Lama ada 375 rujukan yang menyebutkan tentang kemarahan Allah. Alkitab berkata, "Dalam kemarahanmu, janganlah berbuat dosa." Ada cara yang benar dan juga yang salah dalam menyatakan kemarahan. Bagaimana caranya agar Anda bisa menangani kemarahan dengan benar?

Saya akan beri Anda lima langkahnya:

1. Pahami mengapa Anda sampai marah 

Semakin Anda bisa memahami diri Anda sendiri, maka semakin baik pula kemampuan Anda untuk mengendalikan kemarahan Anda. Kemarahan hanya sekadar suatu tanda peringatan. Kemarahan bukanlah persoalan Anda yang sebenarnya. Kemarahan menunjukkan ada sesuatu yang jauh lebih dalam yang salah.

Kadang kala, penyebabnya adalah rasa sakit. Jika jempol Anda terkena palu, Anda akan merasa marah. Jika perasaan Anda terluka, maka Anda juga akan marah. Saya pernah membaca sebuah artikel di majalah Orange County Register beberapa waktu yang lalu, dan majalah itu menyebutkan, "Perceraian bukan akhir bagi pasangan yang masih menyimpan kemarahan. Dalam sebuah penelitian tentang orang-orang yang bercerai, sepertiga dari mereka, malah lebih dari sepertiga pria dan wanita yang bercerai, setelah lewat masa sepuluh tahun, masih menyimpan rasa marah berkaitan dengan penikahan mereka yang pertama." Mengapa? Karena perceraian itu menyakitkan. Semakin Anda merasa terluka, maka Anda akan semakin marah. Jika luka ini Anda tangani, maka Anda juga sekaligus menangani rasa marah Anda.

Kadang kala penyebabnya adalah rasa frustrasi. Kita sering merasa marah menghadapi hal-hal yang kelihatannya tidak berjalan mulus, kita tidak bisa melakukan apa yang mau kita lakukan, atau dipaksa menunggu sesuatu. Daripada membiarkan rasa frustrasi itu berubah menjadi marah, lebih baik kita bertanya pada diri sendiri, "Apakah marah untuk urusan ini layak?" Saya pernah membaca sebuah artikel beberapa waktu yang lalu, tentang seorang remaja yang begitu frustrasi karena terjebak kemacetan sehingga dia mengeluarkan pistol dan menembakkannya ke atas.

Malangnya, tembakan itu mengenai seseorang.

Anak itu, yang berasal dari keluarga Kristen, belakangan dia berkata, "Aku sudah membuat satu bencana besar dan aku harus menghadapinya. Aku layak masuk penjara. Setiap kali aku merenungkan hal itu. Peristiwa itu seperti menjadi mimpi buruk yang tak pernah berakhir. Tak ada hal yang bisa kulakukan untuk mengubah hal itu. Aku hanya bisa berdoa setiap pagi dan malam bagi orang tersebut, kiranya Allah berkenan menjamah dan menyembuhkannya." Layakkah anak itu menembakkan pistol hanya untuk menumpahkan rasa frustrasinya? Tentu saja tidak. Akan tetapi rasa frustrasi bisa dengan mudah berubah menjadi rasa marah jika tidak ditangani dengan benar.

Kadang kala penyebabnya adalah rasa tidak aman. Kita bisa menjadi marah jika merasa terancam. Kita merasa seperti hewan yang sedang dipojokkan. Hal ini tentu saja tidak harus diartikan secara harfiah belaka. Hal ini juga bisa kita artikan seperti saat harga diri kita dilukai, saat kita dipermalukan, atau saat kita dikritik.

Hal apakah yang bisa membuat Anda marah? Sebelum Anda bisa mengalahkan godaan rasa marah itu, Anda harus tahu apa penyebabnya.

2. Dapatkan harga diri Anda dari Allah dan bukan dari manusia 


Rasa percaya diri memiliki peranan yang besar dalam mengendalikan amarah. Orang yang merasa tidak aman akan sangat mudah marah. Orang yang memiliki keyakinan besar tidak mudah marah. Jika Anda percaya diri, maka Anda bisa menangani luka hati, frustrasi dan rasa tidak aman dengan lebih mudah.

Alkitab berkata, di dalam kitab Pengkhotbah 7:21, "Janganlah memperhatikan segala perkataan yang diucapkan orang." Semakin kita merasa tidak percaya diri, maka - dalam rangka mengejar rasa percaya diri itu - kita cenderung untuk semakin bergantung pada pendapat orang lain atas diri kita. Jika Anda tidak percaya diri dan ada orang yang berkata buruk tentang Anda, maka kemarahan Anda akan meledak karena ketergantungan Anda pada penilaian orang lain atas diri Anda.

Jika Anda ingin mengatasi rasa marah, Anda tidak boleh tegang saat ada orang lain yang mengritik Anda. Bagaimana supaya bisa mendapatkan rasa percaya diri yang sebesar itu? Amsal 14:26 berkata, "Dalam takut akan TUHAN ada ketenteraman yang besar (akan ada keyakinan dan rasa aman)." Untuk mengatasi rasa marah, percayalah pada apa yang dikatakan oleh Allah mengenenai diri Anda. Percayalah bahwa Dia memiliki rencana dan tujuan bagi hidup Anda. Jika Anda ingat akan hal itu, maka Anda tidak akan meledak saat orang lain mengritik Anda.

3. Berhenti dan berpikir sebelum memberi reaksi 

Lirik: Kau Kukagumi

Belum pernah ada
Kasih di dunia
Sanggup menerima diriku apa adanya
Selain kasihMu, Yesus

Tak kan ada lagi
Kasih seperti ini
Sanggup mengubahkan hidupku
Menjadi baru
Selain kasihMu, Yesus

Kau...
Ku kagumi dalam hati
KasihMu tiada duanya
Sampai kini, ku akui
KasihMu tiada duanya.

Lirik: Kau Mengenal Hatiku

Hanya dekat kasihMu Bapa
Jiwaku pun tent’ram
Engkau menerimaku dengan sepenuhnya

Walau dunia melihat rupa
Namun Kau memandangku
Sampai kedalaman hatiku

Reff:

Tuhan inilah yang ku tahu
Kau mengenal hatiku
Jauh melebihi semua yang terdekat sekalipun
Tuhan inilah yang ku mau Kau menjaga hatiku
Supaya kehidupan memancar senantiasa.

" F I T N A H "

Yakobus 4:11-12

“Fitnah”…! “Fitnah lebih kejam dari pembunuhan.” Itu adalah suatu istilah yang hampir diketahui semua orang, baik tua atau muda, bahkan siapa saja. Oh, ya? Sampai sekejam itu? Persisnya, ya! Alasannya? Bayangkan saja bila Anda sendiri difitnah orang. Padahal Anda tidak melakukan seperti apa yang difitnahkan. Bukankah itu mematikan karakter namanya? Bukan cuma itu. Karena dampak yang ditimbulkannya dalam kehidupan selalu negatif, tidak pernah ada yang positif. Fitnah tidak hanya sekedar menyebarkan berita buruk, tetapi juga bisa mengadu domba dan memutar balikkan fakta. Karena itulah fitnah memang sangat berbahaya.
Fitnah… memang lebih tajam dari sebilah pedang! Luka yang ditimbulkan oleh tajamnya pedang mungkin masih bisa diobati, tetapi luka yang ditimbulkan oleh tajamnya kata-kata (fitnah) susah sekali dicari penawarnya. Itulah mengapa orang sering mengatakan bahwa: “fitnah lebih kejam dari pembunuhan!”. Dalam teks asli Yunani dalam Alkitab, “fitnah” menggunakan kata “katalalew” biasa merujuk pada segala macam perkataan negatif untuk menentang orang lain, misalnya “menentang pemimpin atau Allah” (Bil.12:8; 21:5, 7), “mengumpat” (Mzm 101:5), “menghina” (Ay 19:3), “mengatakan sebuah dusta” (Hos 7:13), “mengatakan sesuatu yang bisa dianggap kurang ajar” (Mal 3:13) atau “memfitnah/ menuduh” (1Pet 2:12; 3:16).

Fitnah…hampir tidak ada orang yang menyukainya. Termasuk Anda dan saya. Tapi bukankah ini yang sering orang lakukan?! Dan, maaf…. Jangan-jangan tanpa sadar, saudara dan saya juga melakukannya? Benar Saudara? Bukankah juga bahwa dalam kenyataannya sering perselisihan timbul di tengah masyarakat atau jemaat sebagai akibat dari fitnah itu? Fitnah, bisa terjadi pada siapa saja. Baik dari kalangan atas sampai bawah, tak peduli apakah mereka itu orang terhormat atau orang biasa, apakah ia seorang yang mengaku sudah lama sebagai orang percaya atau sebagai orang yang baru saja percaya. Dan dalam kenyataan sehari-hari kita dapat melihat sering juga timbul konflik yang berkepanjangan, baik antara pribadi dengan pribadi, antara keluarga dengan keluarga, antara kelompok dengan kelompok, antara suku dengan suku, antara agama dengan agama, bahkan di dalam kelompok satu agama sekalipun.

Fitnah… merupakan semacam penyakit hati disebabkan oleh menuruti hawa nafsu, menuruti bujukan setan, tidak percaya diri, iri hati dengan orang lain dan kurangnya mensyukuri berkat-berkat Allah yang ada pada diri sendiri. Penyebabnya bisa beraneka ragam, antara lain : egoisme, tidak sepaham, tidak mau menerima orang lain sebagaimana adanya, kepentingan pribadi, kepentingan kelompok, kepentingan polotik, kebencian, pembalasan oleh karena dendam yang berkepanjangan dll. Rasul Yakobus berkata: “Dari manakah datangnya sengketa dan pertengkaran di antara kamu? Bukankah datangnya dari hawa nafsumu yang saling berjuang di dalam tubuhmu?” (Yak 4:1). Rasul Paulus dalam surat Galatia menggolongkan sebagai: ”perbuatan daging” antara lain perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, (bdk.Galatia 5 : 20). Ini semua adalah penyakit manusia sejak jaman Adam (band. Perisistiwa Kain dan Habel) yang patut diwaspadai.

Fitnah… adalah dosa dan setiap dosa akan berakibat berlakunya penghukuman Allah bagi siapa saja yang melakukannya. Sementara akibat yang ditimbulkan dari fitnah itu sendiri sangat berbahaya dan merugikan. Antara lain: dapat memutuskan tali silaturahmi, merugikan orang lain dan diri sendiri, perpecahan, mengotori pikiran, dibenci Allah serta akan dibenci dan dihindari (dikucilkan) oleh orang lain. Dalam Yak 4:11-12 bahkan nampaknya mempunyai arti yang khusus/berbeda. Ini dapat kita lihat dari ayat 11a: “memfitnah saudaranya atau menghakiminya”. Jadi disini memfitnah diartikan sebagai menghakimi.

Lirik: Kau Sangat Ku Cinta

Bersyukur selalu bagi kasihMu
Di dalam hidupku
Tak kan ku ragu atas rencanaMu
Tuk masa depanku

S'bagai Bapa yang baik
Tak kan pernah Kau melupakanku
S’bagai Bapa yang sangat baik
Tak kan pernah Kau meninggalkanku

Reff:

Ku kan menari dan bersuka kar’naMu oh Yesusku
Dan ku kan minum airMu bagai rusa rindu selalu
Ku hidup dalamMu dan hidupMu di dalamku
Oh Yesusku…Kau sangat ku cinta.

Lirik: Kau Tetap Allah

Betapa dahsyat Engkau Tuhan
Pencipta segala yang ada
Dulu s’karang sampai s’lamanya
Hanya Engkau Tuhan

Tak terselami pikiranMu
Tak terukur panjang setiaMu
Dulu s’karang sampai selamanya
Hanya Engkau Tuhan

Reff:

Jumat, 24 Agustus 2012

Puisi: Ketika Tuhan Berbicara


Aku berlari…
Langkah ini kubawa menuju jalan yang tak pasti
Harapanku tlah sirna, dan impian malah berbalik menghujamku
Membunuh sisi terdalam dari lubuk hatiku
Meninggalkan bekas luka yang tak tahu kapan kan bisa pulih
Aku bertanya…
Tuhan, dimana Kau saat semuanya terasa sakit
Namun hanya hening, diam, tiada suara apapun yang terdengar
“Kenapa, apa salahku? Dimanakah Kau berada,” pekikku dalam batin
Aku membutuhkanMu…..

Aku diam...
Tiada lagi kekuatan yang kumiliki untuk melawan keadaan
Tangisan menjadi kawan setia yang mengiringi hari-hari tanpa asa
Bagiku, duniaku tlah runtuh, dan tak ada lagi tempat yang tersisa untukku
Gelap dan kosong, kala kupejamkan mataku.

Dalam ketidakberdayaan, kuhempaskan jiwaku dalam keputusasaan
Terasa begitu sunyi dan sepi, hanya terdengar suara hujan dan desir angin
Namun tetesan air hujan seakan terasa membasahi tanah hatiku yang tandus
Dalam hening, kudengar suaraNya, berbisik melalui suara alam
“Jangan takut, kemanapun kau pergi, Aku akan selalu menyertaimu”


By : Kn14

Contoh-contoh Latihan Pemuridan Dalam Alkitab

Ketika hari siang, Ia memanggil murid-muridNya kepadaNya, lalu memilih dari antara mereka duabelas orang, yang disebutnya rasul (Lukas 6:13).
Bila seorang gembala sidang memperhatikan sidangnya, apa yang dilihat? Banyak macam kebutuhan. Barangkali ada orang yang belum menjadi Kristen. Ada orang yang sedang mencari-cari. Ada yang ingin tahu, dan ada sebagian yang telah dibawa ke gereja oleh seorang kawan yang menaruh perhatian. Ia melihat orang-orang yang berbeban berat dengan penderitaan dan orang-orang yang ditimpa tekanan-tekanan, keputusasaan, dan sakit hati.
Gembala sidang itu melihat orang-orang Kristen muda yang bergairah dalam kehidupan barunya dalam Kristus. Ia melihat orang Kristen lama yang sudah pernah mendengar tentang semua itu tetapi acuh tak acuh. Ia melihat orang-orang yang setia hadir dalam semua kegiatan gereja.
Gembala sidang itu melihat pengantin baru. Ia melihat mereka yang mengalami kesulitan dalam rumah tangganya. Ia melihat keluarga yang ada dalam kesukaran ekonomi; usahanya tidak berjalan lancar. Ia melihat usahawan yang berhasil dan suami yang kehilangan pekerjaan. Ia melihat petani yang menantikan hujan turun; kalau tidak, panennya akan gagal. Dan berbagai hal lainnya dilihatnya pada sidang itu.
Pada waktu pengkhotbah itu berdiri dihadapan orang-orang itu, terlintas dalam pikirannya : "Bagaimana dapat saya melayani orang-orang itu dan memenuhi kebutuhan mereka hanya dengan satu atau dua kali berkhotbah saja setiap minggu?" Mungkin setiap orang di dalam sidang itu masing-masing mempunyai kebutuhannya sendiri. Apa jawaban bagi soalnya itu?