YA'AHOWU !! SYALLOM.. Kata Yesus: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku. (Yoh. 14:6) FAOMASI ZOAYA

LABEL

Pencarian

MARILAH KITA MENJADI BERKAT MELALUI INTERNET, KIRIMKAN TULISAN ANDA YANG MEMBANGKITKAN IMAN, MEMULIHKAN, MEMBAWA JIWA & PERTOBATAN KEPADA TUHAN.

Selasa, 30 Agustus 2011

MENJADI MURID KRISTUS

Oleh: Ev. Dr. Eddy Fances

Tuhan Yesus memberikan Amanat AgungNya sebelum Dia naik ke sorga: “Pergilah, jadikanlah segala suku bangsa muridKu ... ” (Matius 28:19). Unik sekali bahwa kata “murid” dalam Perjanjian Baru tercatat 269 kali, kata “kristen” hanya 3 kali, dan kata “orang percaya” hanya 2 kali. Ini memberikan kita gambaran betapa pentingnya panggilan Tuhan Yesus bagi kita yang sudah percaya kepadaNya, agar kita menjadi “muridNya”. Selain itu menegaskan bahwa tugas pelayanan “orang percaya” (gereja) adalah menjadikan segala bangsa murid Kristus, bukan sekedar menghasilkan orang percaya. Itulah sebabnya tugas “pekabaran Injil” tidak boleh terlepas dari tugas “pemuridan”. Dengan kata lain, tanpa pemuridan penginjilan akan menjadi sia-sia. Jelaslah bahwa untuk menjadi murid Kristus, seseorang harus menjadi “orang percaya”; namun sesungguhnya tidak semua orang yang percaya telah menjadi murid Kristus. Lihat:Luk.14:25-33.


Kotbah Tuhan Yesus tentang “Delapan Sabda Bahagia” dalam Matius 5:1-12 merupakan delapan karakter fondasi bagi seorang murid Kristus untuk membangun kehidupan dan pelayanannya yang bahagia dan yang berkenan kepada Allah. Karakter fondasi ini juga menjadi tanda-tanda seorang murid yang sejati, seorang warga Kerajaan Allah yang berkualitas. Kedelapan tanda ini tidak terpisahkan satu dengan lainnya; semua tanda seharusnya dimiliki oleh setiap murid Kristus.

Karakter Murid Kristus:
1. “Miskin di hadapan Allah” (Mat.5:3).
“Miskin” disini bukanlah secara material, melainkan secara spiritual, yaitu pengakuan dengan rendah hati bahwa kita lemah, berdosa, tak berdaya, dan ingin bergantung dan berharap kepada Tuhan secara total.

2. “Berdukacita” (Mat.5:4).
Kata “berdukacita” disini bukanlah kesedihan karena kehilangan sesuatu atau seseorang, melainkan kesedihan yang erat hubungannya dengan kemiskinan rohani diatas. Mereka yang berdukacita bukan saja berhubungan dengan pertobatan dari dosa pribadi, tetapi juga dengan kedaaan sekitarnya.

3. “Lemah lembut” (Mat.5:5).
Lemah lembut tidak sama dengan lemah tak berdaya atau lemah lunglai; melainkan suatu sikap penguasaan diri, tidak dendam, dan bermotivasi baik terhadap orang lain.

4. “Lapar dan haus akan kebenaran” (Mat.5:6).
Kebenaran disini mengandung 3 aspek: a/ aspek legal yaitu hubungan yang benar dengan Allah; b/ aspek moral yaitu sikap dan perbuatan yang berkenan kepada Allah; dan c/ aspek sosial yaitu yang berhubungan dengan sesama manusia, misalnya: isu-isu HAM, keadilan sosial dan hokum di masyarakat, integritas dalam usaha/karier, dan isu-isu kehormatan keluarga. Murid yang sungguh berbahagia dan diberkati adalah mereka yang benar-benar rindu dan haus akan Allah Sendiri, bukan hanya mengharapkan berkat-berkat yang diberikanNya. Karena sesungguhnya dalam pribadi Allah sendirilah terletak semua sumber yang akan memberikan kepuasan terhadap “kelaparan” dan “kehausan” manusia.

5. “Murah Hati” (Mat.5:7).
Kata “murah hati” disini berarti suatu kemampuan untuk “masuk ke dalam situasi” (mengerti, simpati, empati = berbelas kasihan), kemudian “melakukan sesuatu” kebaikan. “Murah hati” (mercy) tidak sama dengan “anugrah” (grace) walaupun sama-sama berhubungan erat dengan ketidak-layakan. Murah hati memberikan kesembuhan, pertolongan, kebaikan, semangat baru dan kesempatan untuk mencoba lagi. Anugrah memberikan penghapusan dosa/ kesalahan, rehabilitasi, dan status yang baru. Anugrah hanya dimiliki dan diberikan oleh Tuhan, murah hati bisa dimiliki dan dipraktikkan oleh seorang murid.

6. “Suci Hati” (Mat.5:8).
Kata “suci” disini berarti “tidak ada campuran” (murni), tulus dan tidak munafik. Kesucian ini bukan saja menunjukkan kepada sesuatu yang bersifat “internal” melainkan juga yang bersifat “eksternal”, karena apa yang nampak dalam aspek eksternal sesungguhnya lahir dari dalam hati dan pikiran seseorang (internal). Segala aspek hidup baik luar dan dalam, pribadi dan umum seharusnya “transparan” di hadapan Allah dan manusia. Beberapa aspek yang perlu menjadi perhatian al: aspek penyembahan (I Pet. 3:15a; Kel. 20:3-4), aspek seksual (I Tes. 4:3-5; Mat. 19:4-6; Mar. 10:11-12; Ibr. 13:4), aspek harta/uang (I Tim. 6:10; Ibr. 13:5) aspek perkataan (Efe. 4:25,29).

7. “Membawa Damai” (Mat.5:9).
Membawa damai disini tidak sama dengan ”pencinta damai” (peace-lover) atau “pemelihara damai” (peace-keeper) yang cenderung pasif. Sebaliknya orang yang membawa damai adalah mereka yang “aktif masuk” dan “memulihkan” kembali situasi dan kondisi dimana damai sudah retak atau hancur. Bisa juga disebut dengan “pendamai” (reconciler). 

8. “Dianiaya oleh sebab Kebenaran” (Mat.5:10-12).
Ironis sekali bahwa murid Kristus dengan tanda-tanda yang positif justru harus menghadapi penganiayaan, penghinaan, ejekan, dan penderitaan. Ini merupakan “harga” yang harus dibayar oleh seorang murid yang mengikuti jejak gurunya. Seorang murid sudah selayaknya meneladani gurunya yang juga mengalami penganiayaan dan penderitaan yang puncaknya kematian diatas kayu salib. Delapan karakter fondasi murid Kristus yang kita pelajari memberikan kita “jurang pemisah” yang lebar antara seorang “murid Kristus” dengan “sekedar orang percaya”. Delapan Sabda Bahagia dari Tuhan Yesus sesungguhnya menantang untuk mengambil keputusan yang serius agar tidak sekedar hanya menjadi “orang percaya” yang tidak berani membayar harga. Sebaliknya bertekad menjadi “murid Kristus” yang sejati, yang “berani tampil berbeda” di tengah-tengah dunia yang bengkok, jahat dan sudah tidak memiliki ukuran moral yang absolut. Selanjutnya diatas karakter fondasi inilah seorang murid Kristus akan mendirikan “bangunan kehidupan dan pelayanannya” yang sesuai dengan panggilan dan kehendak Allah.

Kehidupan Murid Kristus:
1. Menyangkal diri (Luk.9:23).
Menyangkal diri berarti belajar mengatakan “tidak” kepada keinginan atau kehendak diri sendiri, dan mengatakan “ya” kepada kehendak Allah. Seorang murid adalah seorang yang mengerti kehendak gurunya dan siap melakukan perintah atau kehendak gurunya. Untuk itu seorang murid harus terus menerus “belajar” dan “mau diajar” oleh Firman Allah dan melalui “komunikasi rutin” (doa yang setia). Karena dengan demikianlah sang murid bisa mengerti kehendak Allah.

2. Memikul salib setiap hari (Luk.9:23; 14:27).
Salib melambangkan “penderitaan” yang akan dihadapi oleh si murid bukan karena kesalahannya atau karena “tak terhindarkan” (= duri dalam daging), melainkan karena konsekwensi (harga yang harus dibayar) oleh seorang murid. “Setiap hari” menunjukkan kesiapan setiap saat menghadapi “ujian hidup” yang tidak pernah diberitahukan kapan datangnya. Untuk itu dibutuhkan kerelaan hati, kesiapan mental, dan bila perlu persiapan phisik. 

3. Meneladani Sang Guru (Luk.9:23; 14:27).
Kata “mengikuti” berati meneladani. Seorang murid akan menjadi seperti gurunya (Bd: Mat.10:24). Pribadi, kehidupan, dan pelayanan Tuhan yesus menjadi “standard” dari sang murid. Kasih ilahi yang ditunjukkan dalam kerendahan hati, kesetiaan, ketaatan, dan rela berkorban menjadi pelajaran yang tak henti-hentinya untuk dipelajari dan dipraktikkan oleh sang murid.

4. Kasih yang Utama (Luk.14:26).
Kata “membenci” disini berarti “mengasihi lebih sedikit”. Tuhan Yesus menggunakan bahasa ungkapan yang kontras untuk menjelaskan bahwa muridNya harus memiliki kasih yang paling utama – yang tak tertandingi – jika dibandingkan dengan semua yang ada di dunia ini. Kalau diharuskan memilih, maka murid Kristus harus memilih Tuhan daripada memilih siapa pun atau apa pun!

5. Penyerahan diri yang mutlak (Luk.14:33).
Penyerahan diri disini menunjukkan ketergantungan penuh kepada sang guru, bukan kepada “apa” maupun “siapa” yang ada di dunia ini. Murid Kristus sesungguhnya telah “dibeli” dan lunas dibayar oleh darah Kristus. Sebab itu seluruh hidupnya – hak dan milik -- telah menjadi kepunyaan Kristus secara mutlak.

6. Saling mengasihi (Yoh.13:34-35).
Seorang murid bukan saja “belajar” dari apa yang diajarkan gurunya, melainkan juga mengikuti “gaya hidup” (life style) dari gurunya. Tuhan Yesus telah meninggalkan suatu “gaya hidup” yang mengasihi tanpa pamrih. Sebab itu Dia memberikan “perintah” yang sekaligus menjadi “merek” bagi murid-muridNya yaitu mempraktikkan “saling mengasihi” sesuai dengan kasih yang telah diberikannya kepada mereka. Saling mengasihi adalah aspek eksternal seorang murid yakni dalam berhubungan dengan orang lain.

7. Tinggal dalam Firman (Yoh.8:31-32).
Tinggal didalam Firman berati adanya kesinambungan yang permanen terhadap seluruh ajaran Sang Guru dan suatu sikap untuk menerima “keseluruhan ajaran” baik yang enak, lembut, keras, pedas, dls. Ini adalah aspek internal seorang murid yang bertekad balajar dan bertumbuh dewasa – naik kelas demi kelas. Selain itu kata “Firman” juga menunjuk kepada Kristus sendiri karena Kristus adalah Firman yang telah menjadi manusia (Yoh.1:1-3,14). Jadi, tinggal dalam Firman berarti hidup  dalam “kesetiaan” dan “ketaatan” penuh kepada KeTuhanan Kristus yang memerdekakan dan mengontrol sang murid. Bd: kepenuhan Roh dalam Efe.5:18 yang sejajar dengan Kol.3:16. Kata “murid” (disciple) erat kaitannya dengan kata “disiplin”. Dalam disiplin terdapat unsure “kesetiaan” – waktu yang terus menerus (Yun: “kronos”) dan unsur “ketaatan” – kesempatan yang Tuhan berikan langkah demi langkah (Yun: kairos). Tinggal didalam Firman menuntut dua unsur ini secara bersamaan.

8. Komitmen tanpa syarat (Luk.9:57-62).
Dari kisah diatas kita melihat tiga jenis murid yang mau mengikuti Tuhan Yesus namun mengajukan syarat. Murid pertama kelihatan begitu antusias, namun tanpa persiapan dan perhitungan (ay.57-58). Yang kedua menganggap menjadi murid Kristus adalah hal yang sekunder (ay.59-60). Yang ketiga terlalu perhitungan akibatnya menjadi setengah hati (ay.61- 62). Ketiga-tiganya hendak menjadi murid Kristus dengan mengajukan syarat. Tuhan Yesus menuntut komitmen yang tanpa syarat, karena masalah menjadi murid adalah masalah utama yang tak bisa ditawar, maupun diperbandingkan dengan apapun di dunia ini.

Pelayanan Murid Kristus:
Kehidupan seorang murid yang sejati tidak bisa dilepaskan dari pelayanannya sesuai dengan apa yang dipraktikkan oleh Sang Guru. Tuhan Yesus berkata: “Anak Manusia datang bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawaNya menjadi tebusan bagi banyak orang.” (Mar.10:45). Dengan falsafah inilah seorang murid Kristus seharusnya membangun pelayanannya demi menjadi berkat bagi banyak orang dan demi memuliakan Nama Bapa di surga.

1. Berbuah banyak (Yoh.15:8).
Seorang murid yang tinggal dalam Kristus dan tinggal dalam FirmanNya akan menghasilkan buah yang banyak (ay.4-7). Berbuah disini bisa menunjukkan pelayanan secara internal dalam “tubuh Kristus” mapun secara eksternal di luar “tubuh Kristus”.
Secara internal seorang murid bertanggung jawab mempraktikkan semua karunia yang dipercayakan kepadanya untuk membangun “tubuh Kristus” (jemaat). Bd: I Tim.4:11-16. Secara eksternal seorang murid diperintahkan untuk mengabarkan Injil Kristus kepada segala mahluk. Lih: Mar.16:15. 

2. Menghasilkan murid ( Mat.28:19-20).
Murid yang berhasil adalah yang sanggup memuridkan orang lain menjadi murid Kristus. Inilah inti “Amanat Agung” Kristus sebelum Dia naik ke surga. Jadi, pekerjaan pengabaran Injil haruslah ditindak-lanjuti dengan pelayanan pemuridan, sehingga pelayanan itu menjadi satu “lingkaran” yang sempurna – mulai dari pengabaran Injil, pembinaan, dan pemuridan; lalu dimulai lagi dengan murid baru yang mengabarkan Injil, dan mengajar, dan memuridkan, dst, dst, dst.

Menjadi murid Kristus bukanlah hal yang mudah dan murah; sebaliknya menunut harga yang mahal, serius, dan komitmen yang tanpa syarat. Banyak ujian, tantangan, kesulitan, dan penderitaan yang akan dihadapi. Namun jika dibandingkan dengan sukacita, damai sejahtera, kebahagiaan, dan harapan yang mulia itu; semua penderitaan yang dialami tak bisa dibandingkan dengan “kemuliaan” yang Allah sudah sediakan bagi kita (Rom.18:18; II Kor.4:16-18).

Sebab itu rasul Paulus dapat dengan bangga dan penuh keyakinan menyanyikan “lagu kemenangan” sebelum ia meninggal dunia ini (II Tim.4:6-8). Mahkota kebenaran telah disediakan baginya. Demikian pula akan disediakan bagi kita yang berhasil “lulus” sebagai murid Kristus. Murid yang sejati tidak takut gagal, salah, atau terjatuh. Dia akan bangun lagi, dan belajar terus hingga akhirnya berhasil “lulus”. Karena dia yakin “segala perkara dapat ditanggung dalam Kristus (Sang Guru) yang senantiasa memberikan kekuatan (Fil.4:13). Dan Tuhan telah menjanjikan kemenangan, bahkan setiap muridNya akan menjadi “lebih dari seorang pemenang” (Rom.8:37; lih: ay.31-39).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih untuk Komentar Anda yang membangun, Semoga menjadi berkat bagi kita semua... Amin. GBU