YA'AHOWU !! SYALLOM.. Kata Yesus: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku. (Yoh. 14:6) FAOMASI ZOAYA

LABEL

Pencarian

MARILAH KITA MENJADI BERKAT MELALUI INTERNET, KIRIMKAN TULISAN ANDA YANG MEMBANGKITKAN IMAN, MEMULIHKAN, MEMBAWA JIWA & PERTOBATAN KEPADA TUHAN.

Senin, 22 Agustus 2011

INTEGRITAS Merupakan Gaya Hidup


Oleh: Agus Iswahyudi, B.Th

  Dietrich Bonhoeffer mengatakan bahwa; “kehidupan gereja mesti dirasakan oleh dunia.  Gereja bukan untuk dirinya sendiri, tetapi untuk dunia.  Ia disebut sebagai gereja jika ia dapat dirasakan oleh dunia yang berada diluar dirinya”.  Dengan kata lain bahwa gereja/ orang percaya harus menjadi teladan dan berkat bagi orang-orang yang ada disekitarnya.
Persoalannya ialah kita menemukan masih banyak orang percaya yang tidak menjadi berkat dan teladan tetapi sebaliknya orang percaya itu sendiri telah kehilangan jati dirinya sebagai anak-anak Allah yang hidup.  Dikarenakan hilangnya integritas dalam kehidupan orang percaya tersebut sehingga kehadirannya tidak berdampak pada lingkungan dimana mereka berada.

Dalam Alkitab kita dapat melihat bagaimana Allah menyertai dan memberkati Yusuf dalam kehidupannya dimanapun ia berada dan melaluinya orang-orang yang ada disekitarnya pun diberkati (Kejadian 39:2-5).  Hal itu dapat terjadi karena Yusuf memiliki integritas, dan integritas itu menjadi gaya hidupnya.  Oleh karena itu Allah memakai Yusuf dengan luar biasa dan melaluinya bangsa mesirpun dapat melihat kemuliaan Allah.


Karena integritas itu telah menjadi gaya hidup Yusuf, sehingga ia rela dipenjara dari pada menuruti kemauan dari isteri Potifar untuk berbuat dosa (Kejadian 39:7-9). Itulah kunci dari keberhasilan Yusuf yaitu menjadikan integritas sebagai gaya hidup. Dengan kata lain Yusuf menjalani hidup takut akan Tuhan bukan karena berkat-Nya saja tetapi karena Yusuf benar-benar mengasihi Allah dan kasihnya itu tidak tergoyahkan oleh keadaan yang menghimpit  dan menekan kehidupannya.  Yusuf dapat tetap mempertahankan integritasnya sekalipun ia harus mengalami berbagai macam penderitaan karena:

·  Yusuf memiliki persekutuan yang erat dengan Tuhan.
Persekutuan yang erat antara Tuhan dengan Yusuf dapat kita lihat bagaimana Allah beberapa kali membukakan rahasia-Nya kepada Yusuf seperti dengan sahabat dekat.  Allah memberi tahukan rahasia-Nya kepada Yusuf baik melelui mimpi ataupun menafsirkan mimpi.  Itu semua Allah berikan karena Allah melihat bahwa Yusuf dapat dipercaya.  Penilaian Allah ini terjadi akibat hubungan/persekutuan yang dibangun oleh Yusuf.   

·  Yusuf hidup takut akan Tuhan.
Kata takut Tuhan disini berbicara tentang menghormati kekudusan Tuhan dan mengasihi Tuhan.  Yusuf takut berbuat dosa dengan tidak menuruti kemauan isteri potifar bukan karena ia sekadar takut berbuat dosa dan takut dihukum Allah, tetapi takut disini berbicara mengenai rasa hormat dan kasih Yusuf terhadap Allah.  Karena ia menghormati kekudusan Allah maka ia tidak mau mencemarkannya melalui tindakakkan bodohnya.  Ini sama halnya seperti kita menghormati orang tua kita, sekalipun mereka tidak selalu bersama kita namun kita tidak mau melakukan kesalahan fatal yang membuat cemar nama baik mereka.  Rasa hormat inilah yang dimiliki oleh yusuf sehingga dalam kehidupannya ia berusaha menjaga kekudusannya dengan hidup takut akan Tuhan.

·  Yusuf hidup dalam kasih.
Kasih Yusuf terhadap Allah dapat tercermin dalam persekutuannya dengan Allah juga dalam kehidupannya yang takut akan Tuhan.  Disamping itu kasih Yusuf dapat tercermin dalam kehidupannya degan sesama.  Hal ini dapat kita lihat dalam kehidupannya yang penuh pengampunan.  Sekalipun Yusuf pernah disakiti oleh saudara-saudranya, difitnah oleh isteri potifar, dilupakan oleh juru minum raja namun ia tidak dendam dan membenci mereka tetapi sebaliknya Yusuf mengampuni mereka.  Hidup yang penuh pengampunan inilah yang membuat Yusuf dapat hidup penuh kedamaian sekalipun ia hidup ditengah-tengah bangsa kafir.  

Dalam kehidupan kita saat ini kita hidup ditengah-tengah orang yang lebih mementingkan hidupnya sendiri dan untuk mempertahankan hidupnya ia rela mengabaikan norma-norma yang berlaku.  Disinilah kehidupan kekristenan itu dituntut untuk dapat menjadi teladan.  Dan kita dapat menjadi teladan dan saluran berkat bagi orang-orang disekitar kita jikalau integritas itu menjadi gaya hidup kita sehari-hari.  Hal itu dapat terjadi bila kita memiliki persekutuan yang erat dengan Tuhan, hidup takut akan Tuhan dan hidup dalam kasih.

Dengan hidup yang bersatu sebagai anggota tubuh Kristus dan terlibat aktif dalam pelayanan di gereja lokal maka tanpa kita sadari kita telah menjadi teladan dan integritas itu telah menjadi gaya hidup kita sehingga melalui kehidupan kita nama Tuhan dipermuliakan dan melalui kita Tuhan boleh mencurahkan berkat-Nya, baik bagi gereja dimana kita bersekutu/beribadah maupaun bagi lingkungan dimana kita tinggal.  Amen.
                                                                                  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih untuk Komentar Anda yang membangun, Semoga menjadi berkat bagi kita semua... Amin. GBU