YA'AHOWU !! SYALLOM.. Kata Yesus: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku. (Yoh. 14:6) FAOMASI ZOAYA

LABEL

Pencarian

MARILAH KITA MENJADI BERKAT MELALUI INTERNET, KIRIMKAN TULISAN ANDA YANG MEMBANGKITKAN IMAN, MEMULIHKAN, MEMBAWA JIWA & PERTOBATAN KEPADA TUHAN.

Senin, 30 April 2012

Berargumentasi Tanpa Emosi

-->
Beradu argumen, apalagi di dunia kerja, tidak jarang membuat orang alergi.
Tuti Indra Fauziansyah, psikolog dan konsultan karier dari Iradat Consulting berpendapat, beradu argumen itu ternyata penting bagi dunia kerja. Sepenting apa dan bagaimana agar adu argumen tidak menjadi perdebatan tanpa hasil?
MEMBUAT LEBIH KREATIF
Dalam dunia karier dikenal peribahasa team work achieve more. Yang artinya, dengan bekerja sama akan memberi hasil lebih baik. Tentu saja dalam bekerja sama itu melibatkan lebih dari satu orang. Lalu argumentasi tentu menjadi tak terhindarkan.
Tuti menambahkan, jika dalam satu tim hanya ada satu argumen atau satu cara berpikir, ini kondisi yang sama sekali tidak menguntungkan. “Yang muncul adalah groupthink. Pokoknya, baru oke kalau pikirannya sama, tetapi jika berbeda akan disingkirkan,” ujar Tuti. Groupthink itu akhirnya akan mematikan kreativitas.
Padahal, ketika kreativitas mati, kinerja seseorang --yang juga memengaruhi kerja timnya-- akan jalan di tempat. Misalnya, Anda jadi malas berpikir untuk membuat suatu proyek menjadi lebih baik. “Ah, buat apa capek-capek memikirkan ide mencari klien baru. Toh, klien yang saya usulkan sering dicela, karena dianggap tak bonafide. Lebih baik tunggu saja titah bos,” ujar seorang staf promosi periklanan.
MENGACU PADA SOLUSI
Berdebat terus, solusinya mana? Inilah yang sering menjadi kelemahan saat beradu argumentasi. Agar argumentasi tim Anda tidak sia-sia, setidaknya ada tiga hal yang perlu diperhatikan. Pertama adalah harus ditekankan terlebih dulu apa tujuan dari adu argumentasi itu. Misalnya, Anda bekerja di divisi penjualan, dan bersama tim sedang beradu argumentasi untuk meningkatkan penjualan yang menurun sejak 3 bulan terakhir. Dengan tujuan yang sama, arah argumentasi akan jelas dan jalannya argumentasi pun akan efisien, terarah, dan tidak saling mendebat yang tidak tentu arahnya.
Kedua, perhatikan kekuatan masing-masing. Misal, divisi penjualan Anda harus mencari strategi untuk tahun depan. Seorang periset penjualan tentu memiliki data yang kuat, sementara teman Anda yang pandai mengalkulasi mengemukakan fakta-fakta kenaikan dan penurunan harga, dan Anda mungkin piawai dalam melakukan ana­lisis dari fakta-fakta yang ada.
Ketiga, sebelum adu argumentasi, masing-masing kepala sudah diisi. Entah berbentuk data statistik, fakta, atau prediksi ke depan. Tetapi, menurut Tuti, tidak selamanya argumentasi yang dimenangkan itu harus yang berdasarkan fakta-fakta yang ada.

1 komentar:

  1. Ada peribahasa Nias mengatakan. "Abu’a gömö, lö abu’a li". Artinya, Kata-kata sindiran (yang menyakitkan hati) sering terlalu sulit dilupakan.
    Entah di pekerjaan bahkan dalam pelayanan Kristen, sering kita temukan orang-orang yang gampang emosi, dengan mudah mengeluarkan kata-kata pedas. Hasilnya hanya akan mengacaukan lingkungan kerja dan kondisi pelayanan yang kondusif.Ingatlah, kita tidak bisa menarik kata2 yang sdh dimuntahkan.. GBU

    BalasHapus

Terima Kasih untuk Komentar Anda yang membangun, Semoga menjadi berkat bagi kita semua... Amin. GBU