YA'AHOWU !! SYALLOM.. Kata Yesus: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku. (Yoh. 14:6) FAOMASI ZOAYA

LABEL

Pencarian

MARILAH KITA MENJADI BERKAT MELALUI INTERNET, KIRIMKAN TULISAN ANDA YANG MEMBANGKITKAN IMAN, MEMULIHKAN, MEMBAWA JIWA & PERTOBATAN KEPADA TUHAN.

Minggu, 19 Agustus 2012

Perjalanan Injil di Nias dan Kondisi Terkini

Oleh: Pdt. Foluaha Bidaya, S.Th, M.Div*

Dengan mengingatkan kembali sejarah masuknya Injil di Kepulauan Nias, paling tidak akan melahirkan dua respon bagi setiap umat Kristen yang membaca, pertama, rasa syukur dan terima kasih kepada Tuhan Allah Bapa di surga atas kasih, anugerah dan kemurahanNya yang telah menyelamatkan sebagian besar masyarakat Kepulauan Nias menjadi umat tebusan-Nya. Kedua, introspeksi diri dan evaluasi mengenai kehidupan Kekristenan di Kepulauan Nias sebagai hasil dari berita Injil sejak awal hingga pada masa kini.

Masuknya Injil di Kepulauan Nias
Masuknya Injil di Kepulauan Nias tidak terlepas dari titik tolak penginjilan sedunia, yaitu ”Amanat Agung Tuhan Yesus”. Dalam Matius 28:19–20,dikatakan ”Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.Dalam bahasa Li Niha: ”Mi’ae’e,  mibali’ö nifaha’ö fefu soi, wamayagö idanö ya’ira ba döi Nama ba ba döi Nono ba ba döi Geheha Ni’amoni’ö.”

Pada umumnya, kita harus akui secara jujur bahwa masuknya Injil yang melahirkan gereja-gereja Kristen Protestan di Indonesia berboncengan dengan misi kolonial Belanda (VOC) sekitar abad ke-16.
Demikian halnya di Pulau Nias dan pulau-pulau sekitarnya sebagai salah satu daerah kepulauan di tepi barat Pulau Sumatera yang menyimpan berbagai potensi yang terpendam dan terabaikan selama ratusan tahun sebelum Injil masuk, dapat dicatat bahwa masuknya Injil yang melahirkan gereja-gereja Kristen Protestan di Kepulauan Nias dibawa oleh lembaga misi dari Jerman, yaitu: Rhenische Mission Gesellschaft (RMG) yang saat ini dikenal dengan nama Vereinte Evangelische Mission” (VEM), dalam bahasa Inggris United Evangelical Mission (UEM)  dan badan misi dari Belanda, yaitu: Amsterdamer Lutherische Mission yang keduanya  berbonceng dengan VOC atau paling tidak diberi kemudahan-kemudahan oleh kolonial Belanda saat itu, untuk memberitakan Injil Keselamatan di kepulauan Nias.
Satu nama yang patut dicatat dan tak pernah bisa dilupakan, sebagai orang pertama yang pembawa berita Injil di kepulauan Nias, ia tiba di Gunungsitoli pada tanggal 27 September 1865, yaitu E.L. Denninger. Menurut sejarah bahwa E.L. Denninger awalnya ia diutus oleh badan misi dari Jerman untuk memberitakan Injil di Kalimantan, tetapi karena terjadinya perang suku di Kalimanatan  mengakibatkan terancamnya pula hidup para misionaris, termasuk E.L.Denninger, ia memutuskan untuk pindah ke Padang. Di Padang E.L. Denninger bertemu dengan orang-orang Nias, ia belajar bahasa dan budaya Nias. Akhirnya ia memutuskan untuk datang ke Pulau Nias.
Dapat dicatat bahwa Injil keselamatan yang dibawa oleh E.L. Denninger menghasilkan buah. Masyarakat Nias yang sebelumnya menganut kepercayaan pribumi yang dikenal dengan ”pelebegu”, yaitu penyembahan berhala yang berwujud pada kepercayaan terhadap dewa-dewa dan roh-roh nenek moyang, secara bertahap mulai percaya pada berita Injil, mereka menerima Yesus Kristus Juru Selamat dan penebus dosa umat manusia (Kisah Para Rasul 4:12), lalu mereka memberi diri dibaptis.
Karena respons positif masyarakat Nias terhadap berita Injil, E.L. Denninger melaporkan hal tersebut di Jerman dan meminta agar RMG mengutus missonaris lainnya untuk membantu ”penuaian” di kepulauan Nias. Beberapa stasiun misi didirikan, misalnya di Telukdalam dimulai tahun 1886 oleh J.W. Thomas, di Pulau Tello dibuka oleh P.J. Kersten dari Belanda tahun 1889, di Hinako dibuka oleh W. Hoffmann tahun 1899, di Sirombu dibuka oleh A. Pilgenroder tahun 1902, di Lawelu dibuka oleh H.Lagemann tahun 1919, di Lahewa dibuka oleh D. Babfeld tahun 1925 dan lain-lain.
Dari semua hasil penginjilan yang dilakukan lahirlah denominasi Gereja BNKP dan dari BNKP lahir pula denominasi yang lain, seperti AFY, ONKP, AMIN, BKPN dan GNKP-Indonesia serta lainnya.
Tidak mudah menerobos kepercayaan lama dan budaya Nias yang begitu ketat dengan strata sosialnya. Namun, karena kuasa Roh Kudus (Kisah Para Rasul 1:8) dan ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh para misionaris telah mampu membawa Injil ke pintu hati masyarakat Kepulaun Nias sehingga sampai saat ini Kekristenan menduduki posisi sekitar 97 persen.

Kondisi Terkini
Secara kuantitas kondisi kekristenan di kepulauan Nias memang sangat menggembiran, tetapi dari sisi kualitas sangat memprihatinkan. Hal ini dibuktikan dengan masih sebagian besar umat Kristen di kepulauan Nias yang terlibat okultisme dan praktik-praktik perdukunan, kurangnya semangat beribadah dan rela berkorban untuk Injil, kurangnya perhatian dan rasa hormat umat terhadap para pendeta dan pelayanan gereja, dan tidak sedikit umat Kristen yang eksodus dari Pulau Nias beralih ke agama non-Kristen dengan alasan non-samawi, ada yang dengan alasan pernikahan, alasan pekerjaan, alasan jabatan sampai dengan alasan beasiswa pendidikan.
Menurut pandangan saya, kondisi memprihatinkan seperti ini lebih dominan disebabkan karena perkembangan kekristenan di kepulauan Nias hampir seluruhnya bersumber dari faktor kelahiran dan bukan buah penginjilan, ditambah dengan pola pelayanan kebanyakan denominasi gereja yang masih tradisional alias hasil produksi zaman pra-higth telekomunikasi, sistem pelayanan kebanyakan denominasi gereja  masih ”membumi” sementara pola hidup umat yang dilayani sudah ”mengangkasa”, serta sikap kebanyakan denominasi gereja yang masih skeptis alias kurang terbuka terhadap perubahan dan ditambah dengan faktor adat istiadat.

Kesimpulan
Dari apa yang kami uraikan di atas dapat disimpulkan bahwa, pertama, masuknya Injil di kepulauan Nias merupakan kasih karunia Tuhan bagi seluruh masyarakat kepulaun Nias, yang patut diingat dan disyukuri kembali pada bulan September ini. Rasa syukur kita jangan hanya dalam bentuk ibadah-ibadah seremonial sebagaimana biasanya selama ini. Sudah masanya melalui perayaan Yubilium Berita Injil di Kepulauan Nias, gereja-gereja mulai berpikir untuk membawa Berita Injil ke luar Pulau Nias.
Kedua, denominasi-denominasi gereja di Kepulauan Nias masih memperlihatkan sistem atau pola pelayanan yang belum termutakhirkan, ’upto date’, karena itu saatnya melalui peringatan hari masuknya Injil di Kepulauan Nias, gereja harus mereformasi diri sesuai dengan tuntutan kebutuhan zaman, hal ini merupakan sebuah langkah antisipatif terhadap segala bentuk tantangan yang sedang dan bakal dihadapi oleh umat Kristen di Pulau Nias.

[FOLUAHA BIDAYA, Pendeta, Mantan Eporus BKPN, Tinggal di Telukdalam, Nias Selatan]

Sumber : http://www.nias-bangkit.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih untuk Komentar Anda yang membangun, Semoga menjadi berkat bagi kita semua... Amin. GBU