YA'AHOWU !! SYALLOM.. Kata Yesus: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku. (Yoh. 14:6) FAOMASI ZOAYA

LABEL

Pencarian

MARILAH KITA MENJADI BERKAT MELALUI INTERNET, KIRIMKAN TULISAN ANDA YANG MEMBANGKITKAN IMAN, MEMULIHKAN, MEMBAWA JIWA & PERTOBATAN KEPADA TUHAN.

Sabtu, 13 September 2014

Refleksi Kepemimpinan tentang : JANGAN MENGHAKIMI




Sudah lama saya memikirkan mana yang lebih mudah dilakukan oleh seorang pemimpin: MENERIMA TEGURAN atau MEMBERI TEGURAN. Yang jelas, keduanya sulit dilakukan.

Namun EFEKTIVITAS PEMIMPIN SANGAT DITENTUKAN OLEH SIKAP DAN RESPONNYA DALAM MEMBERI dan MENERIMA TEGURAN. Bahkan banyak pemimpin yang gagal karena tidak pernah bersedia menerima teguran.
Di pihak lain, kita yang tidak berada dalam posisi pemimpin sangat segan memberi masukan/  teguran/ kritik kepada pemimpin. Khususnya kita yang dibesarkan dalam kultur Indonesia yang sangat paternalistik.

THE UNTOUCHABLES!
Pengalaman dalam sebuah percakapan dengan seorang pemimpin gereja, kami lalu sampai pada topik tentang MENEGUR dan DITEGUR. Lalu ia mulai bercerita tentang pengalamannya sebagai seorang pendeta dan hamba Tuhan ditegur oleh seorang anggota jemaatnya. Menurut persepsinya, teguran tersebut tidak bernada membangun dan cenderung memojokkan dia. Lalu ia memilih sikap diam. Namun dalam hatinya, ia merasa suatu ketidaknyamanan.
Ia lalu berkata bahwa beberapa waktu kemudian, sesuatu terjadi pada orang yang memberi teguran tersebut. Bisnisnya bangkrut! Dan menurut pendeta tersebut, itu adalah hukuman Tuhan atas tindakannya menegur seorang yang diurapi Allah.

Pendeta ini lalu memberitahukan pelajaran yang dipetik dari pengalaman tersebut. Bukan bagi dirinya, tapi bagi saya. Hanya satu pelajaran. Jangan sembarangan memberi teguran kepada orang yang diurapi Allah. Mesti hati-hati! Lalu ia memberikan dasar ayat Alkitabnya: "Jangan mengusik orang-orang yang Kuurapi, dan jangan berbuat jahat kepada nabi-nabiKu" (Mazmur 105 : 15).

Sejenak saya terdiam mendengar nasihatnya. Yang terlintas di benak saya adalah implikasi dari pernyataan-pernyataan diatas terhadap orang-orang yang dipimpin oleh "orang yang diurapi Allah" tersebut. Pernyataan-pernyataan seperti itu justru mendorong orang 'awam' untuk SEMAKIN PASIF, bahkan SEMAKIN TAKUT MEMBERIKAN MASUKAN dan TEGURAN KEPADA PENDETA. Criticize, and you will be cursed!
Eksegesis Mazmur 115:15 akan memperlihatkan bahwa ayat tersebut telah disalahgunakan diatas. Paling tidak ada dua hal yang penting untuk dicermati.

Pertama, frase "yang Kuurapi" TIDAK MENUNJUK SECARA SPESIFIK KEPADA PENDETA ATAU HAMBA TUHAN YANG HIDUP DI ABAD KE-21 INI. Penggunaan frase tersebut dalam PL menunjuk secara umum kepada raja-raja Israel (lihat misalnya, 2 Sam 1:14; Mazmur 20:7; Ratapan 4:20). Jadi bukan menunjuk kepada nabi. Sedangkan dalam konteks Mazmur 105, frase tersebut menunjuk kepada anak cucu Abraham dan anak-anak Yakub secara umum (the patriarchs).

DALAM PB, ORANG YANG DIURAPI ALLAH ADALAH SETIAP ORANG PERCAYA TANPA TERKECUALI. "Kamu telah beroleh pengurapan dari yang Kudus" (1 Yohanes 2:20). Kata "kamu" disana berbentuk plural dan menunjuk kepada anak-anak Allah.

Jadi jelas disini bahwa tidak ada seorang pun dalam gereja yang memiliki status special sebagai "orang yang diurapi Allah" yang lebih tinggi daripada orang-orang percaya lainnya dan kebal terhadap masukan/nasihat/teguran.

Kedua, kata 'usik' (touch, KJV/NIV) dan 'berbuat jahat' (harm, KJV/NIV) dalam Mazmur 105:15 mengacu kepada HAL YANG BERSIFAT FISIK. Strong's Hebrew Dictionary memberikan definisi sebagai berikut: Menyerang dengan pukulan, mendatangkan malapetaka, menghancurkan sampai berkeping-keping. Pendek kata, AYAT TERSEBUT TIDAK BERBICARA TENTANG MEMBERI MASUKAN ATAU TEGURAN DALAM DUA HAL YANG ESENSIAL PADA DIRI PEMIMPIN KRISTEN: KARAKTER DAN AJARAN (doktrin/prinsip).

JANGAN MENGHAKIMI!
Disamping dua hal diatas, ada satu bagian lagi di Alkitab yang sering disalahgunakan untuk mereduksi keinginan memberi nasihat, masukan, apalagi teguran. Yaitu perintah Tuhan Yesus dalam tiga kata yang sangat terkenal: "Jangan kamu menghakimi" (Matius 7:1). Apalagi 'menghakimi' pemimpin.

Ayat diatas dipersepsi sedemikian rupa sehingga (1) mengecilkan kapabilitas orang Kristen untuk membedakan yang benar dan yang salah (discernment), (2) mendorong kita untuk menutup mata terhadap kesalahan dan ketidakberesan yang ada di sekitar kita, (3) dan mematikan daya kritis kita terhadap orang lain.

Berikut uraian singkat tentang beberapa hal yang menjelaskan maksud Yesus dalam bagian ini:

Pertama, relativisme yang kental mewarnai dunia berdosa abad ke-21 justru SEMAKIN MEMBUTUHKAN PENILAIAN. Yang benar dan yang salah harus dinyatakan dalam ruang sidang, dalam ruang kelas dan kuliah, dalam keluarga, dalam perusahaan, dan juga dalam gereja. Tidak mungkin perintah Yesus diatas malah meniadakan daya kritis orang Kristen terhadap dunia. Ada banyak bagian lain di Alkitab yang mementingkan praktek 'saling menegur' dalam komunitas umat Allah.

Kedua, PENGHAKIMAN BERBEDA DENGAN PENDAPAT. Seringkali pendapat yang kita lontarkan terhadap orang lain diselimuti dan didasari oleh ketakutan, kesombongan, atau ketidaktahuan kita. Sebaliknya, penghakiman adalah pendapat yang kita bentuk setelah kita berusaha dengan serius untuk mengetahui seluruh fakta yang relevan dan (sebagai seorang Kristen) berdoa dan berkonsultasi dengan Alkitab.

Ketiga, benang merah dari seluruh kotbah Yesus di bukit adalah agar para pengikut Kristus berbeda dengan dunia. Sedangkan tekanan dari kotbah di bukit adalah sikap dan motivasi hati ketimbang perilaku eksternal. Itu sebabnya Yesus membuat kontras antara para muridNya dan orang Farisi.

Orang Farisi menganggap diri lebih superior secara rohani dan moral dibanding orang lain, dan menghakimi orang seakan-akan mereka sendiri kebal dari penghakiman tersebut. Mereka bertindak sebagai hakim dengan semangat meninggikan diri sendiri dan merendahkan orang lain. Ini yang tidak diinginkan Yesus.

Fokus Yesus disini bukanlah tindakan menghakimi itu sendiri, namun sikap dan motivasi hati yang ada dibalik tindakan tersebut. Paraprase bebas dari ayat diatas bisa berbunyi demikian: Jangan kamu menghakimi seperti seorang Farisi! Jangan kamu menghakimi seperti seorang hakim!

Keempat, yang Yesus larang adalah upaya mengeluarkan selumbar dimata orang lain dengan balok masih bersemayam dimata kita. Kalau salah satu gigi Anda memiliki sebuah lubang kecil yang sangat dalam, maukah Anda datang ke dokter gigi yang sedang terkena penyakit mata katarak?

Yang Yesus katakan adalah koreksi dulu dirimu, baru kita bisa mengkoreksi orang lain. Pola ini perlu kita lakukan dan pertahankan. Koreksi dan ubah diri sendiri, baru koreksi dan ubah orang lain. Tapi tidak berarti tunggu kita sempurna dulu di seluruh area kehidupan, baru bisa koreksi orang lain. Karena jangan-jangan sampai kita mati, kita tidak akan pernah sekalipun mengkoreksi orang lain.

Kelima, apakah selumbar dimata orang lain tersebut harus tetap dikeluarkan? Ya. Karena adalah tanggung jawab moral orang Kristen untuk mengkoreksi orang lain, bukan untuk menjatuhkan, namun untuk membawanya semakin serupa Kristus.

Namun kita harus sadar bahwa tanggung jawab moral tersebut harus dilakukan dengan KERENDAHAN HATI dan kesadaran bahwa kita tidak akan pernah 100% benar dan tidak akan luput dari kesalahan. Dan jangan lupa, kita sendiri nanti akan berdiri dihadapan penghakiman Tuhan memberi pertanggungjawab tentang keaktifan dan kepasifan kita dalam hal menegur orang lain.

LOVING CRITICS
Pemimpin tidak membutuhkan unloving critics, si Tukang kritik yang hobinya mencari kesalahan pemimpin. Sebaliknya, uncritical lovers sangat berbahaya bagi integritas hidup pemimpin karena hanya menyampaikan hal-hal yang enak didengar ditelinga pemimpin. Yang dibutuhkan pemimpin adalah LOVING CRITICS.

Saling menegur adalah bagian dari kunci membentuk komunitas umat Allah yang sehat dan bertumbuh. Namun hal ini amat sulit dilakukan kepada pemimpin karena di satu sisi kita harus menghormati dan taat kepada pemimpin yang Allah telah tetapkan, dan di sisi lain pemimpin tetap adalah manusia yang masih bisa salah (fallible) yang membutuhkan kritik dan teguran.

Setelah seluruh diskusi diatas, ada beberapa kesimpulan yang mengemuka berkaitan dengan SIKAP KITA MENEGUR PEMIMPIN:

1. MENEGUR PEMIMPIN ADALAH BUKTI KASIH KITA KEPADANYA. Pemimpin memiliki 'blind spots' dan tidak bebas dari jebakan kuasa, seks, dan uang yang menyeretnya ke dalam dosa. Tidak menegurnya berarti membiarkan dia tergelincir lebih dalam. Tidak menegurnya berarti mengabaikan tanggung jawab moral yang Allah berikan sebagai seorang saudara seiman.

2. Menegur berpotensi membuat diri kita menjadi sombong dan sok suci. Tidak sulit bagi seseorang untuk menjelma menjadi orang Farisi: Kritik sana-sini dan tegur setiap orang! Itu sebabnya DIBUTUHKAN ORANG YANG DEWASA ROHANI UNTUK MENEGUR (Galatia 6:1).
3. TUJUAN MENEGUR bukan untuk mengutuk pemimpin atau membeberkan kesalahannya untuk memalukannya, melainkan untuk restorasi agar pemimpin semakin efektif dalam hidup dan pelayanannya.

4. Setiap teguran yang kita hendak lontarkan harus didahului dengan tiga hal: FAKTA, FIRMAN TUHAN, dan PERGUMULAN DOA. Teguran yang positif juga disertai dengan tetesan air mata dan hati yang berat. Kalau salah satu dari elemen-elemen tersebut tidak ada, sebaiknya batalkan niat untuk menegur tersebut.

5. BAGAIMANA TEGURAN ITU DISAMPAIKAN SAMA PENTINGNYA DENGAN ISI TEGURAN TERSEBUT. Bahkan dalam budaya Timur, terkadang lebih penting. Khususnya kepada orang yang lebih tua atau lebih senior dalam pengalaman atau pengetahuan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan misalnya, pengkalimatan, bahasa tubuh, sikap hormat, mimik muka, intonasi, relasi, waktu, dan tempat. Tanpa hal-hal ini, niat yang baik biasanya malah berakibat buruk.

Yang tidak pernah menegur perlu berdoa meminta hikmat, kepekaan dan keberanian dari Allah. Yang terlalu sering menegur perlu berdoa juga meminta pengontrolan diri dan pengampunan dari Allah.

Sumber : http://www.glorianet.org/sendjaya/1474-pemimpin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih untuk Komentar Anda yang membangun, Semoga menjadi berkat bagi kita semua... Amin. GBU