YA'AHOWU !! SYALLOM.. Kata Yesus: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku. (Yoh. 14:6) FAOMASI ZOAYA

LABEL

Pencarian

MARILAH KITA MENJADI BERKAT MELALUI INTERNET, KIRIMKAN TULISAN ANDA YANG MEMBANGKITKAN IMAN, MEMULIHKAN, MEMBAWA JIWA & PERTOBATAN KEPADA TUHAN.

Selasa, 09 September 2014

GARAM dan TERANG DUNIA

“Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang. Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi. Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu. Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga.” (Mat 5:13-16)

Kata kunci atas “garam dan terang” adalah memiliki “peran positif” dimanapun ia berada. Yesus melalui Injil-Nya menyatakan, bahwa orang Kristen (pengikut Kristus) adalah sebagai “garam dan terang dunia,” sebuah predikat yang membesarkan kepala membusungkan dada, akan tetapi di balik pernyataan indah tersebut terkandung panggilan yang tidak gampang untuk dijalankan. Pernyataan Yesus tersebut pada hakikatnya adalah “perintah” yang harus diterapkan dengan berani dan sungguh-sungguh karena akan ada banyak tantangan yang berusaha meredupkan terang kita dan menggagalkan fungsi kita sebagai garam. Kita harus masuk dan terlibat dalam kehidupan masyarakat dan memberikan pengaruh positif. Firman Tuhan harus nyata dalam hidup kita. Pertahankan nilai-nilai, tolok ukur, dan gaya hidup kristiani. Jadilah peka dan tolaklah segala tindakan yang tidak sesuai dengan kebenaran firman Tuhan. Bila kita setia mengikuti jalan-Nya, kita akan memberikan pengaruh yang menyehatkan bagi orang-orang di sekitar kita.

Garam, kota dan pelita tiga topik ini satu benang merah penekanan yang dipakai oleh Yesus untuk menguatkan “peran” kita di tengah dunia, yaitu sebuah “keharusan” untuk menyediakan diri sebagai “pembawa kebaikan” atau “berperilaku positif” dalam kehidupan sehari-hari. Mau atau tidak, suka atau tidak, menjadi “garam dan terang dunia” hukumnya wajib : garam yang tawar tidak ada gunanya, petila di dalam gantang juga sia-sia, kata dasarnya “kehilangan hakekat dan peran” kekristenan.

Kita semua tahu betapa besar manfaat serbuk putih yang disebut “garam” : penyedap masakan, pupuk tanaman, dan yang paling utama sebagai pengawet karena garam dapat memperlambat pembusukan. Kristen harus menjadi manusia yang dibutuhkan oleh setiap orang. Kalau tidak lagi ada beda antara Kristen dan dunia ini, Kristen menjadi tak berguna, akan dilecehkan, diacuhkan, atau disingkirkan. Inilah peringatan Tuhan. Kehadiran Kristen di tengah dunia adalah juga kehadiran Kristus. Wajarlah bila dimana pun Kristen berada, seharusnya lingkungan sekitarnya merasakan dampaknya. Dampak itu harus terpancar baik melalui pewartaan Injil maupun melalui sikap hidup dan perbuatan baik kita. Bersaksi dan berbuat baik adalah sarana untuk membahagiakan sesama kita.

Sedangkan terang berfungsi menyingkapkan kegelapan dan menuntun orang pada jalan yang benar. Terang tidak boleh ditutupi, apalagi disimpan (ayat 15). Fungsi orang Kristen sebagai terang adalah menyuarakan kebenaran dan keadilan. Anak Tuhan harus berani berkata kepada orang lain bahwa salah adalah salah, dan dosa adalah dosa. Ia harus memberi tuntunan pada orang lain untuk menemukan kebenaran di dalam Kristus.

Sejauh mana efektivitas, mutu, kualitas, signifikan dan relevansi kekristenan diri kita masing-masing, seberapa banyak kita mempu mengasinkan adonan atau seberapa luas kita menerangi “tempat yang gelap” ? Ataukah malah sebaliknya, “garam” kehilangan asinnya dan terang menjadi gelap ?

Garam Yesus tidak dihasilkan dari air laut yang diuapkan, dan petila Kristus tidak menyala karena minyak bumi. Sekecil apapun dan sesederhana manapun kita sebagai pengikut Kristus dapat dipastikan bisa menjadi “garam dan terang” dunia kapan dan dimanapun berada, dengan satu syarat, yaitu jika kita mau hidup kebih baik. Caranya bagaimana ….?
Hidupkanlah firman Allah dalam hidup (jiwa) kita, langkah demi langlah hiduplah seperti Yesus hidup. Inilah yang “harus” dilakukan orang-orang percaya, di semua ruang dan waktu di mana kehidupan yang mewujud-nyatakankan “kasih” kepada Allah serta sesama. Di sinilah tempat kita akan terbentuk menjadi “saksi Kristus” atau “pengikut Kristus.” Dialah satu-satunya terang dunia; barangsiapa mengikut Kristus, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup.”  (Yoh 8:12)

“Hidup Kristen” adalah “menghidupkan (melahirkan) Kristus” dalam kehidupan kita sehari-hari dengan cara meneladani perkataan dan perbuatan Kristus. Semua perkataan dan perbuatan Kristus pada zaman ini dapat disebut sebagai “demonstrasi kasih” yg dapat dilakukan perorangan maupun kelompok.  “Demonstrasi kasih”, menghidupkan kasih adalah perintah utama dan terutama ajaaran Kristus. Perintah untuk saling mengasihi tersebut entah betapa sering telah kita dengar ? Sejak percaya pada Yesus dan mulai mendengar Injil, kita senantiasa didorong untuk mengasihi.

Yohanes menyadari bahwa perintah mengasihi adalah perintah lama, namun disebut sebagai perintah baru dalam arti sebelumnya belum pernah dilakukan oleh seorangpun. Yesus Kristus menunjukkan kasih kepada manusia, “demonstrasi kasih” yang dilakukan-Nya ketika Dia disalibkan belum pernah dilihat manusia. Demonstrasi kasih seperti ini benar-benar baru bagi manusia. Perintah kasih adalah baru karena terus menerus dihidupkan dalam setiap pengikut-Nya. Amin.

Kasih menjadi kenyataan hidup yang belum pernah diwujudkan manusia sebelumnya. Oleh karena itu sepatutnyalah orang Kristen menghidupkan kasih Yesus di dalam perkataan dan perbuatannya setiap hari. Hidup dalam kasih berakibat semakin pudarnya kegelapan karena terang semakin bercahaya. Yesus Kristus rela mati tergantung di kayu salib karfena kasih-Nya kepada dunia, “Kasih Kristus” tidak pernah terbatas pada tembok-tembok gereja, “Kasih Kristus” diarahkan kepada semua manusia di belantara yang tak terbatas.

Hanya di dalam kesetiaan kita kepada Tuhan terletak kemampuan kita menjadi berkat dalam dunia. Kehidupan yang “berkarakter” Kristus akan ditandai oleh adanya dampak positif bagi orang lain (dunia). Pola kehidupan kristiani atau “Hidup Kristen” adalah “Pola Hidup  Baru” yang membahagiakan, akan tetapi “kebahagiaan” yang terkait mutu manusianya, bukan apa yang dimilikinya.

“Kebahagiaan” yang disebut dalam KHOTBAH DI BUKIT diawali pertobatan, yaitu meninggalkan cara lama dan memulai cara baru, dari pola “miskin di hadapan  Allah” sampai menjadi “saksi kebenaran (Kristus).”

Sumber : http://evangelistic.blog.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih untuk Komentar Anda yang membangun, Semoga menjadi berkat bagi kita semua... Amin. GBU