YA'AHOWU !! SYALLOM.. Kata Yesus: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku. (Yoh. 14:6) FAOMASI ZOAYA

LABEL

Pencarian

MARILAH KITA MENJADI BERKAT MELALUI INTERNET, KIRIMKAN TULISAN ANDA YANG MEMBANGKITKAN IMAN, MEMULIHKAN, MEMBAWA JIWA & PERTOBATAN KEPADA TUHAN.

Jumat, 09 Maret 2012

MUSIK GEREJAWI Yang Kontekstual

PENGANTAR
Nyanyian dan Musik merupakan faktor yang sangat sering dimanfaatkan di dalam kehidupan gereja. Dengan kenyataan ini maka musik dibutuhkan oleh gereja untuk mendukung pelayanannya. Apa pentingnya musik di dalam gereja?

Baiklah pada kesempatan ini kita belajar tentang "Musik Gereja Yang Kontekstual".

ISI
1. Fungsi dan Peran Musik Gereja di Dalam Ibadah.
Di dalam buku "Efek Mozart" yang diteliti oleh John Handol ML memperlihatkan bagaimana kekuatan musik yang dapat dimanfaatkan untuk "mempertajam" pikiran, meningkatkan kreatifitas, menyehatkan jasmani, dan memperbaharui perilaku dan juga emosi manusia ke arah yang lebih baik.
John Handol ML juga menambahkan pentingnya peranan musik di dalam kehidupan iman percaya jemaat. Menurutnya musik dapat memberikan dampak kerohanian ("spirit") melalui motivasi, tujuan dan doa yang mendorong manusia untuk pertobatan.
Di dalam Alkitab juga kita dapat menemukan bagaimana baiknya penataan musik di dalam kehidupan bangsa Israel sebagai realitas kehidupan manusia yang banyak berperan di dalam peribadatan. Tidak berhenti disitu saja, di sepanjang sejarah gereja, musik gereja berperan penting di dalam perkembangan ke-Kristenan, karena itu baiklah kita selidiki peran musik baik di dalam ibadah maupun di dalam kehidupan jemaat.
Di dalam Efesus 5:19, Paulus menasehati jemaat yang dilayaninya agar sesama anggota jemaat saling menguatkan dengan Mazmur (psalmois), kidung puji-pujian (humnois) dan nyanyian rohani (oidais). Ternyata bahwa di dalam Alkitabpun dicatat betapa pentingnya peran musik di dalam kehidupan jemaat dan berbagai usaha lainnya, serta bentuk musik yang dipergunakan di dalam ibadah jemaat.
Yesus juga menempatkan nyanyian pujian sebagai sarana untuk meneguhkan hati-Nya ketika Ia menggenapi perintah Allah kepada-Nya. (bdg. Markus 14:26). Luar biasa besarnya peran nyanyian pujian yang mampu menguatkan iman percaya dan keyakinan di dalam menjalani kehidupan ini. Dengan kata lain, musik mampu mempersiapkan kita untuk memasuki ke kehidupan berikutnya. Di dalam konteks ibadah musik dapat menolong kita untuk mempersiapkan hati untuk memasuki suasana yang lebih baik untuk menerima Firman Tuhan, begitu juga untuk masuk ke dalam unsur-unsur ibadah lainnya.
Alasan mengapa gereja harus bernyanyi ataupun bermusik? Alasannya melalui puji-pujian yang dinaikkan dengan musik dapat menopang penyerahan jiwa dan hati kita kepada Allah. Musik perperan mendorong manusia untuk menyembah Allah yang Agung serta menjadi penghiburan yang menguatkan gereja.
Di dalam nyanyian gereja, syair mendapatkan penekanan yang penting karena melalui syair akan muncul "aspirasi" musikal yang menghidupkan syair itu sendiri. Melalui kekuatan syair terjadilah "aklamasi" dan "proklamasi" tentang iman percaya di dalam nyanyian. Berdasrkan pernyataan di atas terlihat ada dua alasan mengapa kita harus bermusik ataupun bernyanyi di dalam ibadah, yaitu:
  • Alasan "Aklamasi", jemaat bernyanyi dan bermusik karena keinginan untuk memberikan jawaban iman percaya (puji-pujian/ucapan syukur) atas karya keselamatan yang telah dikerjakan oleh Allah melalui Yesus Kristus.
  • Alasan "Proklamasi", jemaat ataupun gerja juga harus memberitakan bagi orang lain tentang perbuatan-perbuatan Allah yang dahsyat melalui Yesus Kristus.
Tujuan bermusik di dalam kehidupan ibadah jemaat dapat dibagi menjadi tiga kelompok besar, yaitu:
  1. Tujuan Vertikal Melalui pelayanan musik dan nyanyian kita dapat menaikkan puji-pujian kepada Tuhan Allah yang telah menciptakan dan memelihara kehidupan kita. Melalui pujian kita membangun hubungan dengan Tuhan Sang Pencipta yang mengasihi serta mengampuni umat-Nya.

  2. Tujuan Horizontal Musik dan juga nyanyian dapat berperan untuk tujuan hubungan horizontal jemaat dimana kita dapat membangun kehidupan persekutuan. Keluaran 15:1, Pada waktu itu Musa bersama-sama dengan orang Israel menyanyikan nyanyian ini bagi TUHAN yang berbunyi: "Baiklah aku menyanyi bagi TUHAN, sebab Ia tinggi luhur, kuda dan penunggangnya dilemparkan-Nya ke dalam laut". Melalui perkataan "bersama-sama dengan orang Israel" ditunjukkan aspek persekutuan di dalam puji-pujian yang dinaikkan umat-Nya tentang kemenangan yang diberikan Tuhan.
    Disamping itu juga, melalui nyanyian kita memberi semangat dan penghiburan sebagai wujud pelayanan terhadap saudara-saudara kita yang sedang dirundung duka.

  3. Tujuan Internal Setiap kita menyanyikan suatu pujian secara tidak langsung kita menumbuhkan iman percaya yang kita yakini dalam kehidupan ini. Setiap kita menyanyi di sana ada penghiburan bagi hati kita yang sedang berduka. Dengan kata lain memperkuat iman dan karakter melalui nyanyian pujian.
2. Pembagian Musik di dalam Gereja
Di dalam gereja, musik dapat dikategorikan kedalam dua bagian, yakni musik instrumen dan musik vokal. Masing-masing kategori masih dapat dijabarkan menjadi seperti terlihat pada skema berikut ini.
Mencermati Efesus 5:19, Paulus membedakan tiga jenis nyanyian di dalam ibadah jemaat, yaitu: Mazmur (psalmois), Kidung puji-pujian (humnois) dan nyanyian rohani (oidais).
Jika kita melihat ke dalam pemahaman Calvin, nyanyian jemaat dibedakan atas dua macam yaitu: nyanyian liturgi dan nyanyian rohani. Nyanyian liturgi adalah nyanyian Mazmur yang dianggap diilhami oleh Roh Kudus. Sedangkan nyanyian rohani adalah yang "Non Alkitabiah" yang dimaksudkan untuk digunakan di rumah-rumah jemaat sebagai selingan di dalam doa rumah tangga dan rekreasi yang sopan. Musik menurut Calvin adalah karunia khusus dari Tuhan yang seharusnya memiliki bobot dan memiliki nilai keagungan. Jika tidak ibadah gereja bisa menjadi kurang khidmat. Jadi sebenarnya Calvin bukan "alergi" terhadap musik jika penempatannya mendukung keagungan penyembahan kepada Allah.

3. Peranan Pemusik dan Song Leader di dalam Ibadah
Di dalam Alkitab dapat kita lihat beberapa peristiwa yang menempatkan pemusik dan pemimpin pujian kedalam kehidupan umat Tuhan. Musa dan Miriam adalah pemusik dan pemimpin pujian ("song leader") yang pertama di dalam sejarah peribadatan bangsa Israel sewaktu Israel menerima kemenangan pada serangan Firaun di Laut Merah (Keluaran 15:1-21). Sejak peristiwa itu pemimpin pujian secara terus menerus diperbaharui.
Pada I Tawarikh 6:31-47, Daud mengangkat dan menetapkan ahli musik dari suku Lewi untuk melaksanakan tugas pelayanan musik di dalam ibadah bangsa Israel secara turun-temurun. Mereka ialah Asaf, Eman, dan Etan. Tugasnya adalah untuk mempersiapkan pelayanan musik, memimpin pujian, mengajarkan nyanyian dengan baik, menggubah dan menciptakan nyanyian (bdg. Mazmur 4:1; 5:1; 6:1; 10:1; 36:1; 60:1, 140:1; 136; dsb).
Melalui rumusan di atas tugas pemusik dan pemimpin pujian dapat dikategorikan sebagai berikut:
  • Mengajarkan nyanyian yang baru kepada kelompok.
  • Memimpin kelompok untuk menyanyi dengan baik.
  • Menggubah atau menciptakan nyanyian yang baru serta mengadministrasikan nyanyian hasil gubahan para komponis Israel.
  • Mendorong dan memandu umat supaya menyanyi dengan baik.
Dalam perkembangan gereja setelah zaman Tuhan Yesus, peranan pemusik semakin berkembang bukan pemimpin pujian, tetapi juga perkembangan para biduan. Pada zamannya Calvin melihat peranan para biduan ataupun pemimpin pujian telah mengalami penyimpangan. Oleh karena itu ia mengeluarkan pemimpin pujian dari unsur ibadah jemaat.
Pada masa kini peranan biduan ataupun pemimpin pujian dirasakan perlu diangkat kembali ke fungsi dan peran yang semestinya. Menurut Mawene peranan pemimpin pujian ialah untuk memimpin pujian di dalam ibadah dan memandu jemaat bernyanyi. Agar hal tersebut dapat dicapai tugasnya perlu ditambahkan termasuk untuk mempersiapkan, melatih dan memimpin jemaat bernyanyi dengan baik. Oleh karena itu pemimpin pujian harus memiliki karunia khusus dari Allah dalam bidang musik yang disumbangkan untuk kemuliaan Tuhan Allah.
Menurut Frida D. Harahap, ada beberapa peranan pemusik ataupun song leader di dalam kehidupan ibadah jemaat yaitu: Sebagai pemandu/pemimpin puji-pujian agar terlaksana dengan hikmat, sehingga jemaat dapat bertemu dengan Allah. Sebagai pelayan di dalam ibadah yang harus mempersiapkan dirinya dan seluruh jemaat untuk menyanyikan pujian dengan benar. Sebagai penterjemah/mengekspresikan jiwa nyanyian sehingga dengan gampang dapat dihayati dan diekspresikan jemaat (ungkapan/bahasa iman)

4. Pemilihan Nyanyian untuk Ibadah 
Sewaktu kita memimpin perjalanan ibadah perlu diperhatikan beberapa hal yang berhubungan dengan pemilihan lagu-lagu yang sesuai untuk ibadah. Sering terjadi pemimpin ibadah (yang memilih lagu-lagu) menempatkan nyanyian di dalam liturgi tidak berdasarkan pada kebutuhan liturgi tapi berdasarkan nyanyian yang diketahui oleh pemimpin ibadah dan jemaat. Hal ini seharusnya dihindari dengan belajar dan melakukan persiapan.
Cara yang benar untuk menentukan nyanyian di dalam ibadah adalah: Pelajari struktur liturgi yang digunakan. Tentukan nyanyian selaras dengan thema khotbah. Cari nyanyian yang berhubungan ddengan struktur liturgi yang digunakan. Periksa ulang apakah nyanyian sudah menyatu dengan liturgi maupun khotbah.

5. Musik yang Kontekstual di dalam Ibadah
Memenuhi kebutuhan untuk memaksimalkan peranan musik di dalam ibadah yang lebih kontekstual perlu ditinjau beberapa hal yakni:
  1. Struktur Liturgi Mengenai struktur liturgi secara rinci dibahas pada sesi sebelumnya, sehingga tidak dibahas lagi di sini.
  2. Tempat Nyanyian dan Musik di dalam Liturgi Mencermati struktur liturgi maka nyanyian di dalam ibadah digunakan pada saat: ~ Nyanyian untuk persiapan kedalam kebaktian. Suasana ini diharapkan untuk mempersiapkan jemaat untuk masuk kedalam persekutuan untuk menyembah.
    ~ Nyanyian pujian sebagai respons kehadiran Allah (Votum+Salam). Setelah kita meletakkan dasar kebaktian serta Salam bagi Allah pemilik ibadah kemudian jemaat memberikan respons melalui Introitus dan Nyanyian pujian.
    ~ Nyanyian konfessi/pengakuan dosa. Pada kesempatan ini dapat membantu pengkondisian jemaat lebih mengaku dosa-dosanya kepada Allah, serta di dalam pengakuan dosa ini lebih mengarah kepada individu jemaat.
    ~ Nyanyian pujian tentang pengampunan dosa/hidup baru. Nyanyian ini dapat dipahami sebagai nyanyian ucapan syukur bagi Allah yang telah mengampuni dosa-dosa kita dan selanjutnya mempersiapkan jemaat ke arah mendengar pembacaan Firman Tuhan.
    ~ Nyanyian Ucapan Syukur. Pada saat ini jemaat diajak untuk mampu menyembah Allah dengan lebih baik serta ucapan syukur atas Firman yang telah disampaikan.
    ~ Nyanyian penutup. Nyanyian ini menolong jemaat untuk kesetiaannya terhadap tekad dan perlindungan dari Allah.
    Selain yang di atas masih ada nyanyian "Amin", "Haleluya" ataupun "Gloria" yang dipakai di dalam ibadah. Nyanyian ini dipakai untuk menyatakan "aklamasi" yang baik dari jemaat.
  3. Kategori Musik di dalam Ibadah Kategori musik di dalam ibadah dapat dibagi kedalam beberapa hal yaitu:
    ~ Musik Beat (Rythmic). Beat secara psikologi dapat merangsang gerak fisik. Baik digunakan untuk kebersatuan tetapi sampai kadar tertentu, yang tidak mengundang gerak sensual (bdg. Keluaran 32:18-25)
    Musik yang berbentuk rithmik sebetulnya dapat membangun "inner sense", kebersatuan, kedisiplinan (keteraturan), keceriaan, variasi gerak, semangan dan sebagainya. Tetapi irama yang kacau dapat membuat situasi ikut kacau. Ciri lainnya, tidak mengandalkan kata-kata, tetapi gerak (biasanya bermakna simbolik yang dipahami setiap orang yang paham tentang musik). Musik ritmik memicu manusia untuk menyatakan gerak yang bermakna simbolik. Musik yang terlalu keras dapat menggeser rasa "khidmat". Ritem adalah unsur musik paling memancing reaksi tubuh.
    ~ Musik Harmonik. Musik ini dapat memberikan ketenangan, rasa harmonis, keselarasan, dengar-dengaran, saling ketergantungan. ~ Musik Melodik. Musik ini lebih menekankan kejujuran perasaan, kehalusan jiwa. Cirinya yang lain lebih menitukberatkan pada liriknya. Tidak terikat atau mementingkan notasi, sehingga sifatnya lebih improvisatif, individual, tidak menekankan keseragaman/kebersamaan.
  4. Kontekstual sebagai Pemaksimalan Musik di dalam Ibadah Upaya kontekstual musik ibadah, perlu memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhinya selain beberapa hal yang telah disebut di atas antara lain, budaya, didaktis, kesaksian dan sebagainya.
    Ibadah harus dilaksanakan dengan tertib dan sopan yang kesemuanya itu gunanya adalah untuk mewujudkan pujian atas keagungan Allah ("Soli deo Gloria")
Dengan demikian musik yang bagaimanakah yang kontekstual di dalam ibadah? Dapat dipengaruhi unsur musik sekuler tapi sejauh mungkin mendukung penyembahan jemaat yang lebih baik. Karenanya langkah-langkah yang tepat adalah:
  • Alkitab sebagai "cermin". Pengarahan yang dibuat Alkitab melatih manusia agar tanggap terhadap hal-hal yang lebih "up to date" (faktual), tetapi belum tentu proporsional. Dengan demikian Alkitab membimbing orang Kristen dalam melakukan seleksi musik yang tepat pada zamannya (Mazmur 43:3; 119:105; II Timotius 3:16-17)
  • Langkah inkulturatif di dalam musik gereja adalah salah satu langkah yang benar dengan memandang budaya sebagai wadah pengajaran gereja.
  • Melihat situasi  (yang mencakup berbagai suku), inkulturasi secara suku saja tentu kurang tepat. Oleh karena itu gereja perlu memperhatikan inkulturasi secara budaya sekitar.
  • Supaya dapat dirasakan bahwa nyanyian/musik dapat menolong kita di dalam kehidupan beribadah, mau tidak mau kita harus melihat kebutuhan struktur liturgis yang kita gunakan dan menempatkannya secara benar sesuai kebutuhan kita, demikian juga penerbitan nyanyian pun harus memperhatikan kebutuhan liturgis (bdg. Bahan kategori Musik di dalam Ibadah, selanjutnya kita praktekkan pada kesempatan ini). Jika untuk pengakuan dosa pilihlah lagu yang model musiknya lebih bersifat individual yang dapat menolong kita untuk menyadari akan dosa-dosa kita. Demikian juga unsur-unsur liturgi lainnya.
Jadi musik gereja di dalam ibadah yang kontekstual adalah musik yang mampu kita ciptakan dengan kreatif sebagfai wadah menolong jemaat kedalam penyembahan terhadap Tuhan serta menguatkan kita di dalam kehidupan. Musik harus mengikuti kebutuhan struktur liturgi yang berjalan bersama kategori musik (ritmik, harmonik, dan melodik) yang cocok denga tatanan liturgi. "maksud nyanyian gereja adalah untuk menopang penyerahan hati kepada Allah". Perlu diingat bahwa inkulturasi adalah salah satu upaya kontekstual untuk mengkontekstualkan musik gereja kita.

6. Teknik Bernyanyi Yang Baik di dalam Ibadah
Sewaktu kita menaikkan pujian kepada Tuhan, kita perlu mempersiapkan diri agar mampu berfungsi dengan baik. Di dalam menyanyikan lagu sebaiknya ada beberapa sikap yang perlu kita pertimbangkan yaitu:
  • Ungkapkan perasaan dengan sepenuh hati untuk Tuhan.
  • Bernyanyi bukan untuk manusia tetapi untuk Tuhan.
  • Bernyanyi bukan untuk penampilan/show.
  • Baca Mazmur 9:2; 16:8; Kolose 3:17, 23, 24
Untuk itu kita harus melakukan persiapan dalam menaikkan nyanyian pujian dengan baik dan benar secara teori musik melalui latihan-latihan musik gereja yang membawa kita kedalam pemahaman tentang pembentukan suara yang baik dan benar, sikap duduk ataupun berdiri secara benar, pernafasan, mengenal simbol-simbol dan teori musik (irama/ritme, nada dan harga nada, tanda dinamika, tempo, pembawaan dsb).

PENUTUP
Nyanyikanlah nyanyian pujian dengan baik dan benar yang dapat menaikkan pujian kita kepada Allah serta menguatkan kita di dalam kehidupan kita di dunia ini, baik secara individual maupun komunal. "Soli deo Gloria"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih untuk Komentar Anda yang membangun, Semoga menjadi berkat bagi kita semua... Amin. GBU