YA'AHOWU !! SYALLOM.. Kata Yesus: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku. (Yoh. 14:6) FAOMASI ZOAYA

LABEL

Pencarian

MARILAH KITA MENJADI BERKAT MELALUI INTERNET, KIRIMKAN TULISAN ANDA YANG MEMBANGKITKAN IMAN, MEMULIHKAN, MEMBAWA JIWA & PERTOBATAN KEPADA TUHAN.

Jumat, 16 Maret 2012

MENGENAL RENCANA TUHAN MELALUI KESETIAAN

"Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak ada rencana-Mu yang gagal. . . . Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau.” Ayub 42:2,5

Sebuah lagu “Indah Rencana-MU, Tuhan” merupakan lagu yang tidak asing lagi di telinga para pendengarnya. Lagu itu mempunyai syair dan melodi yang sangat indah dan mudah diikuti oleh kita semua. Lirik lagu itu demikian:

Indah rencana-MU, Tuhan,
di dalam hidupku.
Walau ku tak tahu dan ku tak mengerti, semua jalan-MU.
Dulu ku tak tahu Tuhan, berat kurasakan.
Hati menderita dan ku tak berdaya, menghadapi semua.
Tapi ku mengerti s’karang,
KAU tolong padaku.
Kini ku melihat dan merasakan
indah rencana-MU.


Lagu ini mudah dicerna dan dihayati bukan saja kata-katanya yang pendek, tetapi juga mempunyai makna nostalgia hidupnya bersama Tuhan. Lagu itu menceritakan pertolongan dan penyertaan Tuhan dalam kehidupan seseorang. Dulu ia mengalami kehidupan yang berat, sehingga ia tidak berdaya. Saat ini, orang tersebut mengagungkan Tuhan yang telah berkarya dengan indah. Pengalaman seseorang lewat lagu itu mengingatkan kita tentang kehidupan Ayub dan mungkin kita semua.

Kisah Ayub bukanlah kisah yang asing dan usang. Penderitaan Ayub begitu bersahabat di telinga kita. Ayub sebagai orang yang terkaya di negerinya dan mempunyai anak sepuluh orang. Mungkin hartanya tidak habis untuk tujuh generasi anak cucunya.
Ia bukan saja sebagai orang yang kaya secara materi, tetapi juga ia kaya rohani: saleh, takut akan Tuhan, menjauhi kejahatan. Rasanya Ayub adalah orang yang sempurna banget. Tiba-tiba, semua kekayaan habis dan kesepuluh anak-anaknya meninggal dunia. Ia bukan saja menderita secara materi, tetapi fisik, yaitu tubuhnya menderita penyakit semacam kudis yang sangat gatal sampai-sampai menanah dan keluar binatang sejenis belatung. Dalam kondisi seperti itu, isteri Ayub yang semestinya mendampingi dan menghibur Ayub; ternyata mulai goyah imannya dan mengutuki Ayub dan keyakinannya kepada Allah. Teman-temannya pun menghina dan menuduh Ayub sebagai orang yang pantas dan layak dihukum Allah. Penderitaan Ayub sesempurna dengan kekayaannya.

Siapa yang dapat bertahan seperti Ayub? Sebagai manusia, Ayub tak kuat menghadapi penderitaan yang sedemikian berat. Ayub dalam kondisi depresi yang sangat berat.
Dalam pergumulannya, ia menyesali dan mengutuki hari kelahirannya. Ia merasakan lebih baik tidak usah lahir dan mati saja. Di tengah-tengah tuduhan teman-temannya, Ayub mencoba bertahan dan membela diri di hadapan Tuhan bahwa dirinya tidak bersalah. Walau dalam kondisi seperti itu, Ayub tidak meninggalkan Tuhannya. Ia tetap setia kepada-NYA. Pada akhirnya, Ayub mengatakan: “Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu dan tidak ada rencana-MU yang gagal. ... Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau”.
Perkataan Ayub mengandung dua hal.
Pertama, Ayub yakin bahwa Tuhan sanggup melakukan segala sesuatu dan tidak ada yang gagal.
Kedua, dulu Ayub hanya mendengar dari orang lain, tetapi sekarang ia menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri tentang karya Tuhan. Ayub diberkati Tuhan karena kesetiaannya kepada Tuhan.

Dalam kehidupan, kita banyak menghadapi “gelombang atau badai” di tengah kehidupan keluarga kita. “Gelombang atau badai” pasangan yang berselingkuh. “Gelombang atau badai” pasangan yang dominan dan cerewet. “Gelombang dan badai” mertua atau menantu yang tak tahu diri. “Gelombang dan badai” anak-anak yang tidak menurut nasehat orang tuanya (terjerat mabuk-mabukan, narkoba, kenakalan remaja). “Gelombang dan badai” bisnis yang macet dan ekonomi yang menghantam kebutuhan rumah tangga kita.
Masih banyak lagi “gelombang dan badai” yang menerpa kehidupan keluarga dan rumah tangga kita.
Biasanya, apa yang terjadi dan apa yang kita lakukan, bila kita dalam kondisi seperti itu? Meninggalkan Tuhan? Bercerai? Bunuh diri? Melakukan yang tidak baik? Itu pilihan-pilihan yang sangat menggoda. Sebaliknya, pernahkan kita berpikir dan berusaha untuk tetap setia kepada Tuhan? Pernahkah kita berpikir bahwa Tuhan tidak meninggalkan kita?
Pernahkah kita berpikir bahwa Tuhan sanggup melakukan segala sesuatu dan tidak ada yang gagal? Pernahkah kita berpikir bahwa Tuhan begitu peduli dengan kita? Kalau kita pernah berpikir secara positif tentang kehidupan dan Tuhan, maka lakukanlah dengan setia.

Biasanya, bila kita senang dan merasa enak bila mendengarkan kesaksian seseorang yang hidupnya sukses atau berhasil. Sebaliknya, kita tidak pernah tahu tentang perjuangan, penderitaan seseorang sebelum orang itu berhasil atau sukses. Biasanya, kita mau melakukan segala sesuatu kalau hidup kita pasti sukses dan berhasil. Sesungguhnya, keberhasilan itu dirintis dari perjuangan dan penderitaan. Semuanya itu dituntut: kesetiaan. Dengan kesetiaan kita pribadi dan keluarga kepada Tuhan, maka kita baru bisa melihat rencana Tuhan begitu indah dalam kehidupan kita. Sebaliknya, bila tidak ada kesetiaan, maka kita sulit melihat rencana Tuhan yang indah dalam hidup kita. Selanjutnya, kesetiaan kita untuk melihat karya Tuhan dalam penderitaan dan perjuangan hidup kita, maka hal itu akan menjadi kesaksian yang indah bagi orang lain yang melihatnya; sehingga nama Tuhan dimuliakan dan diagungkan. Amin.


Pdt. Sugiarto Sutanto,M.Min.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih untuk Komentar Anda yang membangun, Semoga menjadi berkat bagi kita semua... Amin. GBU