Oleh: J.K.Iroth
Organisasi
adalah kesatuan yang memungkinkan masyarakaat mencapai suatu tujuan
yang tidak dapat dicapai individu secara perorangan (Gibson, Ivancevich
dan Donnelly). Organisasi Nirlaba pada prinsipnya adalah alat mencapai
tujuan dari orang yang memilikinya. Organisasi Nirlaba pada hakekatnya
adalah berupaya untuk ikut kontribusi dalam pengembangan dan pembangunan
masyarakat (Brian Trump dan Allan Johnson).
Baik
Organisasi Bisnis maupun Organisasi Nirlaba ada, untuk mencapai tujuan
dari orang yang ada di dalamnya. Tidak ada organisasi yang tanpa tujuan.
Semua organisasi mempunyai tujuan. Demikian juga dengan gereja sebagai
organisasi mempunyai tujuan. Susabda mengatakan, bahwa gereja adalah
persekutuan orang-orang yang mencari Allah, diselamatkan dan
dipersiapkan Allah untuk menjadi teman-teman sekerja-Nya dalam
mengerjakan misi Allah di muka bumi ini. Gereja bukan hanya sekedar
kumpulan dari orang-orang (ekklesia: Kisah Rasul 19:32,39,40) (Yakub B.
Susabda).
Baik
organisasi bisnis maupun organisasi non bisnis seperti gereja,
sama-sama ada untuk suatu tujuan. Perbedaannya: Organisasi bisnis ada
untuk tujuan orang-orang yang ada di dalamnya. Gereja ada untuk menjadi
teman sekerja Allah dalam mengerjakan misi Allah di muka bumi ini. Jadi
pada hakekat gereja sama dengan organisasi lainnya, yaitu : ikut
kontribusi dalam pengembangan dan pembangunan masyarakat. Gereja hadir
untuk ikut memberi kontribusi dalam pengembangan dan pembangunan
masyarakat, atau bahasa teologis disebut untuk menghadirkan damai
sejahtra Allah (bnd. Yesaya 65:17-25). Gereja sama dengan organisasi
lainya punya tujuan. Tujuan gereja adalah menjadi teman-teman
sekerja Allah dalam dalam mengerjakan misi-Nya, untuk menghadirkan damai
sejahtra Allah di muka bumi ini.
Manajemen Gereja
Menurut
George R. Terry dan Leslie W.Rue, Manajemen adalah suatu proses atau
kerangka kerja, yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok
orang-orang ke arah tujuan-tujuan organisasional atau maksud-maksud
yang nyata. Manajemen adalah suatu proses atau kerangka kerja. Di
dalamnya ada unsur membimbing atau mengarahkan ke pada tujuan
organisasi. Orang-orang yang ada di dalam organisasi perlu didorong dan
diarahkan ke tujuan organisasi.
Untuk
maksud tersebut di atas, perlu memperhatikan pendapat Michael
Armstrong. Menurut Amstrong, manajeman sumberdaya manusia (SDM) adalah
suatu pendekatan terhadap manajemen manusia. Empat prinsip dasar
manajeman SDM: Pertama, sumberdaya manusia adalah harta yang paling
penting yang dimiliki oleh suatu organisasi, sedangkan manajeman yang
efektif adalah kunci bagi keberhasilan organisasi tersebut. Kedua,
keberhasilan dicapai jika peraturan atau kebijaksanaan dan prosedur yang
bertalian dengan manusia dari organisasi tersebut saling berhubungan,
dan memberikan sumbangan terhadap pencapaian tujuan organisasi dan
perencanaan strategis. Ketiga, kultur dan nilai organisasi, suasana
organisasi dan perilaku manajerial yang berasal dari kultur tersebut
akan memberikan pengaruh yang besar terhadap hasil pencapaian yang baik.
Keempat, manajeman SDM berhubungan dengan integrasi: menjadikan semua
anggota organisasi tersebut terlibat dan bekerja sama untuk mencapai
tujuan bersama.
Armstrong
sangat memperhatikan manusia di dalam organisasi. Menurut Armstrong
manusia adalah harta; Manajemen yang efektif adalah kunci keberhasilan.
Persoalannya menurut McConkey, umumnya kita enggan menekankan perlunya
efektifitas manajerial dalam sektor non bisnis. Keefektifan seolah-olah
hanya perlu bagi para manajer sektor sewasta yang bertugas merampas
rupiah yang maha kuasa. Bahkan tujuan kebanyakan organisasi non-bisnis
dianggap sedemikian luhur dan mulia, sehingga merusak citra jika
kegiatan organisasinya yang menekankan efektivitas. Ini terlihat dengan
diterimanya, diangkat atau dipromosikannya tenaga-tenaga yang tidak
mengenyam pendidikan manajemen untuk jabatan-jabatan yang bertugas
menata sumberdaya fisik, modal dan manusia. McConkey, mengatakan tidak
ada alasan bahwa manajemen organisasi non bisnis harus tidak efektif.
Badan-badan sosial kini harus mendemonstrasikan bukti kalau ingin
memperoleh dana. Pertanyaan yang mengusik kebanyakan manajer,
administrator, dan eksekutif personalia organisasi non-bisnis bukanlah
apakah mereka harus menjadi lebih efektif, tetapi bagaimana perbaikan
dapat dilaksanakan – cara, metode, atau alat-alat apakah yang tersedia
bagi mereka. Sebab seperti semua organisasi lainnya, organisasi
non-bisnis juga mempunyai sasaraan yang harus dicapai, yaitu memberikan
hasil atau menyajikan pelayanan yang bermutu tinggi dan konsisten dengan
dana yang tersedia. Mereka hendaknya memberikan pelayanan yang memadai
demi eksistensi orang-orang yang bergantung kepada mereka. Karena itu
para manajer organisasi non-bisnis tidak berhak memboroskan harta yang
ada, apa lagi menyalahgunakan wewenang kepengurusan mereka. Para menejer
inipun bertanggungjawab mencapai hasil.
John
B. Pasaribu mengatakan, mulai dari awal penentuan visi dan misi
organisasi, implementasinya dalam tatanan rencana kerja, kegiatan
operasional, pengawasan, penyempurnaan dan penyusunan rencana kerja
berlaku juga dalam organisasi kristiani. Hanya saja dalam mengelola
organisasi kristiani, diperlukan beberapa rumusan sistem manajemen
kristiani agar pelaksanaan dan operasional tersebut berjalan dengan
baik, lancar dan berhasil. Idealnya, organisasi kristiani pastilah
berhasil tanpa harus melalui masa konflik.
Gereja
termasuk dalam organisasi non bisnis. Di dalam gereja, manusia adalah
harta yang paling utama. Sebab di dalam gereja yang melayani adalah
manusia, dan yang dilayani adalah manusia. Anggotanya terdiri dari orang-orang
yang percaya kepada Tuhan. Tetapi sebagai organisasi, maka tidak ada
alasan bagi gereja untuk tidak efektif. Dalam gereja juga perlu
efektifitas manajerial. Sebagai organisasi, gereja membutuhkan
manajemen, yaitu suatu proses atau kerangka kerja. Di dalam proses atau
kerangka kerja tersebut, gereja perlu membimbing atau mengarahkan
anggotanya ke arah tujuan gereja, untuk menjadi teman
sekerja Allah dalam mengerjakan misi Allah di muka bumi ini. Anggota
gereja yang terdiri dari orang-orang yang percaya kepada Tuhan itu,
perlu dibimbing atau diarahkan ke tujuan gereja. Sebab gereja harus
memberikan hasil atau menyajikan pelayanan yang berkualitas dan
konsisten dengan dana yang tersedia. Dengan demikian diharapkan konflik
dapat dihindari atau minimal dapat diperkecil, sehingga damai sejahtra
Allah terwujud di mana gereja itu hadir dan melayani. Jika penatalayanan
gereja lemah, maka gereja berpotensi terjadi konflik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima Kasih untuk Komentar Anda yang membangun, Semoga menjadi berkat bagi kita semua... Amin. GBU