Dalam perspektif kristen, gereja bukan hanya berarti bangunan tempat umat
Kristen beribadah. Gereja adalah persekutuan yang telah dipanggil keluar dari
kegelapan kepada terang (I Petrus 2:9-10). Jadi gereja tidak semata-mata
persekutuan biasa yang dibentuk, dipimpin oleh sekelompok orang. Gereja adalah
persekutuan milik Allah yang diberi mandat oleh Allah untuk menebarkan syalom
di tengah-tengah sejarah dunia. Ada
aspek vertikal/transendental yang penting digarisbawahi ketika kita berbicara
tentang gereja. Gereja ada oleh karena kuasa Allah. Gedung gereja dapat saja
ditutup, dirusak/dibakar oleh siapapun, tetapi sebagai persekutuan milik Allah
gereja tak pernah bisa dihabisi - kecuali atas kehendak Allah. Itulah sebabnya
"gereja liar" tak pernah ada. Istilah itu amat menyinggung perasaan
umat Kristus. Keresmian sebuah gereja sama sekali tidak pernah berada pada
manusia, atau kuasa apapun, apalagi pada sebuah SKB; tapi pada Yesus Kristus
Raja dan Kepala Gereja.
Perpustakaan
Salah satu bentuk interaksi gereja dengan masyarakat luas, sejak masa-masa
yang lampau adalah buku. Ketika pada bulan Oktober 1946 didirikan penerbit BPK
Gunung Mulia, dimaksudkan agar gereja mampu memperkenalkan nilai-nilai
kekristenan dalam bentuk tulisan dalam sebuah negara Indonesia yang
merdeka.
Peran para kolportir yang membawa buku-buku kerohanian kepada masyarakat
luas amat penting maknanya dalam memperkenalkan kekristenan dan sekaligus
memperluas wawasan para pembaca dengan nilai-nilai kekristenan. Relasi gereja
dengan dunia buku menjadi sesuatu yang tak terbantahkan.
Alkitab menyatakan "pada mulanya adalah Firman". Firman, kata
menjadi unsur fundamental dalam kedirian manusia. Kata berarti bahasa, dan
bahasa melahirkan buku. Dalam konteks itu buku adalah bagian integral dari
degup kehidupan umat. Bagaimana perhatian gereja terhadap perpustakaan? Apakah
perpustakaan telah dilihat sebagai bagian dari upaya gereja untuk mengembangkan
wawasan warga jemaat? Secara umum dapat dikatakan gereja/jemaat belum memberi
perhatian yang lebih sungguh terhadap pengadaan/pelayanan perpustakaan. Perpustakaan
masih dilihat sebagai barang mewah dan tidak dipahami sebagai alat penopang
bagi pelayanan gereja.
Dalam era informasi, perpustakaan memegang peranan amat penting dan
strategis, yaitu sebagai agen perubahan, agen pembangunan, agen budaya dan
pengembangan iptek. Perpustakaan dapat mengubah nilai, mencerahkan, mengajarkan
sehingga wawsan seseorang lebih luas dan mendalam. Perpustakaan memiliki
nilai-nilai yang positif dalam kehidupan umat jika dikelola dengan baik dan
profesional. Beberapa nilai perpustakaan adalah: nilai pendidikan,
nilai informasi, nilai ekonomi, nilai sejarah dan dokumentasi, nilai demokrasi
dan keadilan, nilai perubahan, nilai hiburan atau rekreasi, nilai sosial dan
budaya.
Minat Baca
Mereka yang memanfaatkan perpustakaan akan mendapatkan nilai-nilai tersebut
bagi kehidupanannya. Perpustakaan memiliki makna penting bagi masyarakat,
bahkan dapat membantu dalam pelaksanaan pelayanan jemaat. Maka kehadiran
perpustakaan dalam kehidupan gereja/jemaat sangat dibutuhkan. Gereja perlu
membentuk komisi/panitia khusus dalam rangka pengelolaan perpustakaan.
Perpustakaan
berkaitan erat dengan minat baca. Walaupun ada perpustakaan dengan
jumlah buku yang lengkap, jika minat baca tidak ada, maka perpustakaan itu akan
sepi pengunjung. Oleh karena itu, program perpustakaan mesti dibarengi dengan
peningkatan minat baca. Program ini dapat dilakukan dalam kerja sama
antarkomisi/bidang pelayanan yang ada di jemaat.
Bagi remaja, pemuda, wanita, pria dalam rangka HUT Gereja, atau Hari Raya
gerejawi dapat dilakukan perlombaan meringkas/meresensi buku.
Minat baca warga gereja harus dipacu agar mengalami pencerahan dan pencerdasan
dalam kehidupannya. Perlu dorongan dari lembaga gerejawi kepada gereja/jemaat
agar memahami perpustakaan sebagai bagian dari program pelayanan gereja.
Hubungan akrab gereja dengan buku mesti dibina kembali, paket buku untuk
pimpinan jemaat perlu diprogramkan; bantuan kepada gereja/jemaat tidak harus
dalam bentuk dana tapi buku-buku yang bermutu untuk menjadi modal awal
perpustakaan. Buku dan membaca buku mesti menjadi bagian integral dari
kehidupan warga gereja; Pengetahuan, wawasan, imajinasi, dapat diperoleh
melalui membaca buku. Seorang tokoh pernah berucap: "mencintai kegiatan
membaca adalah mengubah jam-jam penuh kebosanan dengan jam-jam penuh kesenangan".
Sumber: Sinar Harapan, Jumat, 07 Oktober 2005
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima Kasih untuk Komentar Anda yang membangun, Semoga menjadi berkat bagi kita semua... Amin. GBU