“Kepada-Ku
telah diberikan segala kuasa di Surga dan di bumi. Karena itu pergilah,
jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak
dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah
Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai
kepada akhir zaman.” [Mat 28 : 18 - 20, sering disebut Amanat Agung Tuhan Yesus
Kristus];
Tetapi
kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan
menjadi saksi-Ku ... sampai ke ujung bumi, Kisah 1 : 8; Dan Injil Kerajaan ini
akan diberitakan di seluruh dunia menjadi kesaksian bagi semua bangsa, sesudah
itu barulah tiba kesudahannya” [Mat 24 : 14].
Berdasarkan
Amanat Agung TUHAN Yesus Kristus tersebut, secara tegas dan jelas,
Yesus Kristus memberikan tugas dan perintah kepadamu [menunjuk pada
Gereja-gereja, serta mereka yang percaya kepada Yesus sebagai TUHAN dan
Juruselamat], untuk melaksanakan tanggungjawab agar semua bangsa menjadi
murid-Nya. Proses untuk menjadikan semua bangsa sabagai murid tersebutlah
yang menghantar Gereja-gereja misi dan pemberitaan yang berisi hal-hal
berikut:
Koinonia
Koinonia
berarti persekutuan; ada dan terciptanya persekutuan; memperat persaudaraan;
semua upaya untuk tetap berada dalam persekutuan. Jadi, dalam gereja harus
ada dan tercipta persekutuan; sekaligus terpeliharanya persekutuan yang telah
ada dan tercipta; gereja harus menyampaikan model persekutuan yang
dimilikinya itu kepada semua umat manusia.
Gereja
terbentuk karena adanya persekutuan orang-orang yang percaya bahwa
Yesus Kristus adalah TUHAN dan Juruselamat, kemudian “Mereka bertekun dalam
pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan, Kisah 2:42; ... selalu
berkumpul ... dalam persekutuan yang erat,” Kisah 5:12; sehingga terbentuknya
persekutuan tersebut, 1 Kor 1:9, “... semua orang akan dihidupkan kembali
dalam persekutuan dengan Kristus,” 1 Kor 15:22. Menurut rasul-rasul, “Apa
yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar itu, kami beritakan kepada
kamu juga, supaya kamu pun beroleh persekutuan dengan kami. Dan persekutuan
kami adalah persekutuan dengan Bapa dan dengan Anak-Nya, Yesus Kristus,” 1
Yoh 1:3;
Karena
sebagai tugas Gereja dan gereja, koinonia seperti itulah yang harus
diberitakan serta dipraktekkan. Artinya, koinonia bukan hanya dibentuk di
dalam lingkungan gereja, melainkan harus ditampilkan pada sikon hidup
dan kehidupan sehari-hari. Orang percaya harus hidup dalam terang, sehingga
mendapat persekutuan seorang dengan yang lain, karena darah Yesus, telah
menyucikannya dari segala dosa, 1 Yoh 1:7. Dengan itu, setiap anggota
Tubuh Kristus, harus memperhatikan satu sama lain, sesama warga, tanpa
membedakan suku, ras, golongan, dan jenis kelamin, dan semua latar belakang
lainnya. Semuanya merupakan sesama saudara karena kasih TUHAN Yesus Kristus.
Marturia
Marturia
bermakna kesaksian, bersaksi, memberi kesaksian secara benar dan tepat
tentang hal-hal yang pernah dilihat dan didengar; menceritakan realitas yang
sebenarnya; mempercakapkan kembali pengalaman-pengalaman dan peristiwa yang
dialami sebelumnya.
Gereja-gereja
harus melaksanakan marturia karena “Injil Kerajaan Allah ... menjadi
kesaksian untuk semua bangsa,” Mat 24:14; Kisah 20:24. Dan jika
marturia dilaksanakan dengan baik dan benar, maka TUHAN Allah meneguhkan
kesaksian Gereja-gereja dengan tanda-tanda dan mujizat-mujizat dan
berbagai-bagai penyataan kekuasaan dan karunia Roh Kudus, Ibr 2:4. Oleh sebab
itu, rasul-rasul pada masa Gereja Mula-mula memberitakan, “Apa yang telah ada
sejak semula, yang telah mereka dengar, lihat, saksikan, raba ... tentang
Firman hidup, ...,” 1 Yoh 1:1-3; Isi utama dalam pemberitaan para Rasul
adalah “... Yesus adalah Mesias,” Kisah 4:33; 18:5. Pemberitaan rasul-rasul
tersebutlah yang menjadikan penyebaran dan perkembangan Gereja sampai
ke penjuru dunia.
Pada
konteks kekinian, isi utama marturia masih tetap sama, yaitu Yesus
adalah Mesias. Marturia tidak hanya dinyatakan melalui khotbah dan nyanyian,
tetapi sudah ada banyak sarana baru untuk hal itu. Marturia tidak terbatas
dalam gedung gereja, namun di mana saja orang percaya berada, ia harus
bermarturia.
Diakonia
Diakonia
artinya melayani. Pada sikon budaya masa lalu, diakonia mendapat
pengembangan makna, sehingga bermakna melakukan sesuatu dengan setia, jujur,
serta tanggungjawab. Artinya, seseorang [biasanya hamba atau budak] yang
melayani tuannya dengan penuh kesetiaan, kejujuran, dan tanggungjawab; ia
juga harus berani dan rela menyerahkan nyawanya untuk tuannya; dalam
melaksanakan tugasnya, ia harus mengikuti keinginan dan kehendak
tuannya.
Pengembangan
makna diakonia itu lah yang ada pada Yesus, ketika masih berada secara
fisik di Bumi, Ia berkata, “... sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk
dilayani, melainkan untuk melayani dan memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan
bagi banyak orang,” Kehadiran Yesus untuk melayani tersebutlah yang merupakan
tugas Gereja dan gereja. Pelaksanaan diakonia pada masa Gereja Mula-mula,
menyangkut banyak aspek, serta dilakukan oleh orang-orang yang dipilih secara
khusus, Kisah 6:1-7, sehingga rasul-rasul dapat berkosentrasi pada
pemberitaan Injil. Diakonia dikerjakan dengan kata dan perbuatan, “Jika ...;
jika ada orang yang melayani, baiklah ia melakukannya dengan kekuatan yang
dianugerahkan Allah, supaya Allah dimuliakan dalam segala sesuatu karena
Yesus Kristus. Ialah yang empunya kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya!”
1 Pet 4:11
Pada
konteks kekinian, berdiakonia tak terbatas pada bantuan materi kepada
mereka yang berkekurangan, melainkan lebih kompleks. Misalnya, pengobatan,
panti asuhan, pendidikan, pendampingan pada saat susah ataupun yang mengalami
masalah sosial, penyediaan lapangan pekerjaan, dan lain-lain. Diakonia harus
membawa perubahan pada seseorang maupun masyarakat. Bukan sekedar menjadikan
ia tidak terlantar dan tercukupi kebutuhan dasarnya, melainkan dapat terangkat
secara sosial; misalnya, melalui pendidikan yang baik, seseorang dapat
memperbaiki kualitas hidup dan kehidupannya.
Diakonia
bisa menjadi salah satu bentuk kepedulian gereja kepada masyarakat luas dalam
rangka menunjukkan tanda-tanda Kerajaan Allah di bumi. Melalui diakonia,
warga gereja menunjukkan perhatian kepada masyarakat di luar gereja,
“Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum
Kristus. Karena itu, selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita
berbuat baik kepada semua orang, ...,” Gal 6:1-10; Mat 25:31-46.
PEMBERITAAN
YANG MENGHASILKAN
KETERATURAN
CIPTAAN
YANG
MEMULIAKAN TUHAN ALLAH
Berdasarkan
tugas-tugas itu, pemberitaan [kerugma] atau pelayanan dan kesaksian
Gereja-gereja harus menunjukkan koinonia, marturia, dan diakonia, [dan
varian-variannya]. Kerugma dengan aneka dimensi itu, harus mampu membawa atau
memberikan perubahan pada sasaran pemberitaan, yaitu umat manusia. Artinya,
pelayanan dan kesaksian Gereja-gereja harus berdampak pada perubahan pada
seseorang. Ia harus berubah secara utuh, misalnya jasmani dan rohani,
perilaku hidup dan kehidupan, kualitas intelektual, pandangan maupun pola
pikirnya, termasuk cara berinteraksi dengan sesama manusia dan lingkungan.
Gereja
tidak bisa membatasi diri dengan hanya menjalankan salah satu tugas, sambil
melupakan yang lain. Semua tugas tersebut dijalankan secara simultan,
dalam rangka mencapai atau menciptakan Keteraturan ciptaan yang Memuliakan
TUHAN Allah. Pelayanan dan kesaksian yang mendatangakan keteraturan di
masyarakat serta lingkungan hidup dan kehidupanya. Karena keteraturan itu,
mereka [manusia dan alam] sama-sama memuliakan TUHAN Allah.
Ini
berarti, bukan hanya warga Gereja [dan gereja] yang mampu memuliakan TUHAN
Allah; namun ciptaan lain pun bisa melakukan yang sama. Misalnya, jika, semua
benda-benda di alam semesta bisa mengeluarkan suara, maka hasil pelayanan dan
kesaksian gereja menjadikan mereka memuliakan TUHAN Allah; jika, flora di
taman, kebun, sawah, ladang serta hutan bisa mengeluarkan suara, maka
pelayanan dan kesaksian gereja menjadikan mereka memuliakan TUHAN Allah;
demikian juga, jika semua suara dan bahasa fauna dimengerti manusia, maka
karena adanya pelayanan dan kesaksian gereja, maka suara mereka akan
terdengar; suara yang memuliakan TUHAN Allah.
TUGAS GEREJA DALAM
RANGKA
MENYATAKAN
TANDA-TANDA
KERAJAAN ALLAH
“Bapa kami yang di
Surga, dikuduskanlah nama-Mu, datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di
bumi seperti di Surga.” Matius 6:9-10.
Bagian dari ajaran Yesus tentang doa tersebut,
menunjukkan bahwa manusia [orang percaya] perlu memohon kepada TUHAN Allah
agar terciptanya Kerajaan-Nya di Bumi. Permohonan itu, harus terus menerus
diungkapkan sampai tergenapinya atau penggenapan Kerajaan Allah di Bumi. Oleh
sebab itu, salah satu cara untuk menujukkan tanda-tanda Kerajaan Allah adalah
melaui pemberitaan serta pelayanan dan kesaksian Gereja-gereja. Pemberitaan
gereja yang berdiakonia, koinonia, dan marturia [diharapkan] menghasilkan dan
menunjukkan tanda-tanda Kerajaan Allah di Bumi. Dan nanti, secara
eskhatologis, Kerajaan tersebut akan menjadi nyata dengan Yesus Kristus
sebagai Raja.
Akan tetapi, tidak mudah untuk memahami makna
Kerajaan Allah yang Yesus maksudkan dalam Matius 6:9-0. Jika manusia hanya
memahaminya sebagai sikon kemajuan dan kesejahteraan sosial-masyarakat akibat
peningkatan taraf serta kualitas hidup dan kehidupan; maka Kerajaan Allah
akan berbeda untuk setiap komunitas masyarakat; mempunyai batas-batas
geografis dan sosial dan budaya; dan mereka atau siapapun di luar batas-batas
itu, tidak termasuk dalam Kerajaan Allah; jadi ada perbedaan antara manusia
di dalam dan luar Kerajaan Allah.
Jika memahami Kerajaan Allah sebagai atau hanya
bersifat rohani, maka Kerajaan tersebut tanpa batas-batas geografis melainkan
imajinatif serta abstrak; suasananya dapat dirasakan oleh mereka yang
mengimaninya. Kerajaan Allah [atau Kerajaan Surga] berada di luar sejarah
hidup dan kehidupan manusia. Atau bahkan hanya sekedar harapan imajinasi umat
beragama, yang muncul karena penderitaan serta kesengsaraan hidup dan
kehidupan.
Pada abad pertama, Yesus memulai pelayanan dengan
memberitakan bahwa, “Waktunya telah genap; Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah
dan percayalah kepada Injil!” Mar 1:15. Orang banyak yang mendengar
pemberitaan Yesus, memahami Kerajaan Allah tersebut dalam batas-batas
geografis, sosial, politik, dan budaya. Hal itu terjadi karena mereka berada
di bawah kekuasaan Romawi. Sebagai bangsa yang terjajah, mereka mengalami
pelbagai hambatan dan penindasan. Keadaan itu, mereka mempunyai pengharapan
messianis, yang mendatangkan suatu era baru, yaitu kebebasan dan kemerdekaan.
Dengan itu, dalam pandangan mereka, Kerajaan Allah segera terjadi karena
TUHAN Allah sendiri yang bertindak untuk membebaskan umat-Nya.
Padahal, Yesus tidak membangun Kerajaan Allah,
sebagaimna ada dalam harapan masyarakat pada masa itu. Akan tetapi, Ia hanya
menunjukkan tanda-tanda jika Kerajaan Allah terjadi. Oleh sebab
itu, kehadiran-Nya seringkali diikuti dengan, “Orang buta melihat, orang
lumpuh berjalan, orang kusta menjadi tahir, orang tuli mendengar, orang mati
dibangkitkan dan kabar baik untuk orang-orang miskin,” Mat 11:5-6;
setan-setan diusir, Mat 12:28-29; memberikan pengampunan dosa, Mat 9:6;
menemukan yang hilang; serta memberi nyawa-Nya sebagai tebusan bagi banyak
orang, Luk 19:10; Mar 10:45.
Ajaran-ajaran Yesus tentang Kerajaan Allah, misalnya
melalui pelbagai perumpamaan dalam Matius pasal 13, Kerajaan Allah tidak akan
terjadi di waktu itu [pada masa lalu, ketika Yesus masih ada secara fisik di
Bumi] melainkan pada masa akan datang [di masa sekarang atau kekinian kita;
ataupun masa akan datang dari era sekarang], ketika Ia datang kedua kali
sebagai Raja Yang Mahakuasa.
Menurut Yesus, Ia mempunyai “kuasa di Surga dan di
bumi,”, Mat 28:18, oleh sebab itu, Ia mengutus pengikut-pengikut-Nya agar
menjadikan semua bangsa menjadi murid-Nya sekaligus sebagai bagian [mempunyai
bagian] dalam dan di Kerajaan Allah. Hal itu juga berarti bahwa, Gereja harus
ikut ambil bagian menghadirkan Kerajaan Allah di Bumi. Ia mengutus
umat-Nya [dan Gereja] agar memberitakan dan mewujudnyatakan Kerajaan-Nya, dan
terus menerus mempunyai pengharapan pada penggenapannya ketika Ia
datang kedua kali.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima Kasih untuk Komentar Anda yang membangun, Semoga menjadi berkat bagi kita semua... Amin. GBU