PENYIMPANGAN MANAJEMEN KEUANGAN GEREJA: MEMANFAATKAN CELAH ANTARA PROSESIONALISME DAN PROGRAM KERJA
Oleh: Theresia Musanti
Tulisan ini merupakan "follow up" dari pengamatan/penglihatan
saya setelah membaca buku laporan keuangan gereja dan bukan suatu karya
ilmiah yang penuh teori, serta bukan khotbah yang isinya berjubel
ayat-ayat emas kehidupan umat, maupun pemojokan gereja dalam melayani
umat TUHAN.Yang saya tulis hanyalah aktualisasi dari mengernyitkan
dahi ketika membaca laporan keuangan gereja. Ada beberapa
ketidakmengertian saya terhadap manejemen gereja-gereja :
a. Bendahara bukan pelaku/ahli keuangan. : "Orang yang
tepat di tempat yang tepat" sangat jarang bisa diterapkan
dalam menentukan perangkat pengelola keuangan gereja. Bisa siapa saja
dipilih melalui penunjukkan oleh semacam forum rapat untuk menjadi
bendahara/staf pembantu pengelola keuangan dengan syarat-syarat yang
relatif lebih bermuatan unsur non akademik/spesifikasi
keahlian/kecakapan tentang keuangan.
b. Prioritas program kerja Gereja berjalan terpaku pada rutinitas tradisi gereja
yang kurang mengadopsi dinamika perkembangan lingkungan serta tidak
peka terhadap kebutuhan anggota jemaat gereja. Hal ini dapat
menciptakan sebuah gereja robot yang
terjebak program-program yang telah biasa dilakukan gereja secara
turun-temurun sebagai tradisi yang tidak boleh/sulit berubah.Sehingga
gereja tidak memiliki prioritas program pelayanan yang kekinian yang
tentu saja berpengaruh terhadap rencana pengelolaan keuangan gereja.
c. Keseimbangan neraca keuangan. Manajemen keuangan
gereja yang tidak seimbang dan didominasi pengeluaran tehnis untuk
memenuhi kebutuhan pendukung dimana angkanya dapat lebih besar dari
program pokoknya(komitmen untuk melaksnakan progam kerja). Hal ini
berkaitan dengan masalah tehnis perkembangan situasi di lapangan dan
membutuhkan dana cadangan/dana tak terduga.Pengelolaan keuangan gereja
harus bisa membuat pos-pos yang efisien dan efektif untuk memuat
kebutuhan yang kompleks dan tidak berhenti pada neraca negatif yang
artinya lebih besar pasak daripada tiang sehingga menyebabkan kekurangan
danad an program kerja tidak terlaksana
Perlu komunikasi dan kontrol dari semua pihak di gereja untuk
pengelolaan keuangan gereja dan bukan hanya tanggung jawab bendahara dan
staf, sehingga jika terjadi kesalahan dalam pengelolaan dapat segera
diatasi relatif lebih mudah daripada jika penyimpangannya telah menjadi
permasalahan dalam gereja. Beberapa permasalahan keuangan yang sering
terjadi di gereja-gereja, adalah:
a. Korupsi dana pelayanan gereja dan dana pembangunan gereja oleh perangkat gereja, bahkan pendeta.
b. Kolusi internal perangkat gereja dan oknum di luar gereja untuk memanipulasi anggaran.
c. Kegiatan pelayanan yang membutuhkan dana pada akhirnya
menjadi beban kepada jemaat karena kesalahan perhitungan pada saat
perencanaan anggaran
Di sela-sela kekurangan dan kelemahan manajemen keuangan yang berpotensi
menimbulkan permasalahan lebih kompleks, diperlukan keterlibatan
seluruh jemaat sesuai wewenangnya untuk mengontrol pengelolaan secara
arif dan santun, sehingga tidak menyinggung perasaan orang lain dan
tidak dengan motivasi mencari kesalahan tetapi memperbaiki kekurangan.
syaloom buat saudara terkasih dalam Kristus.GBU.
Sumber: http://www.sabdaspace.org
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima Kasih untuk Komentar Anda yang membangun, Semoga menjadi berkat bagi kita semua... Amin. GBU