Penulis :
Imelda Seloadji
Cari apa di dalam dunia?
Cari DUNIA nanti binasa...
Cari YESUS yang penuh cinta.
Cari DUNIA nanti binasa...
Cari YESUS yang penuh cinta.
Lagu sekolah
minggu, singkat tapi pesannya luar biasa. Saya sering menyanyikannya di masa
kecil tanpa memahami betul makna lagu ini. Tapi dua puluh tahun lebih telah
berlalu dari hari-hari menyanyi di sekolah minggu, saya sempat menjadi pribadi
yang penuh ambisi untuk menjadi seorang profesional yang sukses dan berakhir
dengan kekecewaan ketika mata saya melihat kenyataan di dunia kerja.
Kisah Lord
of the Rings adalah alegori yang sangat indah dan meninggalkan kebebasan
interpretasi makna bagi masing-masing penontonnya. Dalam interpretasi saya,
Cincin itu adalah dunia dan segala iming-imingnya, harta, kekuasaan, ketenaran.
Cincin itu memiliki tuan, Sauron, yang merupakan simbol daripada iblis.
Perjalanan Frodo untuk membawa cincin itu ke kawah Mordor dan menghancurkannya
adalah perjalanan hidup manusia bergumul mengalahkan yang jahat. Dalam
perjalanan itu terdapat banyak rintangan dan pertempuran. Hari-hari kita sering
dihadapkan pada peperangan rohani, peperangan melawan keinginan duniawi kita.
Kita punya pilihan, mengalahkannya, atau menjadi hamba dari Mamon atau "si
cincin" dalam cerita itu.
Mengapa
bukan seorang pahlawan gagah tetapi seorang hobbit yang dilukiskan pendek dan
naif dalam roman Tolkien menjadi sentral cerita? mengapa bukan Aragorn saja
yang pergi memusnahkan cincin itu? Karena hobbit adalah gambaran yang lebih
tepat untuk melukiskan manusia, lemah, tak berdaya dan menghadapi banyak cobaan
hidup.
Para
penonton film Lord of The Rings bersyukur Frodo tak jadi memiliki cincin itu
untuk dirinya. Makhluk buruk Smeagol merebut cincin itu dan setelah bergulat
akhirnya Smeagol yang serakah jatuh ke kawah beserta cincin itu. Kalau kita menghadapi
persaingan tidak sehat di kantor, orang-orang yang berusaha menjegal kita,
orang-orang yang cari muka ke boss, maka kita perlu bersyukur, barangkali Allah
sedang mengingatkan kita akan tujuan hidup yang dikehendakiNya. Ia sedang
meluruskan fokus kita, menarik kita kembali ke jalan yang menuju pada DiriNya.
Lumatnya
cincin itu di kawah Mordor menghancurkan juga kerajaan dan kekuasaan Sauron.
Kalau kita membuang jauh-jauh keinginan dan ambisi kita memiliki dunia, maka
iblis tak punya celah untuk menguasai kehidupan kita. Kemenangan besar itu
ditutup dengan pelantikan Aragorn sebagai raja dan hari pernikahannya dengan
sang putri Elf. Kemenangan besar adalah kita menjadikan Kristus sebagai raja
dalam hidup kita, dan kita siap menjadi mempelai Kristus di akhir jaman nanti,
saat di mana semua perjuangan dan pergumulan kita selesai, Yesus menjadi Raja
atas segalanya dan kita akan bersama Dia.
Cari apa di
dalam dunia? Motivasi yang salah membuat manusia sering merasa kosong dalam
dirinya.
"Apakah
gunanya manusia berusaha dengan jerih payah di bawah matahari? ...Segala
sesuatu menjemukan, sehingga tak terkatakan oleh manusia; mata tidak kenyang
melihat, telinga tidak puas mendengar." (Pengkotbah 1:3,8).
Tentu saja
bekerja dengan rajin itu penting, karena hidup kita harus memuliakan Tuhan tapi
pernahkah kita renungkan sebenarnya apa sih yang kita cari dalam kehidupan ini?
Hal-hal di dunia ini ternyata tak pernah cukup untuk memberi kepuasan. Apapun
itu, ketenaran, kekayaan, keluarga, dan sebagainya.
Seorang ibu
di kantor terpekur dengan tatapan kosong memandang laptop miliknya. Dia begitu
mencari pengakuan sehingga memaksakan diri untuk kuliah doktor padahal secara
intelektual kurang mampu. Ya, dia secara finansial mampu maka diambilnyalah
program doktor sangat mahal yang dibuka untuk orang-orang kaya di sebuah PTN.
Meski program itu sudah cukup mengejutkan bagi orang-orang lain yang menempuh
pendidikan doktor yang wajar, bahkan juga saya yang belum kuliah doktor,
ternyata masih saja terlalu berat baginya. Ia merasa waktunya untuk keluarga
tersita untuk kuliah tersebut. Lalu ia gamang, gelisah tentang apa yang
sebenarnya ia cari. Mata hatinya mulai terbuka akan kesia-siaan. Meski
sebelumnya ibu itu begitu menyebalkan bagi rekan-rekan kantornya, saya mulai
merasa kasihan padanya. Saya mengasihi dia dan sedapat mungkin menyampaikan
kebenaran padanya.
Elvis
Presley, di tahun-tahun akhir hidupnya, begitu gelisah mencari makna hidupnya.
Ia membaca begitu banyak buku keagamaan dan menghadiri beraneka ragam pertemuan
keagamaan dari segala macam agama, dan tetap merasakan kegelisahan akan apa
yang ia cari dalam hidupnya.
Cari dunia
nanti binasa. Ya, itu benar. Saat hidup kita di dunia sudah mencapai
"titik", maka semua hal-hal duniawi tak bisa lagi kita cari, tak bisa
pula dibawa ke surga. Nah, kehidupan yang setelah kematian di dunia itu bukan
lagi titik, tetapi kekekalan. Ada dua kekekalan, keselamatan kekal atau
kebinasaan kekal.
Apapun yang
kita banggakan di dunia ini, gelar, kekayaan, kecantikan, popularitas, bahkan
juga karunia-karunia rohani seperti berbahasa roh, mengusir setan, karunia
menyembuhkan, tak bisa menjadi jaminan untuk masuk surga.
"Namun
demikianlah janganlah bersukacita karena roh-roh itu takluk kepadamu, tetapi
bersukacitalah karena namamu ada terdaftar di sorga." (Lukas 10:20).
"Pada
hari terakhir banyak orang akan berseru kepadaKu: Tuhan, Tuhan, bukankah kami
bernubuat demi namaMu, dan mengusir setan demi namaMu, dan mengadakan banyak
mujizat demi namaMu juga? Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada
mereka dan berkata Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah daripadaKu, kamu
sekalian pembuat kejahatan!"
Mengerikan
bukan? Ternyata memiliki karunia-karunia pun bukan jaminan. Jadi bagaimana
masuk surga?
Akankah kita
membukakan pintu rumah kita bagi orang yang tidak kita kenal? Surga adalah
tempat di mana Allah berdiam. Kita hanya akan masuk jika nama kita terdaftar di
kitab kehidupan, atau dengan kata lain, dikenal oleh Allah. Paulus mengatakan:
"Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitanNya dan
persekutuan dalam penderitaanNya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam
kematianNya, supaya aku akhirnya beroleh kebangkitan dari antara orang mati.
" (Filipi 3:10,11)
Nah,
mengenal Allah harus menjadi tujuan hidup kita. Kalau kita sibuk mencari apa
yang disediakan oleh dunia, kita sudah mati selagi hidup. Dan percayalah,
ujungnya adalah kehampaan. Seorang hamba Tuhan pernah bercerita tentang seorang
pengusaha yang ia layani yang jatuh ke dalam obat-obat terlarang justru di
puncak kesuksesannya. Di saat kekayaannya begitu melimpah pengusaha itu
bingung, tak tahu lagi tentang apa yang dia cari. Banyak selebritis kawin
cerai, dan beberapa bunuh diri atau mati karena overdosis. Mereka tak tahu apa
yang mereka cari dalam hidup.
Cari Yesus
yang penuh cinta. Yesus berkata bahwa Ia adalah jalan dan kebenaran dan hidup.
Ia bukan seorang tiran yang otoriter. Ia mati di kayu salib menggantikan kita.
Ia tak memaksa kita, kita sendiri yang menentukan pilihan tentang apa yang kita
cari dalam hidup. Yesus berkata dalam rumahNya ada banyak tempat. Jalan ke
surga memang sempit tapi surga sendiri tak sempit. Selalu ada ruang di hati
Yesus untuk anda dan saya. Adakah kita menjadikan Yesus tujuan hidup kita?
jalan yang lain, ujungnya adalah kecewa. Karena cinta Yesus maka hari ini anda
dan saya masih punya kesempatan menentukan pilihan yang tepat. Yesus mengasihi
kita.
Tuhan
memberkati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima Kasih untuk Komentar Anda yang membangun, Semoga menjadi berkat bagi kita semua... Amin. GBU