Para pemimpin telah sering menekankan pertobatan, namun kunci penginjilan saat ini adalah pra pertobatan.
Saya bertanya kepada salah seorang wanita yang
akan segera dibaptis, "Sudah berapa lamakah Anda berbakti di gereja
ini?" "Dua tahun." "Kapan Anda bertemu Tuhan Yesus secara pribadi?" "Dua
minggu yang lalu."
Saya merasa tergugah untuk mengetahui lebih
lanjut. Seusai kebaktian, saya mencari wanita tadi dan bertanya, "Anda
perlu memberitahukan kepada saya: Apakah Anda datang di gereja ini
setiap minggu selama dua tahun, ataukah hanya sekali setahun, atau yang
lainnya?" "Saya datang hampir setiap minggu." "Dan Anda baru menerima
Kristus dua minggu yang lalu?" "Benar." "Saya tidak ingin membuat Anda
merasa sedih," tutur saya, "tetapi mengapa Anda menunggu begitu lama?"
"Keluarga saya mulai menjadi Kristen dan kemudian goyah. Saya telah
mengalami aborsi tiga kali dan masalah obat-obatan. Saya menghadiri
sebuah sajian acara musik gereja dengan seorang teman, dan ia mengajak
saya datang di kebaktian-kebaktian penyembahan. Saya telah mendengar
bahwa di tempat inilah saya akan dikasihi dan diterima sebagaimana
adanya saya. Tetapi, memerlukan waktu yang cukup lama bagi saya untuk
dapat meyakininya."
Pada tahun 1990-an, orang-orang tak bergereja
di Amerika yang menerima Kristus biasanya melewati suatu "fase pra
pertobatan" yang panjang. Kami mendapati bahwa sebagian besar jemaat
mengikuti sedikitnya empat peristiwa penjangkauan sebelum mereka hadir
di suatu kebaktian secara teratur. Fase pra pertobatan ini mungkin
berlangsung setahun sampai dua tahun, dan ditandai dengan kehadiran
secara sporadis.
Mengapa?
Pada saat orang-orang yang belum bergereja
hadir dalam gereja kami, mereka berada pada suatu titik awal yang
berbeda bila dibanding dengan golongan orang yang belum bergereja 50
tahun yang lalu. Golongan orang yang belum bergereja itu adalah kaum
relativis yang sempurna, yang telah menerima pluralisme sampai batas
yang tak masuk akal, dan tidak dapat menerima bagaimana Alkitab dapat
memiliki kewenangan mutlak (bersifat otoritatif) dalam hidup mereka.
Mereka memerlukan suatu tahap pra pertobatan
yang seksama dan seringkali membutuhkan waktu lama, sehingga mereka
dapat membangun kepercayaan kepada kita, membangun otoritas Alkitab, dan
hubungan- hubungan yang erat. Kami harus menghormati fase itu. Golongan
orang yang belum bergereja dewasa ini tidak mempercayai gereja, dan
mereka perlu datang dan hanya mengamati diri kami untuk sementara waktu.
Perbedaan terbesar antara sebuah gereja yang
berhasil dalam penjangkauan dan yang kurang berhasil adalah: "Di manakah
Anda bersedia untuk memulai dengan mereka, dan sampai kapankah Anda
akan bersabar bersama mereka selama fase pra pertobatan?"
Selama bertahun-tahun kami telah banyak
berdoa, mengadakan riset, dan uji coba di dalam menolong jemaat
mengatasi rintangan-rintangan yang tinggi di antara mereka dan iman
Kristen.
Fokus pada "Mengajak-dan-Mengikutsertakan"
Rahasianya bukan memperbanyak jumlah staf
yang dibayar. Sebuah gereja akan gagal jika berusaha untuk menerima
orang yang belum berpengalaman ke gereja pada saat ini hanya melalui
berbagai cara dan program yang kelihatan menarik. Pengikat yang efektif
adalah hubungan yang terjalin dalam suasana persahabatan yang akrab --
seorang anggota jemaat mengajak teman-temannya yang lain dan memasukkan
mereka ke dalam kehidupan gereja. Riset telah menunjukkan bahwa di
antara 10 orang yang datang ke sebuah gereja dan kemudian hadir secara
tetap, ternyata yang 9 orang dibawa seorang teman.
Kami menginvestasikan bagian terbesar waktu
dan uang kami bukan pada iklan, tetapi pada usaha menolong jemaat kami
untuk dapat mengajak dan mengikutsertakan teman-teman mereka (kami lebih
senang menggunakan istilah mengajak dan mengikutsertakan daripada
penginjilan).
Sedikitnya empat kali dalam setahun, kami
membagikan suatu Paket "Mengajak-dan-Mengikutsertakan". Isi paket ini
termasuk kaset pelatihan tentang cara mengajak teman Anda untuk hadir
dalam sebuah kelompok kecil atau sebuah acara penjangkauan (yang kami
sebut pelayanan ajak-dan-ikutsertakan). Paket tersebut termasuk juga
kartu-kartu untuk dibagikan kepada teman-teman; kartu itu memuat daftar
jam-jam kebaktian dan menunjukkan sebuah peta jalan menuju lokasi
gereja.
Kami juga melakukan survei terhadap jemaat
kami: "Menurut Anda, berita seperti apakah yang paling ingin didengarkan
teman-teman Anda yang akan datang di gereja?" Beberapa kali setahun
kami menggunakan hasil riset tersebut untuk menciptakan pesan-pesan yang
sesuai dengan keadaan mereka yang belum terbiasa datang ke gereja. Satu
seri khotbah tentang keluarga, misalnya, mempunyai sasaran golongan
orang yang belum bergereja. Kami menganggap bahwa para pendengar tidak
yakin pada rencana Allah bagi keluarga, karena itu kami menjelaskan dan
mengilustrasikan mengapa rencana Allah bekerja??. Dalam suatu khotbah
untuk penjangkauan seperti itu, kami memulai dengan budaya kami --
lagu-lagu John Lennon atau sebuah film karya Woody Allen, misalnya --
dan kemudian masuk kepada kebenaran Alkitab, dan mengakhirinya dengan
eksposisi Alkitab.
Kami menindaklanjuti para pengunjung yang
didasarkan pada asumsi bahwa mereka telah diajak oleh teman-teman
mereka. Pada saat para pengunjung memutuskan untuk menerima Kristus,
kami akan mengatakan sesuatu seperti ini: "Jika Anda mengajak seorang
teman hari ini, dan ia dapat menghargai bantuan Anda di dalam
mempelajari secara lebih mendalam tentang kehidupan Kristen, kami
mendorong Anda supaya pergi bersama-sama ke ruang resepsi. Di sana Anda
dapat mengambil paket- paket yang tepat dan sesuai bagi mereka yang baru
saja mengambil keputusan untuk menerima Kristus. Setelah itu, Anda
dapat melakukan beberapa hal yang baik bagi teman Anda. Pertama, jika
Anda belum bergabung dengan sebuah kelompok kecil, bergabunglah dalam
salah satu kelompok bersama mereka. Bagian informasi kami akan
menunjukkan kepada Anda satu kelompok yang baik. Kedua, ikutilah kelas
Pendalaman Alkitab di gereja bersama teman Anda." (Seringkali pertobatan
seorang teman menjadi langkah awal bagi si pembawa jiwa baru dalam
proses pemuridan selanjutnya).
Dalam beberapa minggu setelah suatu acara
penjangkauan, kami menghubungi orang yang baru hadir itu per telepon
sekali, tetapi kami menelepon tiga kali kepada si pembawa jiwa baru.
Kami bertanya, "Adakah masalah-masalah spesifik yang dapat kami bantu
penyelesaiannya?" Beberapa tahun lalu kami berpikir tentang bagaimana
menjadikan gereja kami agar tidak terlalu banyak dikuasai pendeta,
melainkan lebih banyak dikuasai kaum awam. Hal yang mengejutkan kami,
yaitu bahwa kami mendorong jemaat kami untuk melakukan pelayanan, dan
sebagai akibatnya, mereka sering dapat membawa seorang teman kepada
Kristus. Gereja-gereja yang lain mungkin memiliki alasan-alasan teologis
untuk tidak melakukan apa yang kami lakukan, tetapi pokok masalahnya
adalah ini: Kami menekankan ikatan si petobat baru dengan tubuh Kristus,
bukan dengan kelompok yang profesional. Langkah yang strategis adalah
mengaktifkan kaum awam, memandang pendeta sebagai pembantu untuk
melengkapi mereka, dan memberikan alat perlengkapan kepada jemaat yang
sungguh-sungguh melakukan pelayanan.
Menciptakan Suatu Tempat yang Aman
Seorang pria telah menghadiri beberapa acara
penjangkauan dan mulai menghadiri kebaktian pada setiap Sabtu malam. Ia
telah terjebak dalam suatu gaya hidup gay dan sedang mencari suatu jalan
keluar, namun ia takut kalau-kalau ditolak gereja. Suatu hari ia datang
kepada saya sesudah kebaktian dan mengatakan, "Saya seorang
homoseksual. Saya telah mengikuti kebaktian di sini selama beberapa
bulan dan telah menyaksikan sikap Anda dan gereja Anda. Saya tertarik
karena gereja ini menjadi suatu tempat yang aman. Saya ingin menyerahkan
kehidupan saya kepada Kristus." Kami berdoa, dan sesudah itu saya
memperkenalkan dia kepada para pemimpin pelayanan kami untuk kaum
homoseksual. Ia bergabung dalam program ini, dan tiga bulan kemudian ia
menulis surat kepada saya. "Saat yang amat menentukan dalam kehidupan
saya untuk mengatasi keinginan homoseksual," tulisnya, "adalah ketika
saya berjumpa dengan Anda dan menceritakan kepada Anda keberadaan saya
apa adanya. Sesudah mengikuti kebaktian selama beberapa bulan, saya
merasa bahwa saya dapat diterima. Saya tahu bahwa Anda melihat seorang
pribadi, bukannya seorang pria gay. Pada saat itu saya tahu bahwa saya
sudah bebas."
Orang-orang yang belum bergereja akan kembali
ke suatu gereja yang memberikan rasa aman. Bagi mereka, inilah unsur
yang paling penting. Jika mereka tidak merasa aman bersama Anda, mereka
tidak akan mau tinggal cukup lama untuk mendengarkan berita kebenaran.
Anda dapat melakukan beberapa hal untuk
menjadikan diri Anda dan gereja Anda sebagai tempat yang terasa aman
bagi orang-orang yang belum bergereja.
Jelaskan maksud Anda yang sesungguhnya.
Apabila kami bertanya kepada mereka yang belum bergereja mengapa mereka
tidak datang ke gereja, keluhan nomor satu, yaitu bahwa mereka tidak
mengerti apa yang sedang terjadi atau yang sedang disampaikan oleh
pendeta. Kami mencoba menghilangkan berbagai asumsi tentang apa yang
akan dimengerti para jemaat, dan kami berusaha keras untuk berbicara
dengan bahasa yang dimengerti oleh mereka yang belum bergereja dan belum
berpengalaman. Berilah penjelasan mengapa. Kelompok masyarakat pasca
modernisme menolak komunikasi jenis petunjuk langsung. Jika suatu
khotbah dimulai dengan pernyataan otoritatif tentang bagaimanakah
seharusnya jemaat bersikap, khotbah seperti itu akan membuat mereka
mundur. Saya telah membuktikan bahwa lebih baik berbicara secara
persuasif, meski kadang-kadang perlu waktu dua kali lebih lama untuk
menjelaskan suatu pokok masalah. "Jika Anda mempercayai hal ini, pasti
akan terjadi demikian; jika Anda percaya hal itu dengan sungguh-sungguh,
pasti hal itu pun akan terjadi."
Dengan kata lain, jemaat sekarang lebih
cenderung akan datang kembali ke sebuah gereja yang memberikan
penjelasan mengapa. Salah satu di antara kaset-kaset rekaman yang paling
banyak diminati adalah "How We Got the Bible and Why We Know It's the
Word of God" (Bagaimana Kita Menerima Alkitab dan Mengapa Kita Tahu
bahwa Alkitab adalah Firman Allah).
Jangan merepotkan jemaat. Saya mempunyai
seorang teman yang menjadi rabbi. Suatu ketika saya berkata kepadanya,
"Tidak takutkah Anda bergaul dengan orang seperti saya, seorang
penginjil yang lebih senang melihat Anda bertobat?" Ia seorang pakar
Kitab Roma 9-11
dan mengajar di banyak seminari. Ia berkata, "Oh, tidak. Saya adalah
anugerah Allah bagi Anda. Menurut pemahaman saya tentang Perjanjian
Baru, tugas saya adalah memberikan kesempatan kepada Anda untuk
mengasihi. Jika saya diyakinkan, itulah pekerjaan Roh Kudus. Pekerjaan
Anda mengasihi, dan Roh Kudus meneguhkan." Rabbi itu mungkin memahami
proses tersebut dengan lebih baik dibanding kita! Orang-orang merasa
aman apabila kita mengasihi mereka dan tidak berusaha memaksakan
keputusan untuk segera menerima dan mengikut Kristus.
Jangan kaget karena banyaknya masalah.
Orang-orang yang belum bergereja mengira bahwa gereja tidak menginginkan
orang-orang yang bermasalah dengan dosa. Mereka menganggap bahwa
orang-orang yang datang ke gereja adalah sempurna -- atau sedikit agak
munafik untuk bertindak seperti mereka. Apabila Anda tidak menempelak
dosa-dosa mereka, mereka merasa tenang. Apabila pendeta menunjukkan
sikap transparan dalam khotbah-khotbahnya, misalnya, hal ini dapat
membuat mereka mengakui masalah-masalah mereka.
Berikan tawaran-tawaran yang tidak mengancam.
Kami tidak mengadakan tantangan untuk maju ke depan (altar call) di
gereja, sebab banyak orang yang belum bergereja telah melihatnya melalui
acara TV dan tidak menyukainya. Namun demikian, kami selalu memberikan
suatu tawaran pada acara-acara penjangkauan. Biasanya kami akan meminta
hadirin agar memejamkan mata, dan kemudian meminta mereka yang mau
menerima Kristus supaya memandang pembicara. Kami melakukan kontak mata
dengan mereka dan mengajukan beberapa pertanyaan, memohon mereka untuk
mengangguk sebagai tanda tanggapan, guna meyakinkan mereka mengetahui
apa yang sedang mereka lakukan. Kami akan bertanya, "Apakah Anda diajak
seorang teman?" Jika seseorang mengangguk, kami meminta dia untuk
bercerita kepada temannya itu tentang keputusan yang baru dibuat. Kami
berdoa dan kemudian menawarkan suatu paket gratis berisi kaset-kaset dan
pelajaran Alkitab. Pada saat kami mendorong jemaat agar pergi bersama
teman mereka menuju ruang resepsi, kami mencoba mengarahkan mereka
supaya tidak agresif: "Kami menyadari bahwa banyak orang tidak mau
melakukan hal ini segera. Jadi, lakukanlah minggu depan, apabila Anda
merasa kurang tertarik pada sesuatu. Kami tertarik dengan keputusan Anda
sendiri, bukan memaksakan kehendak kami pada Anda." Tidak berapa lama
kemudian, seorang pria anggota gereja kami mengajak tiga atau 40 orang
teman sekerjanya ke suatu acara penjangkauan dan kemudian mengadakan
suatu pesta besar sesudah acara itu. Di situlah mereka berbicara tentang
apa yang mereka alami dalam suasana yang menyenangkan dan nyaman tanpa
ada ancaman. Di akhir acara tersebut, ia berkata, "Silakan datang
kembali ke gereja secepat mungkin Anda dapat. Saya yakin Anda akan
menyukainya." Ternyata ada banyak di antara temannya yang datang ke
gereja; bahkan beberapa telah menerima Kristus. Jemaat yang dilatih
untuk menjadi "pembawa-dan-penarik" jiwa dapat mengajak teman-teman
mereka ke sebuah gereja yang mereka pandang relevan dan aman bagi
mereka. Dan cepat atau lambat, sebagian besar di antara mereka, kalau
tidak semuanya, pasti akan kembali ke gereja.
[- Doug Murren adalah pendeta pendiri Eastside Foursquare Church di Kirkland, Washington.
- Mike Meeks adalah pendeta senior eksekutif di Eastside Foursquare Church di Kirkland, Washington.]
- Mike Meeks adalah pendeta senior eksekutif di Eastside Foursquare Church di Kirkland, Washington.]
Diedit dari sumber:
Judul Buletin | : | Kepemimpinan, Volume 35, Tahun IX |
Judul Artikel | : | Bagaimana Gereja Anda Dapat Menginjili? |
Penulis | : | Doug Murren dan Mike Meeks |
Penerbit | : | Yayasan Andi |
Halaman | : | 37 - 42 |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima Kasih untuk Komentar Anda yang membangun, Semoga menjadi berkat bagi kita semua... Amin. GBU