jalan gelap tiada harapan
aku berpaling kepada Yesus
agar Yesus arahkan langkahku"
Bait demi bait dalam lagu yang berjudul Yesus yang Setia mengalir
dengan merdu dari suara Marcel Hukom. Lagu rohani tersebut segera
diikuti pendengarnya, karena mudah mengikutinya. Siapa sangka lagu yang
berirama pop itu digubah oleh para tahanan dan narapidana di Rumah
Tahanan Salemba. Bahkan musik dalam album berjudul Suara Kasih, itu
dibuat seorang narapidana beragama Islam, Arifin Bilahmar.
Jeruji besi yang dingin dan ruangan sel yang kecil, tidak membuat
kreativitas penghuni Rutan Salemba ikut terpenjara. Bahkan, kesadaran
akan kekuasaan Tuhan di saat mereka menjalani hukuman, senantiasa
menguatkan dan memberi ketabahan hati kepada mereka. Demikian tulis
Lince Eppang untuk Suara Pembaruan.
Kevin Piere, narapidana dalam kasus penipuan yang sudah menjalani hukuman selama delapan bulan di situ, dengan mata berkaca-kaca menceritakan kepada Pembaruan, proses pembuatan lirik lagu yang berjudul Tuhan Ubah Hidupku.
Lagu yang juga menjadi kesaksian dalam hidupnya itu, diciptanya di
atas bon-bon hutang di sebuah warung di blok A, tempat ia menjalani
hari-hari kehidupannya. "Dengan menggunakan pensil saya menulis lirik
itu. Berulang-ulang, saya merobek bon-bon utang yang di belakangnya
saya pakai untuk mengarang lirik lagu itu," kata Kevin.
Semalaman dia bekerja, saat itu entah karena semangat untuk
menumpahkan kesaksian dalam hidupnya, atau karena kerinduannya memuji
Tuhan, yang jelas ia tidak merasakan kantuk sama sekali saat itu.
Dalam waktu satu hari, lirik itu jadi dibuatnya dan diserahkan ke
Arifin, yang akan mengaransemen lagu itu. Membaca larik itu, Arifin
mengaku kesulitan untuk menemukan musik yang tepat untuk lagu tersebut.
Sambil meminta maaf kepada Kevin karena lirik itu tidak dapat
dipakai, Arifin pun berencana tidak menggunakan lirik itu dalam album
mereka. Tapi, entah kenapa ia tiba-tiba mendapatkan ilham dan menemukan
musik yang tepat untuk lirik tersebut. "Terus terang saya juga tidak
paham, saya seperti mendengarkan sesuatu dan di kepala saya seperti
terisi oleh musik yang tepat untuk lirik itu," kata Arifin.
Banyak hal-hal yang tidak terduga yang terjadi saat proses pembuatan
album itu dilakukan oleh para penghuni Rutan Salemba itu. Bahkan, para
tahanan dan narapidana yang masih tinggal di dalam Rutan Salemba, harus
lima kali berganti-ganti studio untuk merekam suara mereka, karena
menyesuaikan dengan jadwal mereka untuk keluar dari Rutan Salemba.
Usul untuk membuat album itu berawal ketika Didit Wijayanto Wijaya,
seorang narapidana dalam perkara penipuan, membaca ayat Alkitab di
dalam Mazmur 98 ayat 1 untuk senantiasa menaikkan nyanyian baru bagi
Tuhan. Apalagi, penghuni Rutan Salemba yang beragama Kristen banyak
yang tekun beribadah di gereja di dalam Rutan Salemba itu. Di antara
para tahanan dan narapidana itu pun banyak yang memiliki potensi
bermain musik dan menyanyi.
Ajakan untuk membuat album pada bulan Agustus 2003 itu pun, membuat
para tahanan dan narapidana bersemangat untuk menciptakan lirik-lirik
yang sebagian besar merupakan kondisi yang mereka alami dalam kehidupan
mereka.
Bagi Arifin atau pun Kevin, dan penghuni Rutan Salemba lainnya,
berada di dalam tahanan membuat orang tersadar akan kekuasaan Tuhan.
Dalam hari-hari hukuman yang harus mereka jalani, terpisah dari
keluarga dan dunia luar, itu lah yang menjadikan mereka tegar dan
pasrah kepada Tuhan. "Mungkin dengan kesaksian yang ada dalam hidup
saya, bisa menjadi berkat bagi orang-orang," ujar Kevin terbata. "Saya
percaya Tuhan Yesus ada di dalam kehidupan saya," ujarnya.
Walau pun kerabat tidak mengunjunginya, bagi Kevin dan mungkin bagi
penghuni Rutan Salemba lainnya yang merayakan natal namun tidak
dikunjungi keluarganya, tidak menjadi penghalang untuk merasakan nikmat
natal yang diberikan oleh Kristus.
Sumber: www.glorianet.org
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima Kasih untuk Komentar Anda yang membangun, Semoga menjadi berkat bagi kita semua... Amin. GBU