Beberapa posting waktu lalu di blog
ini menyorot sepak terjang seorang hamba Tuhan terkenal dari Amerika. Postingan
itu saya share di FB dan koment-komentpun bermunculan. Ada koment yang memakai
alasan secara logika dengan mengatakan bahwa dia tidak seperti itu karena belum
tentu kritikan yang ditujukan kepadanya benar. Ada pula yang memakai alasan
rohaniah yaitu dengan mencuplik ayat-ayat Alkitab. Tampaknya rohani atau
Alkitabiah bukan?
Tapi ada hal yang mengejutkan saya dan menurut saya ini parah, ketika ada
seorang hamba Tuhan yang dikritik ajarannya, reaksinya adalah dia ingin memakai
kuasa Roh Kudus untuk meledakkan kepala orang itu! Atau ada hamba Tuhan yang
dengan terang-terangan mengatakan siapa yang menentang ajarannya maka dia akan
sakit, lumpuh atau buta atau bisa kena musibah, pokoknya jangan coba-coba deh!
Bukannya memberkati malah mengutuk! Saya pernah sharing dengan seorang
rekan tentang seorang hamba Tuhan di Indonesia yang ajarannya tidak sesuai
dengan Firman Tuhan, teman saya sambil bergurau mengatakan bahwa jangan
membicarakan dia karena katanya bisa sakit atau kena musibah, katanya.
OK, makin panaaas nih, kita mulai dulu dari alasan-alasan rohani atau
Alkitabiah yang sering dipakai untuk menangkis kritikan kepada hamba Tuhan :
1. JANGAN MENYENTUH ATAU MENEGUR HAMBA TUHAN YANG
DIURAPI. Ayat yang dipakai adalah 1 Samuel 24 :10 ketika Daud mengatakan,"Aku tidak akan menjamah tuanku itu, sebab dialah orang
yang diurapi TUHAN ". Konteks ini sesungguhnya berbicara tentang Daud
yang memiliki kesempatan untuk membunuh Saul yang mengejar dia tapi dia tidak
mau menyentuhnya dan jawaban Daud itu karena dia respek kepada Saul. Tapi Saul
sendiri sebagai Raja bukan berarti bebas teguran. Alkitab jelas-jelas
menyatakan karena ketidaktaatan Raja Saul maka nabi
Samuelpun dengan terang-terangan MENEGUR Saul (1Sam 13:13).
Jadi alasan untuk mengatakan hamba Tuhan tidak
boleh ditegur itu karena dia diurapi Tuhan jelas tidak berlaku lagi karena
berkaca dari Saul baik dalam posisi sebagai Raja maupun sebagai hamba yang
diurapi Tuhan ternyata tidak berada di atas teguran. Justru dia di bawah
teguran karena ketidaktaatannya kepada Allah.
Contoh masih dari Daud. Daud sendiri tidak bebas dari teguran. Nabi Natan menegor Daud dan bahkan menyatakan hukuman Tuhan
kepada Daud karena Daud berdosa kepada Tuhan. Pada waktu Daud ditegor
nabi Natan, Daud tidak memakai alasan rohani,"Jangan menyentuh hamba Tuhan
yang diurapi!". Daud justru tunduk dan menyadari kesalahannya yang fatal.
Itu baru tokoh PL. Dalam PB, malah ada Rasul yang ditegur karena kesalahannya!
2. JANGANLAH
MENGHAKIMI. (Mat 7:1-2). Kalau kita menghakimi hamba Tuhan
dosanya besar atau bisa celaka. Biarlah Tuhan yang menghakimi! Ayat dan tafsirannya ini menjadi senjata ampuh untuk MEMBUNGKAM
kritikan atau teguran yang ditujukan kepada hamba Tuhan. Ayat ini
seringkali disalah pahami. Dalam Matius 7:1-2,
Yesus sebenarnya tidak melarang untuk menghakimi, hanya untuk menghakimi itu
tidak asal menghakimi alias sembarangan menghakimi.
Dari ayat pertama dari pasal ini, Yesus memberi peringatan untuk tidak
menghakimi agar kita tidak dihakimi. Ini menunjukkan kalau kita tidak siap
untuk dihakimi, sebaiknya jangan menghakimi. Bagian berikutnya berikutnya
memberikan penjelasan yang lebih detail yaitu penghakiman dan ukuran yang kita
pakai untuk menghakimi juga akan diarahkan kepada kita. Ini sama sekali tidak
ada larangan untuk menghakimi, tapi kesiapan untuk dihakimi dengan hal yang
sama. Oleh sebab itu di dua ayat terakhir, Yesus mengajarkan apa yang harus
kita persiapkan terlebih dahulu sebelum kita dapat menghakimi. Kita harus dapat
melihat dengan jelas terlebih dahulu, yang dalam hal ini kita harus tahu
kebenaranNya terlebih dahulu baru kita bisa melihat kesalahan dari saudara
kita. Mengapa demikian, ini karena dalam hal ini kita menyatakan kebenaran,
memberi nasehat dan menegor, bukan asal menuduh atau menghakimi.Karena dibagian lain Tuhan
Yesus juga mengatakan dalam Yohanes
7:24,: “Janganlah menghakimi menurut apa yang
nampak, tetapi hakimilah dengan adil.” Justru Tuhan mengijinkan kita
menghakimi. Jadi apakah kedua ayat itu bertentangan? Jelas tidak.