"JanjiMu s'perti fajar pagi hari....
yang tiada pernah terlambat bersinar....
yang tiada pernah terlambat bersinar....
cintaMu s'perti sungai yang mengalir....
dan kutahu betapa dalam kasihMu.........."
dan kutahu betapa dalam kasihMu.........."
Demikian lirik dari reff lagu "JanjiMu Seperti Fajar".
Hampir semua umat Kristen dari berbagai denominasi Gereja bisa menyanyikannya. Saya ingat, suatu kali dalam pelayanan kunjungan ke Rumah Sakit, kami menyanyikan lagu-lagu penghiburan dari kamar ke kamar, untuk menguatkan dan memberi pengharapan kepada pasien-pasien yang sedang terbaring lemah di Rumah Sakit. Ada seorang pasien yang meminta lagu JanjiMu Seperti Fajar dinyanyikan. Pasien ini menderita kanker stadium lanjut dan sudah sangat lemah. Kerabat keluarga yang dikasihi mengelilinginya, dan bersama-sama kami menyanyikan lagu ini.
Hampir semua umat Kristen dari berbagai denominasi Gereja bisa menyanyikannya. Saya ingat, suatu kali dalam pelayanan kunjungan ke Rumah Sakit, kami menyanyikan lagu-lagu penghiburan dari kamar ke kamar, untuk menguatkan dan memberi pengharapan kepada pasien-pasien yang sedang terbaring lemah di Rumah Sakit. Ada seorang pasien yang meminta lagu JanjiMu Seperti Fajar dinyanyikan. Pasien ini menderita kanker stadium lanjut dan sudah sangat lemah. Kerabat keluarga yang dikasihi mengelilinginya, dan bersama-sama kami menyanyikan lagu ini.
Tak terasa airmata menetes. Rasa haru yang dalam
begitu kuat menguasai kami, dan kasih Bapa terasa dicurahkan atas pasien itu.
Teman-teman juga pasti mengalaminya saat menyanyikan lagu ini. Ada
kekuatan baru yang dilimpahkan ke atas setiap yang menyanyikannya. Yang
jelas...banyak orang diberkati, tapi nggak banyak yang tahu siapa penulis lagu
ini. Penasaran ???
Untuk itu, saya sengaja meminta kepada songwriter, Afen, untuk menuliskan story behind the song. Apa yang dialaminya, sehingga lagu yang sangat powerful ini tercipta. Original lho. From the deepest heart of songwriter "JanjiMu Seperti Fajar".......
Nama saya Afen Hardianto.Saya tinggal di Malang bersama dengan istri dan 2 anak saya yang perempuan
6 tahun dan yang laki-laki 4 tahun. Saya berpacaran dengan istri saya sejak
duduk dibangku SMA. Pada masa kita masih pacaran hubungan kita ditentang oleh
keluarga istri saya. Tetapi kita tetap berpacaran sampai akhirnya kita
mendapatkan restu untuk menikah. Tanpa saya sadari ternyata saya menyimpan
kepahitan dari akibat hubungan kami yang dulunya ditentang.
Dan kepahitan itu saya simpan dan pupuk dan saya bawa di pernikahan sampai menyebabkan hubungan saya dengan istri menjadi kurang harmonis di tahun-tahun
awal pernikahan kami. Kemudian masuklah pihak ke tiga yang semakin memperkeruh
keadaan rumah tangga kami. Dan rumah tangga saya semakin amburadul. Saya
menolak dan menganggap istri saya sebagai penghalang kebahagiaan saya, sehingga
saya membenci istri saya. Rasa cinta terhadap istri sudah tidak ada lagi, yang
ada adalah kebencian yang menumpuk. Saya selalu menyakiti hati istri saya,
walaupun istri saya tidak membalas tetapi saya semakin menyakitinya. Saya tidak
mempedulikan anak saya, dan saya pun sibuk dengan keegoisan saya sendiri. Yang
dilakukan istri saya hanya berdoa dan berpuasa, bahkan saat ia mengandung anak
kami yang ke 2, ia berpuasa Ester untuk saya. Istri saya menutupi segala
keadaan yang terjadi dalam rumah tangga kami dari keluarganya. Ia berpegang pada
firman Tuhan di Amsal 21:1 :
“jika hati raja-raja ada didalam genggaman tangan Tuhan, apalagi hati seorang Afen”
“jika hati raja-raja ada didalam genggaman tangan Tuhan, apalagi hati seorang Afen”
Tetapi saya tetap tidak memperdulikannya sampai pada akhirnya saya menyuruh
istri saya untuk pergi dan saya antarkan istri dan anak saya pulang ke rumah
orang tua istri saya. Dan orang tua istri saya pun menerima mereka dan juga
menghendaki perpisahan ini dan megharapkan akan berujung pada perceraian. Saat
itu istri saya berkata kepada saya, ini bukan akhir dari segalanya. Setelah saya
meninggalkan istri dan anak saya, saya berpikir saya akan menjalani hidup saya
yang baru. Tetapi pada suatu malam pada saat saya sendiri Tuhan mengingatkan
saya pada anak saya yang pertama, saya tiba-tiba merasakan rindu dan kangen
sekali pada anak saya itu. Waktu itu anak saya masih berusia 1,5 tahun. Hati
saya hancur dan saya menangis.
Saya berkata kepada Tuhan : “ Tuhan apakah akhir dari hidupku akan seperti ini, saya yang dari dulu (SMP) sudah melayani Tuhan sebagai pemain musik tetapi apakah rumah tanggaku akan berakhir dengan perceraian?”
Tiba-tiba Tuhan memberikan melodi kepada saya lagu : "JanjiMu Seperti
Fajar", dimana rencana saya lagu ini akan saya simpan untuk saya pribadi.
Tetapi pada saat pendeta saya mau rekaman, pendeta saya kekurangan 1 lagu
dan ia bertanya kepada saya, apa saya mempunyai lagu. Dengan malu-malu saya
tunjukkan lagu JanjiMu Seperti Fajar kepadanya.
Saya benar-benar tidak menyangka lagu tersebut ternyata menjadi berkat bagi banyak orang, termasuk saya dan keluarga.
Saya benar-benar tidak menyangka lagu tersebut ternyata menjadi berkat bagi banyak orang, termasuk saya dan keluarga.
Dan singkat cerita Tuhan memulihkan keluarga saya. Istri, dan anak-anak
saya juga sudah kembali bersatu dengan saya. Bahkan anak ke 2 saya yang dulu
saya tolak dan lahir secara premature tanpa saya dampingi juga lahir dalam
keadaan yang normal dan sehat.
Dan setelah keluarga saya kembali bersatu, saya juga baru mengetahui bahwa pada saat keluarga saya berantakan setiap hari istri saya menuliskan kata-kata iman di sebuah buku.
Dan setelah keluarga saya kembali bersatu, saya juga baru mengetahui bahwa pada saat keluarga saya berantakan setiap hari istri saya menuliskan kata-kata iman di sebuah buku.
Didalam tulisannya tersebut istri saya mengatakan :
Suamiku Afen pasti dikembalikan Tuhan padaku, keadaan ini adalah baik bagiku karena pasti ada anugerah besar bagiku, suamiku Afen adalah suami yang takut akan Tuhan,
suamiku Afen adalah suami yang mengasihiku, semua ini mendatangkan kebaikan bagiku karena Tuhan pembelaku ada di pihakku.Dan sekarang saya benar-benar merasakan pemulihan yang Tuhan kerjakan di dalam hidupku, bahkan saya juga tidak menyangka bahwa lagu JanjiMu Seperti Fajar menjadi lagu terbaik Indonesian Gospel Music Award 2006, menjadi theme song sebuah sinetron dengan judul yang sama, dan Tuhan memelihara hidup kami sekeluarga juga melalui lagu tersebut.
Terima kasih Tuhan Yesus Memberkati.
Suamiku Afen pasti dikembalikan Tuhan padaku, keadaan ini adalah baik bagiku karena pasti ada anugerah besar bagiku, suamiku Afen adalah suami yang takut akan Tuhan,
suamiku Afen adalah suami yang mengasihiku, semua ini mendatangkan kebaikan bagiku karena Tuhan pembelaku ada di pihakku.Dan sekarang saya benar-benar merasakan pemulihan yang Tuhan kerjakan di dalam hidupku, bahkan saya juga tidak menyangka bahwa lagu JanjiMu Seperti Fajar menjadi lagu terbaik Indonesian Gospel Music Award 2006, menjadi theme song sebuah sinetron dengan judul yang sama, dan Tuhan memelihara hidup kami sekeluarga juga melalui lagu tersebut.
Terima kasih Tuhan Yesus Memberkati.
(from Afen Hardianto)
....wow...sungguh testimony yang mengharu biru.
Teman-teman pasti lebih dikuatkan lagi ya. Nggak pernah menyesal ikut Yesus, karena di dalam Yesus nggak ada tuh yang namanya dead end. Selalu ada jalan keluar. Selalu ada pengharapan yang baru. Pengharapan yang tidak pernah sia-sia. Kalau Afen (especially his wife) mengalami jalan keluar, kita juga akan mengalami jalan keluar.
Teman-teman pasti lebih dikuatkan lagi ya. Nggak pernah menyesal ikut Yesus, karena di dalam Yesus nggak ada tuh yang namanya dead end. Selalu ada jalan keluar. Selalu ada pengharapan yang baru. Pengharapan yang tidak pernah sia-sia. Kalau Afen (especially his wife) mengalami jalan keluar, kita juga akan mengalami jalan keluar.
Because our destiny is being more than a conquerer !!!
Selamat berjuang !!!a
Selamat berjuang !!!a
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima Kasih untuk Komentar Anda yang membangun, Semoga menjadi berkat bagi kita semua... Amin. GBU