Dewasa
ini kita jumpai banyak sekali minat orang terhadap gejala-gejala
paranormal, esoterisme dan okultisme, bukan hanya di Indonesia,
melainkan juga di negara-negara Eropa dan Amerika, di mana dahulu agama
kristen telah berakar kuat. Kita sering mendengar tentang esoterisme,
kemampuan paranormal, astrologi, okultisme, magi atau sihir.
Ini merupakan suatu bidang yang amat luas dan semuanya itu tidak dapat
disama-ratakan begitu saja. Karena itu pada kesempatan ini saya hanya
ingin memberikan tinjauan singkat namun luas, agar supaya kita memiliki
gambaran yang lebih baik tentang realitas yang kita hadapi dan
bagaimana kita harus bersikap.
Kemampuan
paranormal me-rupakan sebuah bidang yang luas sekali dan dewasa ini
juga menda-pat perhatian dari segi ilmu pe-ngetahuan. Maka, timbullah
apa yang disebut dengan istilah para-psikologi, yang merupakan ilmu
tentang gejala-gejala paranormal, yaitu segala sesuatu yang
melampaui yang normal, yang tidak dapat dijangkau oleh ilmu
penge-tahuan lain, seperti fisika, biologi, psikologi. Semua yang ajaib
dan gaib termasuk dalam bidang ini, seperti umpamanya telepati,
radiestesi, prana, telekinesi, dll. Program Siddhi dari Meditasi
Transendental menjanjikan ke-mampuan untuk bilokasi dan levitasi.
1.1. Pengenalan paranormal
Jenis
pengenalan ini biasanya dikenal dengan istilah ESP (Extra Sensorial
Perception), pengenalan ekstrasensorial, pengenalan yang melampaui
pancaindra. Pengenalan ektrasensorial ini merupakan bidang studi
parapsikologi yang serius, yaitu gejala-gejala telepati, clairvoyance
(=melihat jauh), transmisi pikiran. Dalam kelompok ini barangkali dapat
dimasukkan apa yang biasanya disebut indra keenam.
Di
samping itu, kita jumpai ge-jala-gejala lain yang lebih diragu-kan,
yaitu segala bentuk ramalan masa yang akan datang lewat kartu, bola
kristal atau ramalan lewat garis-garis tangan (=chiromansi).
Yang
sangat berbahaya dan yang dikutuk oleh Kitab Suci ialah usaha
mengetahui masa depan dengan bertanya pada arwah-arwah, entah itu lewat
medium yang hidup, atau lewat usaha-usaha lain, seperti jailangkung,
papan oui-ja (semacam papan ramalan), dll. Ba-nyak orang yang hanya
iseng main-main jailangkung, tetapi bila orang sungguh-sungguh
memanggil ar-wah lewat jailangkung, hal itu dapat menjadi berbahaya,
karena memberi jalan masuk kepada roh-roh jahat untuk datang dan
rupa-nya cukup banyak yang kema-sukan roh-roh jahat. Berhubung dengan
hal-hal semacam itu Kitab Suci sangat keras. Di sini, dikutipkan
beberapa ayat saja:
“Janganlah
kamu berpaling kepada arwah atau kepada roh-roh peramal; janganlah kamu
mencari mereka dan dengan demikian menjadi najis karena mereka; Akulah
TUHAN, Allahmu.” (Im. 19:31)
“Orang
yang berpaling kepada arwah atau kepada roh-roh peramal, yakni yang
berzinah dengan bertanya kepada mereka, Aku sendiri akan menentang
orang itu dan melenyapkan dia dari tengah-tengah bangsanya. Apabila
seorang laki-laki atau perempuan dirasuk arwah atau roh peramal,
pastilah mereka dihukum mati, yakni mere-ka harus dilontari dengan batu
dan darah mereka tertimpa kepada mereka sendiri.” (Im. 20:6,27)
“Di
antaramu janganlah didapati seorang pun yang memper-sembahkan anaknya
laki-laki atau anaknya perempuan sebagai korban dalam api, ataupun
seorang yang menjadi petenung, seorang peramal, seorang penelaah,
seorang penyihir, seorang pemantera, atau-pun seorang yang bertanya
kepada arwah atau kepada roh peramal atau yang meminta petunjuk kepada
orang-orang mati.” (Ul. 18:10-11).
1.2. Kemampuan paranormal
Menurut
para saksi, katanya, kemampuan paranormal itu dapat diungkapkan dalam
kemampuan berjalan tanpa menyentuh tanah, menggerakkan benda-benda dari
jauh, materialisasi roh-roh dalam bentuk ektoplasma, benih yang tumbuh
dengan sendirinya, cairan magnetik yang punya daya sembuh, dll. Namun,
rupanya di sini banyak terdapat penipuan. Kecuali itu ke dalam bidang
ini dapat pula dimasukkan tenaga dalam, ke-kuatan besar untuk
mematahkan baja, batu, dll, prana, radiestesi, magnetisme.
1.3. Usaha mencari kemampuan paranormal: sebuah jerat
Usaha
untuk mencari kekuatan atau kemampuan luar biasa, ke-kuatan paranormal,
kemampuan melihat jarak jauh, perjalanan me-nuju dunia astral, bagi
orang-orang tertentu menjadi suatu tujuan dan karenanya menjadi sumber
kesombongan rohani dan kegoncangan jiwa. Misalnya, TM (Meditasi
Transendental) menawarkan kepada para peminatnya sebuah program untuk
mencapai suatu “kemampuan” untuk menghilang dan levitasi. Ini merupakan
suatu penyimpangan dari ajaran Veda yang asli, dimana kemampuan itu
bukan tujuan, melainkan suatu gejala tam-bahan yang terjadi dalam
per-jalanan rohani menuju kepada pembebasan batin, yang justeru
mengandaikan kelepasan dari segala yang luar biasa dan dari
kemampuan-kemampuan paranormal. Bagi seorang yogin yang otentik, itu
hanyalah manifestasi sekunder dari suatu askesis yang berbuah. Itu sama
sekali bukan tan-da kenaikan tingkat.
Kecuali
itu, orang yang mencari kemampuan paranormal itu akan mudah sekali
tergelincir dalam jerat setan dan masuk ke dalam dunia kegelapan,
karena pada dasarnya jalan itu merupakan suatu deformasi dari jalan
yang benar. Usaha itu sebenarnya mengungkapkan kehendak untuk berkuasa
yang egosentris, yang mau memperalat kekuatan-kekuatan yang tidak
tampak, roh-roh (baik atau jahat) yang ada di dunia ini. Akibatnya
orang semakin diperalat si jahat.
1.4. Pengobatan paranormal
Dewasa
ini berkembang pula apa yang disebut pengobatan atau penyembuhan
paranormal, yaitu penyembuhan dengan memakai kekuatan paranormal,
seperti magnetisme, prana, radiestesi, tenaga dalam, dll. Memang
manusia dapat memiliki kemampuan para-normal itu, namun kemampuan itu
sangat terbatas dan sangat rawan. Orang yang memiliki kemampuan itu
akan berhadapan dengan orang lain yang juga memilikinya, sehingga
sering terjadi bentrokan. Untuk melindungi diri terhadap musuh, orang
akan mencari pertolongan dari kekuatan lain, yang biasanya berasal dari
kuasa kegelapan (untuk uraian lebih lanjut lihat buku kecil saya:
Kemampuan Paranormal dan Iman Kristen).
Kecenderungan
manusia dewasa ini untuk mencari kemampuan paranormal, mengingatkan
kita akan apa yang ditulis Paulus kepada Timotius: “Akan datang
waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapi me-reka
akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan
keinginan telinganya. Mereka akan memalingkan telinganya dari kebenaran
dan membukanya bagi dongeng.” (2 Tim. 4: 3-4)
2. Tahyul dan magi
2.1. Tahyul
Tahyul
sesungguhnya bukan lain daripada suatu gerak refleks dari ketakutan.
Ada yang merasa dikelilingi oleh kuasa-kuasa yang bermusuhan dan
karenanya berusaha untuk tidak mengganggunya, misalnya angka 13, jangan
duduk di meja dengan jumlah 13, nanti dapat celaka. Jangan berfoto
bertiga, nanti yang satu mati, dll. Tahyul yang paling berat ialah yang
memakai jimat-jimat, seperti cincin yang diisi, ikat pinggang yang
diisi, akar bahar, rotan kecil atau bambu kecil, dll.
2.2. Surat berantai
Mungkin anda pernah menerima surat yang bunyinya antara lain: ”Salinlah
ini dan kirimkan kepada 9 orang. Bapak R telah membuat 9 salinan dan
mengirimkannya. 9 hari kemudian ia telah mendapat 100 juta. Ibu F telah
merobeknya dan bulan berikutnya dia meninggal. Jangan putuskan rantai
itu, sebab hal itu akan mendatangkan bencana. Berdoalah kepada Santo
Antonius dan Santa Theresia. Doakanlah 10 rosario. Rahmat yang
mengagumkan dan tidak terduga akan diberikan kepada Anda dalam waktu 13
hari kemudian.” Bentuk surat itu dapat berbeda-beda, kadang-kadang
tanpa muatan religius sama sekali. Surat semacam itu adalah suatu
bentuk pemerasan moral dengan ancaman bencana. Orang yang penakut akan
dipengaruhi oleh surat semacam itu dan orang yang mengirimkannya
berbuat dosa.
2.3. Magi (=magic)
Dasar
magi ialah kepercayaan akan adanya roh-roh yang berkarya di dunia ini,
yang menyebabkan fakta-fakta aneh, tak dapat diterangkan dan yang harus
didamaikan atau sekurang-kurangnya harus dinetralisir dengan
peran-taraan praktek-praktek atau ritus-ritus rahasia. Mau mempengaruhi
jalannya peristiwa lewat tindakan-tindakan tertentu, juga termasuk
magi, seperti umpamanya tolak hujan dengan bantuan sapu lidi yang
dibalik dan diberi cabai.
2.4. Sihir dan perdukunan
Erat
hubungannya dengan ma-gi adalah sihir, suatu bentuk perdukunan. Sihir
ini sudah sama tuanya dengan manusia. Sihir yang sesungguhnya
memperoleh kuasa-nya dari setan sendiri. Dewasa ini kelompok ‘gereja
Setan’ menarik perhatian cukup banyak orang. Melalui sihir orang
mempengaruhi orang lain dan dapat juga merugikan orang lain. Sarana
yang dipakainya antara lain ialah guna-guna (santet), teluh.
3. Esoterisme dan okultisme
3.1. Esoterisme
Esoterisme
tradisional adalah sebuah ajaran dan suatu cara ber-tindak. Ajaran ini
bersandar pada suatu ‘Tradisi Primordial’ yang menurut mereka, telah
diberikan kepada manusia sejak semula, tetapi secara tersembunyi. Pada
waktu itu manusia belum memiliki kemampuan intelektual yang diperlukan
untuk dapat mengertinya secara penuh. Karena itu esoterisme ini mau
membukakan pintu supaya orang dapat masuk ke dalam pe-ngenalan
rahasia-rahasia tersebut. Supaya dapat melampaui yang luar dan masuk ke
dalam lewat suatu pewahyuan, orang harus menjalani suatu inisiasi, yang
merupakan suatu kesadaran baru, suatu kelahiran kedua. Pengenalan yang
mau dicapainya adalah suatu iluminasi, suatu intuisi.
Sesudah masa Renaissance, esoterisme di Eropah mengalami pengaruh dari pelbagai pihak dan menjadi sesuatu yang tidak jelas.
3.2. Okultisme
Untuk okultisme yang terpenting ialah memiliki kekuatan
yang dapat diperoleh lewat magi (hitam). Mereka mencari tekniknya dari
segala sumber-sumber kekuatan gaib, lewat segala bentuk perdukunan.
Semuanya itu dite-ruskan lewat suatu inisiasi rahasia, sedangkan
dalam esoterisme orang hanya mau memperkenalkan Tradisi Primordial itu
saja, yang sudah berusia 50 abad dan diungkapkan lewat mitologi dan
lambang-lambang. Karena bidang esoterisme meliputi seluruh alam yang
tampak dan tidak tampak, maka esoterisme melahirkan pelbagai macam
praktek konkrit: alkimi (usaha mengubah logam rendah menjadi logam
mulia), astrologi, theurgi (=ilmu untuk berhubungan dengan yang ilahi).
4. Ajaran dan praktek esotero-okultisme
Esoterisme
menunjukkan ajaran rahasia, sedangkan okultisme menunjukkan
praktek-praktek rahasia. Keduanya sangat erat hubungannya sebagai teori
dan prakteknya. Ajaran esotero-okultisme ini dapat dikembalikan pada
beberapa pokok:
4.1. Prinsip dasar: analogi
Esoterisme
berusaha memberikan keterangan total tentang alam semesta dan hal itu
dilakukannya lewat suatu analogi. Sebagaimana bayi terikat dengan
ibunya oleh tali pusar, demikian pula kita semua terikat pada atmosfir
oleh pernapasan. Sebagaimana segala sesuatu yang terjadi pada si ibu
berpengaruh terhadap si bayi, demikian pula apa yang terjadi di alam
semesta berpengaruh terhadap hidup kita, terhadap batin kita, atau
lebih tepat mempengaruhi tubuh astral kita.
Manusia pada dasarnya terdiri dari tiga prinsip:
- unsur fisik, yang berasal dari dunia ini, yaitu tubuh.
- unsur astral, yang berasal dari alam astral, alam bintang-bintang, dan roh-roh.
- unsur rohani, bersifat illahi.
Pengaruh
dan hubungan timbal-balik banyak sekali di antara ketiga unsur ini.
Sebagaimana sebuah batu yang dilemparkan ke dalam air menghasilkan
lingkaran-lingkaran konsentrik yang tak terbatas, demikian pula setiap
gerak dalam alam astral, khususnya bintang-bintang, mempunyai pengaruh
terhadap seluruh ada kita. Kita direndam dalam alam semesta.
Yang
paling batiniah pada manusia menggambarkan yang paling luhur pada
Allah. Maka mengenal manusia dengan baik, berarti mengenal Allah dengan
baik pula. Kebenaran yang ada pada manusia pada hakekatnya sama dengan
‘Kebenaran yang ada pada Allah.’ Kita ini adalah percikan dari Allah
kosmik itu. Maka itu, realisasi diri sendiri merupakan jalan terpendek
untuk mencapai Allah.
Dalam
kelompok ini kita jumpai banyak kelompok-kelompok kecil lainnya. Di
dalamnya termasuk antara lain: teosofi, antroposofi, Persaudaraan Putih
Universal, dan banyak gerakan lain yang berinspirasi pada budhisme dan
hinduisme.
Refleksitc "Refleksi"
Sepintas
lalu ajaran tersebut menarik bagi orang yang kurang dalam iman dan
pengetahuan agamanya, namun sesungguhnya mengandung banyak kesesatan.
4.2. Esoterisme dan pengaruh dari roh jahat
Beberapa
kelompok dalam golongan ini mempropagandakan perkembangan
kekuatan-kekuatan paranormal, energi pelbagai macam tubuh, vision
astral, dll. Maka, orang masuk ke dalam bidang okultisme. Mengapakah
hal itu jahat di mata orang kristen? Sebab manusia harus berpaut secara
utuh kepada Tuhan, karena ia milik Tuhan. Jika ia merampas sesuatu dari
Allah dengan memperkembangkan kehendaknya untuk berkuasa secara otonom,
ia terjatuh ke dalam tangan kuasa lain. Di sinilah letak jerat dan
pesona si jahat.
Kecuali
itu kelompok itu sendiri juga dapat mempunyai pengaruh negatif terhadap
pengikutnya. Sukar sekali orang menghindarkan diri daripadanya.
Pada
dasarnya astrologi, kemampuan melihat jauh dan kekuatan-kekuatan
paranormal itu bersifat netral. Kriteria tentang nilai atau bahayanya
tergantung dari cara kita memakainya: “Apakah praktek-praktek ini
menjadikan saya lebih bebas atau tidak? Apakah itu membawa saya semakin
dekat kepada Allah ataukah kepada diri sendiri?” Secara teoritis orang
yang memakai kemampuan paranormal dapat tetap netral . Itu teorinya.
Tetapi karena situasi dosa, dalam kenyataannya orang yang mempergunakan
semuanya itu memang mudah sekali jatuh ke dalam kesesatan.
Tanggapan kita:
Discernment yang seimbang
Dari
satu pihak, kita harus waspada dan berjaga-jaga terhadap aliran-aliran
esotero-okultisme yang sekarang ini sedang melanda dunia. Namun dari
pihak lain, kita juga harus tetap memakai akal budi yang sehat. Kita
harus mendekati semuanya dengan pandangan iman yang seimbang, sambil
mem-perhatikan juga pandangan Gereja sendiri. Tidak semuanya yang ada
dalam bidang paranormal itu jelek, tetapi juga tidak semuanya baik,
seperti yang sudah kita lihat. Dalam hal ini kita harus menjauhkan
segala bentuk pandangan yang ekstrim.
Ekstrim
yang satu tanpa pandangan yang kritis menerima segala gejala paranormal
sebagai dari Tuhan datangnya dan bahkan ada yang menyamakan tenaga
dalam, magnetisme dan prana dengan kuasa Roh Kudus. Itu suatu hujatan.
Walaupun memang benar ada kekuatan-kekuatan paranormal yang bersifat
alami dan bukan ber-asal dari kuasa kegelapan, serta dapat dipakai
untuk penyembuhan, namun menyamakannya begitu saja dengan kuasa Roh
Kudus adalah suatu hojatan. Kecuali itu daya kekuatan itu sangat
terbatas dan mudah menjerumuskan orang ke dalam dunia kegelapan,
padahal dalam iman kita dapat memiliki kuasa Roh Kudus yang jauh lebih
besar dan aman, ‘Mengapa harus memakai kekuatan paranormal untuk
penyembuhan?’ Belum lagi penipuan-penipuan yang sering menyertai
pengobatan semacam itu.
Dari
pihak lain kita juga harus menghindari ekstrim yang lain, yang melihat
dalam segala sesuatu kuasa setan. Radiestesi, magnetisme, penyembuhan
non-medis, pengobatan lewat pijat, sinse, astrologi humanis, tidak
dengan sendirinya merupakan manifestasi dari si jahat. Maka, menyamakan
semuanya dengan manifestasi setan justeru menguntungkan karya setan itu
sendiri serta merugikan karya Roh Kudus.
Misalnya,
menyamakan yoga dan zen begitu saja dengan dengan praktek-praktek tidak
sehat, bahkan diabolik, berarti melupakan kenyataan, bahwa hinduisme
dan budhisme yang murni adalah bagian dari usaha-usaha terindah umat
manusia untuk berpaling kepada Tuhan Sang Pencipta. Gereja sendiri
dalam Konsili Vatikan II (Lumen Gentium 16) menghendaki, agar kita bisa
membeda-bedakan unsur-unsur yang baik dengan unsur-unsur yang sesat,
walaupun itu bukan hal yang mudah.
Bila praktek-praktek itu berubah menjadi sesuatu yang bersifat magis,
atau mencari keselamatan lewat pengenalan dan bukan karena rahmat, atau
mengubah sarana menjadi tujuan, ataupun menggantikan agama dengan
praktek-praktek tertentu, maka kita jatuh dalam cengkeraman si jahat.
Karena itu memang tidak bijaksana begitu saja memperkembangkan
kemampuan-kemampuan paranormal, atau mempraktekkan teknik-teknik
meditasi tanpa dasar yang kuat. Kalau demikian semuanya berubah menjadi
negatif dan merugikan. Namun kalau hanya mempraktekkan postur-postur
yoga tertentu atau tai-chi dengan tujuan sebagai olah raga, hal itu
tidak ada hubungannya dengan setan. Melihat setan dimana-mana, berarti
memberikan kehormatan kepadanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima Kasih untuk Komentar Anda yang membangun, Semoga menjadi berkat bagi kita semua... Amin. GBU