Oleh : Ir. Snk. Sadoki Waruwu., M.A.
“Apakah terberkati jemaat kalau saya khotbah?” Inilah evaluasi saya awal tahun ini. Saya ingin tahu, karena percuma saya khotbah tgl 27 Januari 2013 ini kalau mereka tidak meng harapkan saya khotbah.
Kata kuncinya “TERBERKATI”, di luar itu saya tidak mau khotbah, meskipun salam tempelnya tebal (maaf, hanya bercanda). Apakah mereka mendapat berkat nggak? Itu yang saya rindukan, tetapi siapa yang saya tanya? Ini dia, sahabat yang sering dengar khotbah saya, Bpk Ama Evan Lase. Dasar khotbah saya, Lukas 4:14-22.
Dan Anda tahu, apa jawabannya adalah menjadi renungan saya sepanjang tahun 2013 setiap kali saya khotbah, selalu saya ingat nasehatnya. Terima kasih teman!
“Tolong Sahabat, berikan koreksi tentang khotbah saya selama ini. Saya juga minggu ini berkhotbah tentang “Siapa Yesus dan aku Sebenarnya?” kata saya pada Ama Evan Lase. Saya bertanya supaya khotbah saya selama 2013 ini sungguh membawa perubahan.
Jawabannya yang sangat ‘Membuka mata saya’ hanya satu kata yang menonjol “PENERAPAN”.
“Penerapan?! Saya berseru” langsung saya potong pembicaraannya.
“Ya…. Penerapan, buat apa banyak teori dan tidak bisa diterapkan.” Dia menegaskan
“Setiap kita pasti tahu siapa Yesus, Dia berkuasa, Juruslamat, Dia adalah TUHAN. “ itu tentang Yesus. Tetapi ini yang penting bagi saya, “Bagaimana menerapkan Yesus dalam hidup saya TIAP harinya” Saya pulang gereja dan apa yang sudah saya dengar, dapat saya terapkan dalam hidup saya mulai senin sampai sabtu, akhirnya hidupku berubah. Selanjutnya Ia jelaskan.
“Penerapan. . . itu hal yang paling penting dalam khotbah saya tahun ini.” kata saya dalam hati. Saya terus diam merenungkan yang barusan teman saya katakan tadi.
Tiba-tiba memecah suasana dan ia lagi mengatakan satu hal pada saya.
Katanya, “Satu lagi bang, supaya ‘Mendarat’ khotbahnya harus mengetahu siapa jemaat kita. Hamba Tuhan sebaiknya peka dengan kondisi jemaat, apakah ada yang perlu dipulihkan Tuhan. Saya melihat jemaat kita hampir setengahnya bekerja di bidang ‘Koperasi’ dan masih terikat kebiasaan merokok.’ “
Saya tidak anti koperasi, itu bidang usaha yang sangat baik membangun penghidupan, hanya saja caranya yang perlu dikoreksi/diperbaiki, seperti pada saat mereka di lapangan, Marketing kadangkala marah-marah secara berlebihan kepada pelanggan, dan juga bagaimana pengusahanya dalam mengelola usahanya agar berkenan kepada Tuhan. Dalam bekerja seharusnya kita bertumbuh dalam Tuhan, bukan menjauh dari Tuhan. Belajar menjadi berkat dalam seluruh kehidupan termasuk dalam pekerjaan.
Kesimpulan saya “Koperasi tidak salah, yang salah kadang-kadang adalah orangnya.“ dan jangan ‘Orang buta menuntun orang buta.’ Kita juga harus membangun kedewasaan iman dan pemahaman rohani kita agar tidak salah menuntun orang. Keberadaan Gereja seharusnya membuka mata, karena tugas gereja menyampaikan kebenaran walau resikonya menyinggung perasaan. Gereja jarang mengupas hal itu tahun lalu, sepertinya hamba Tuhan takut mereka tersinggung.
“Tugas hamba Tuhan memberi pemahaman tentang menjadikan pekerjaan sebagai ladang pelayanan, dan Buat penerapan sekitar pekerjaan mereka. Dan saatnya memberi pencerahan tentang merokok. Bahwa tubuh kita adalah Bait Allah.” Itu menurut saya, kata teman saya itu dengan bernada sedih.
“Pastikan kepada siapa Abang berbicara dan berbicara dengan bahasa mereka.” Buatlah mereka mudah menangkap dan dapat menerapkan dalam pekerjaannya. Karena jemaat kita, memiliki bahasa ‘koperasi’, tentu bila kita berbicara dalam bahasa ‘politik’, kan tidak nyambung dong?
“Memang berat” katanya. Tetapi apakah kita, menyenangkan hati Tuhan atau manusia. Seorang hamba Tuhan, bila takut menegur, akhirnya membelokkan khotbahnya supaya tidak tersinggung orang tertentu. Pengusaha tersinggung maka perpuluhan tidak terkucur. Inilah dilema hamba Tuhan dalam menyampaikan khotbah.
Saya bernafas panjang mendengar ucapannya itu, karena itu sesungguhnya kondisi jemaat kami. Saya tertegun sebentar dan mengiyakan ucapannya. Saya mengatakan kepadanya, “Saya bisa menangkap arti ‘PERUBAHAN’ yang disampaikan oleh Bpk Ama Evan Lase.
“Siapa yang sering berubah?” Saya tanggapi penjelasannya. Dia serius mendengar saya.
“Ya…. Yang saya maksud adalah jangan jangan hamba Tuhan yang ‘sering berubah dan dipulihkan, bukan jemaatnya.” Saya tegaskan.
Kadang-kadang hamba Tuhan ataupun Pendeta merubah khotbahnya, demi menyesuaikan diri supaya tidak dibenci jemaat. Seorang hamba Tuhan kalau dibenci bisa terdepak dari gereja lalu dipindahkan.
Ketakutan saya adalah seorang hamba Tuhan ataupun Pendeta ‘Lawan satu’ dengan jemaat. Kata saya menegaskan.
Ini yang saya maksud, “hamba Tuhan ataupun Pendeta berubah dan jemaat tidak pernah berubah.”
“Apa ada saranmu, Ama Evan?” saya minta dia lagi mengkritik saya lebih dalam, sebelum kami berpisah. “Pendeta melayani Tuhan, bukan manusia” Katanya singkat, sambil menatap saya.
“Jelaskanlah itu” saya menjawabnya dengan penuh antusias.
Intinya hanya satu katanya, “Menghadap Tuhan terus menerus sebelum khotbah, karena Jawaban dari pada-Nya, apa yang Tuhan inginkan disampaikan ke jemaat. Seperti menghadap matahari semakin terang. Semakin dekat kepada terang, semakin jelas dan terang benderang .” Di mana posisi abang sekarang menghadap atau membelakangi ? Selama kita membelakangi maka terus berjalan membelakangi dan menjauh menuju ke semakin gelap, muncullah masalah. Itu saja, selamat khotbah besok dan kami berpisah.
Besok Kotbah
Saya praktekkan apa yang saya dapat dari teman saya tadi dan dalam hati, berkata “Tuhan, apa yang saya sampaikan karena hanya dari-Mu semua jawaban ?” saya terus menerus berdoa, karena jangan jangan saya ingin ‘untung’ justru nanti saya ‘puntung’.
Tuhan taruh dalam hatiku, dua penerapan dalam Lukas 4:14-22.
Penerapan pertama ayat 18.
“Roh Tuhan Ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin;”
Ayat itu memberi kita 3 langkah yang harus diikuti. Langkah pertama, Yesus mengatakan Roh Tuhan ada dalam-Nya. Langkah kedua, Roh itu mengurapi-Nya dan langkah ketiga baru MELAYANI. Seperti satu formula pelayanan.
Jadi keberhasilan dalam pelayanan TAHUN 2013 sesuai formula ini, “Pengurapan mendahului pelayanan.” Tanpa pengurapan, kotbah hanya menembus kepala bukan hati.
Tanpa pengurapan pelayanan, tidak terjadi pembebasan. Ikuti formulanya, maka kita bisa melakukan seperti Yesus. Inilah satu jawaban, tanpa pengurapan, kotbah membuat tersinggung.
Penerapan kedua, ayat 22
“Bukankah Ia ini anak Yusuf?” Mereka memiliki alasan untuk menolak-Nya, sehingga tidak terjadi mujizat di tempat Dia dibesarkan.
“ Penerapannya adalah hati-hati dengan kata-kata kita.”
kata saya dalam khotbah saya itu” ini sangat penting selama tahun 2013 ini
Saya katakan, “Satu kata bisa menghentikan saya dari segala sesuatu dan saya tidak berubah.”
Sebaliknya, saya katakan, “Satu kata juga akan menubah segala sesuatu.”
Misalnya, ‘Saya tidak bisa’ ialah salah satu kata-kata yang paling kuat untuk menghentikan kita melakukan segala sesuatu. Tetapi kita mengatakan, ‘Saya mau’ akan merubah hidup kita. Ketika kita bertemu dengan Yesus dan mengatakan ‘Aku mau’ maka mujizat terjadi.
Menurut pakar psikologi untuk menerapkan ‘SATU KEBIASAAN BARU’
“Lakukan itu setiap hari maka akan menjadi satu kebiasaan apabila melakukannya selama 30 hari.” Katakan, mulai hari ini, berhenti merokok, selama 30 hari, hal itu ‘TERBIASA TIDAK MEROKOK’ setelah melewati masa sulit itu selama 30 hari.
Selamat menerapkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima Kasih untuk Komentar Anda yang membangun, Semoga menjadi berkat bagi kita semua... Amin. GBU