Saya Lukas Bundiyanto, anak pertama dari lima
bersaudara. Kehidupan saya yang hancur berantakan di Bali. Sebenarnya
saya minggat ke Bali karena papa saya marah setelah mengetahui saya suka
ke tempat pelacuran di Magelang.
Kebiasaan ini saya ulangi lagi ketika saya sudah bekerja di Bali dan
tidak hidup bersama dengan pasangan gay saya itu lagi. Jadi di Bali
selain menjalani hubungan sesama jenis, saya juga beberapa kali pergi ke
tempat pelacuran wanita. Semua jenis dosa sudah saya lakukan. Dari
free-sex sampai nge-drugs. Hidup saya benar-benar hancur.
Awal mengenal kehidupan gay
Ketika di pesawat jurusan Yogja – Denpasar saya bertemu dengan seorang
pria. Orang ini bertanya saya mau ke mana dan saya menjawab bahwa saya
minggat. Akhirnya orang itu menawarkan diri apakah saya mau tinggal
bersamanya. Saya menyetujuinya.
Minggu-minggu pertama tidak ada apa-apa. Namun memasuki minggu ketiga
pria ini melakukan sesuatu yang ‘aneh’ terhadap saya. Dia mulai
menggerayangi tubuh saya. Ternyata dia seorang gay.
Awalnya saya jijik karena ini adalah awal hubungan saya dengan sesama
jenis. Namun karena sungkan atas pertolongannya selama ini akhirnya
saya ikuti saja keinginannya. Lama-kelamaan saya jadi menikmati hubungan
sejenis itu. Saya hidup bersama dengannya kurang lebih selama enam
bulan. Setelah itu kami pisah karena saya sudah bekerja dan memiliki
penghasilan sendiri. Saya bekerja sebagai tukang pijat plus.
Pergi ke gereja
Pada suatu hari di Minggu pagi di bulan Desember 1997 untuk pertama kalinya saya menginjakkan kaki saya ke gereja. Saya diajak oleh seorang teman kost saya yang bernama Esther. Saya tidak tahu kenapa pagi itu saya ada keinginan untuk pergi ke gereja. Padahal malamnya sampai jam 5 pagi hari saya baru clubbing ke beberapa diskotik di daerah Kuta. Dan malam itu ada pemeriksaan narkoba. Saat itu saya membawa ecstasy. Semua kami digeledah.
Pada suatu hari di Minggu pagi di bulan Desember 1997 untuk pertama kalinya saya menginjakkan kaki saya ke gereja. Saya diajak oleh seorang teman kost saya yang bernama Esther. Saya tidak tahu kenapa pagi itu saya ada keinginan untuk pergi ke gereja. Padahal malamnya sampai jam 5 pagi hari saya baru clubbing ke beberapa diskotik di daerah Kuta. Dan malam itu ada pemeriksaan narkoba. Saat itu saya membawa ecstasy. Semua kami digeledah.
Oleh anugrah dan kemurahan Tuhan saat itu saya lolos. Karena saya
berhasil membuang ecstasy tersebut tanpa diketahui oleh aparat. Padahal
saat itu saya belum mengenal Tuhan Yesus. Sedangkan teman saya saat itu
berhasil ditangkap dan dipenjara selama 6 tahun.
Pagi itu ketika pulang dari gereja saya tidak merasa ada sesuatu yang
spektakuler. Semua berjalan biasa saja. Tapi entah kenapa Minggu
depannya lagi yaitu tanggal 4 Januari 1998 saya punya kerinduan untuk
datang ke gereja itu lagi. Kali ini saya merasa berbeda. Merasa ada
kedamaian di dalam hati saya. Meskipun demikian saya tetap masih
melakukan kewajiban agama saya. Kemudian pada tanggal 11 Januari 1998
adalah Minggu yang ke-3 saya datang ke gereja.
Ketika sedang kebaktian pada jam 8 pagi saya mendengar ada suara pria
yang berkata, “Saatnya Aku memanggilmu sekarang.” suaraNya jelas
sekali. Saya mendengarnya secara audible. Kemudian saya melihat ke kanan
dan ke kiri saya barangkali ada pria yang berbicara kepada saya. Namun
kiri dan kanan saya adalah wanita. Suara itu saya dengar sampai tiga
kali. Dalam hati saya berkata ini suara Tuhan Yesus.
Tapi saya tidak percaya saat itu kalau itu suara Tuhan. Suara itu
saya abaikan saja. Namun ketika ada tantangan altar call saya tidak tahu
tiba-tiba saya bisa rebah di tempat duduk saya, kemudian saya bangkit
kembali dan berlari ke depan mimbar. Saat itu yang melayani adalah
seorang hamba Tuhan dari Amerika. Ketika itu berkata (saya baru tahu
kalau itu nubuatan setelah bertobat menerima Tuhan Yesus), “Kamu akan
menjadi penyelamat keluargamu dan menjadi terang buat keluargamu dan
bangsa-bangsa.”
Mendengar suara Tuhan
Sejak saat itu, mulai Minggu depannya lagi tanggal 18 Januari 1998 saya punya kerinduan yang sangat dalam untuk mengenal Tuhan Yesus bahkan dibaptis. Kemudian saya mulai ikut komsel (di GBI Lembah Pujian namanya Komunitas Mesianik). Akhirnya saya menyerahkan diri saya untuk dibaptis pada tanggal 25 April 1998. Saya menerima Tuhan Yesus di dalam keadaan saya berhutang kurang lebih 40-an juta.
Sejak saat itu, mulai Minggu depannya lagi tanggal 18 Januari 1998 saya punya kerinduan yang sangat dalam untuk mengenal Tuhan Yesus bahkan dibaptis. Kemudian saya mulai ikut komsel (di GBI Lembah Pujian namanya Komunitas Mesianik). Akhirnya saya menyerahkan diri saya untuk dibaptis pada tanggal 25 April 1998. Saya menerima Tuhan Yesus di dalam keadaan saya berhutang kurang lebih 40-an juta.
Karena saya korupsi uang kantor dan ketahuan setelah diaudit.
Akhirnya saya harus mencicil hutang saya dengan cara gaji saya dipotong.
Namun tetap tidak bisa melunasi hutang saya seluruhnya. Saya hanya bisa
melunasi setengahnya. Saya tidak tahu lagi bagaimana caranya. Ketika
sedang mengendarai motor saat pulang kerja keluarlah nyanyian ini dari
mulut saya, “Dia buka jalan saat tiada jalan…”. Kemudian ada kalimat
firman Tuhan yang tiba-tiba keluar menjadi rhema buat saya yaitu,
“Dengan tinggal tenang terletak kekuatanmu.” Keesokan harinya saya bisa
dengan berani menghadap pimpinan saya mengaku semua kesalahan saya dan
dia memberikan kesempatan kepada saya buat mencicil hutang saya.
Bahkan dia meminjamkan motornya buat saya pakai. Saya melihat
keajaiban dan pertolongan Tuhan di dalam hidup saya. Karena orang-orang
yang tadinya saya harapkan dapat menolong saya ternyata tidak dapat
membantu. Saat itu saya ingat lagi Firman Tuhan yang berkata, “Janganlah
berharap dan bersandar kepada manusia.” Saat itu saya menangis dan saya
semakin sungguh-sungguh datang kepada Tuhan. Kemudian saya mulai rajin
mengikuti doa malam juga.
Pertolongan Tuhan
Dalam doa malam itu Tuhan kembali membuktikan pertolongannya. Ada seorang ibu yang mendatangi saya dan berkata, “Tuhan memberitahukan tante bahwa kamu ada masalah berat, tapi bukan masalah keluarga, pekerjaan atau pacar tapi keuangan. Berapa jumlahnya?” Awalnya saya tidak mau menyebutkan jumlahnya karena sungkan, namun setelah didesak saya sebutkan angka yang masih harus saya selesaikan yaitu hutang saya sebesar Rp.22 juta.
Dalam doa malam itu Tuhan kembali membuktikan pertolongannya. Ada seorang ibu yang mendatangi saya dan berkata, “Tuhan memberitahukan tante bahwa kamu ada masalah berat, tapi bukan masalah keluarga, pekerjaan atau pacar tapi keuangan. Berapa jumlahnya?” Awalnya saya tidak mau menyebutkan jumlahnya karena sungkan, namun setelah didesak saya sebutkan angka yang masih harus saya selesaikan yaitu hutang saya sebesar Rp.22 juta.
Saat itu beliau berkata, “OK, hari Minggu kamu ambil uangnya. Tante
cuma minta kwitansinya aja.” Saat itu saya menangis. Ternyata enam tahun
kemudian beliau baru cerita bahwa uang itu adalah hasil penjualan
tokonya yang ada di Bedugul dan jumlahnya persis seperti yang saya
sebutkan di atas. Hutang saya lunas! Tuhan memang luar biasa!
Namun ketika Tuhan menangkap hidup saya, saya mulai meninggalkan
semua dosa-dosa lama. Tidak seketika memang, semuanya berjalan melalui
proses. Saya mulai meninggalkan komunitas saya yang lama dan mulai
membangun hidup yang baru dengan keluarga rohani sejak saya mengenal
kebenaran di dalam Tuhan Yesus. Saya dilayani pelepasan dari keterikatan
saya dengan hubungan sesama jenis dan dosa-dosa lama saya lainnya. Saya
dilayani oleh Ibu I Ketut Labek. Saya mulai ikut Sekolah Orientasi
Melayani, saya ikut komsel dan dengan berjalannya waktu mulai ambil
bagian di dalam pelayanan. Saya angkut-angkut kursi, kemudian saya
menjadi ketua komsel dan aktif di dalam creative ministry.
Jatuh bangun lagi
Namun kehidupan saya selanjutnya tidak berjalan dengan mulus. Pada akhir tahun 1999 sampai awal tahun 2000 saya jatuh lagi di dalam dosa homoseksual. Saya jatuh lagi karena saya kecewa dan kepahitan dengan orang yang sudah saya anggap kakak rohani saya sendiri. Padahal saat itu saya sudah dipercayakan melayani sebagai ketua komsel.
Namun kehidupan saya selanjutnya tidak berjalan dengan mulus. Pada akhir tahun 1999 sampai awal tahun 2000 saya jatuh lagi di dalam dosa homoseksual. Saya jatuh lagi karena saya kecewa dan kepahitan dengan orang yang sudah saya anggap kakak rohani saya sendiri. Padahal saat itu saya sudah dipercayakan melayani sebagai ketua komsel.
Saya sudah percaya kepada dia, tapi waktu itu dia membuat saya
tersinggung, sakit hati sehingga saya jatuh lagi. Pada saat yang
bersamaan dengan itu juga mantan pacar sesama jenis saya menghubungi
saya kembali. Sehingga saya jatuh lagi selama kurang lebih enam bulan.
Saya tidak ke gereja lagi karena saya dituduh korupsi uang
perusahaan. Jadi saya melarikan diri dari Tuhan dan persekutuan dengan
saudara seiman. Saat itu saya berniat pergi ke Jakarta. Namun Tuhan
tidak izinkan sehingga detik-detik saya mau berangkat ke Jakarta saya
mengalami sakit panas yang sangat tinggi.
Pemulihan terjadi
Karena lama-kelamaan saya tidak pernah kelihatan datang ke gereja, beberapa orang sahabat saya heran. Akhirnya mereka bertanya ada apa dengan saya dan saya menceritakan semua kejadian yang saya alami. Itulah gunanya sahabat. Jadi ketika kita menghadapi masa-masa yang buruk dan tidak menyenangkan merekalah yang menopang kita dan membawa kita bangkit kembali. Kalau tidak ada mereka saya benar-benar terhilang.
Karena lama-kelamaan saya tidak pernah kelihatan datang ke gereja, beberapa orang sahabat saya heran. Akhirnya mereka bertanya ada apa dengan saya dan saya menceritakan semua kejadian yang saya alami. Itulah gunanya sahabat. Jadi ketika kita menghadapi masa-masa yang buruk dan tidak menyenangkan merekalah yang menopang kita dan membawa kita bangkit kembali. Kalau tidak ada mereka saya benar-benar terhilang.
Akhirnya saya mau datang ke gereja lagi. Dan saya tinggal bersama
sahabat saya yang bernama Suhardiman selama 3 tahun. Dari tahun 2000
sampai tahun 2003. Karena saat itu saya terus dikejar-kejar pasangan gay
saya yang dulu. Satu pelajaran yang saya tangkap adalah ketika kita
lemah kita harus memiliki sahabat yang melindungi dan meng-cover kita.
Jadi ketika kita lemah kita tidak boleh tinggal sendiri. Karena pasti
jatuh.
Dalam sebuah fellowship gereja di Bedugul hubungan saya dengan kakak
rohani saya itu dipulihkan. Memang butuh waktu untuk mengembalikan
hubungan yang sempat retak yaitu kurang lebih setahun sampai Tuhan
pulihkan di Bedugul itu.
Kemudian saya mulai pelayanan lagi. Saya melayani di Sekolah Minggu.
Tahun 2004 saya mulai pelayanan sekolah minggu ke daerah-daerah di timur
Indonesia seperti di Kupang – NTT. Tahun 2005 saya pelayanan di
Waingapu dan Waikabubak. Di sana kami mengadakan KKR anak. Juni 2006,
saya juga pelayanan ke Papua.
Pada bulan Mei 2005 lalu saya ditahbiskan sebagai Pendeta Pembantu.
Karena panggilan Tuhan yang begitu kuat dalam hidup saya, khususnya di
pelayanan anak, akhirnya saya memutuskan menjadi pelayan Tuhan sepenuh
waktu. Sehari-hari saya melayani sebagai penyiar radio ROCK FM di Lembah
Pujian Bali.
Saya percaya bahwa Tuhan sudah punya rencana dalam hidup saya jika
saya bisa seperti sekarang ini. Orangtua dan keluarga saya yang tadinya
tidak bisa menerima saya karena saya pindah agama dan ikut Tuhan Yesus,
sekarang malah senang apalagi saya sudah menjadi hamba Tuhan. Bahkan
beberapa waktu yang lalu saya sempat mengajak kedua orangtua saya
berlibur ke Bali, tempat di mana saya mengalami perjumpaan dengan Tuhan
Yesus yang mengubah hidup saya yang tadinya bergelimang dosa, kemudian
dipulihkan dan sekarang diangkat menjadi alat kerajaanNya.
“Buangkanlah dari padamu segala durhaka yang kamu buat
terhadap Aku dan perbaharuilah hatimu dan rohmu! Mengapakah kamu akan
mati, hai kaum Israel?”
(Yehezkiel 18:31)
Sumber: http://www.kisahnyatakristen.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima Kasih untuk Komentar Anda yang membangun, Semoga menjadi berkat bagi kita semua... Amin. GBU