"Aku
tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak ada
rencana-Mu yang gagal. . . . Hanya dari kata orang saja aku mendengar
tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau.” Ayub
42:2,5
Sebuah lagu “Indah Rencana-MU, Tuhan” merupakan
lagu yang tidak asing lagi di telinga para pendengarnya. Lagu itu
mempunyai syair dan melodi yang sangat indah dan mudah diikuti oleh
kita semua. Lirik lagu itu demikian:
Indah rencana-MU, Tuhan,
di dalam hidupku.
Walau ku tak tahu dan ku tak mengerti, semua jalan-MU.
Dulu ku tak tahu Tuhan, berat kurasakan.
Hati menderita dan ku tak berdaya, menghadapi semua.
Tapi ku mengerti s’karang,
KAU tolong padaku.
Kini ku melihat dan merasakan
indah rencana-MU.
Lagu
ini mudah dicerna dan dihayati bukan saja kata-katanya yang pendek,
tetapi juga mempunyai makna nostalgia hidupnya bersama Tuhan. Lagu itu
menceritakan pertolongan dan penyertaan Tuhan dalam kehidupan
seseorang. Dulu ia mengalami kehidupan yang berat, sehingga ia tidak
berdaya. Saat ini, orang tersebut mengagungkan Tuhan yang telah
berkarya dengan indah. Pengalaman seseorang lewat lagu itu mengingatkan
kita tentang kehidupan Ayub dan mungkin kita semua.
Kisah Ayub
bukanlah kisah yang asing dan usang. Penderitaan Ayub begitu bersahabat
di telinga kita. Ayub sebagai orang yang terkaya di negerinya dan
mempunyai anak sepuluh orang. Mungkin hartanya tidak habis untuk tujuh
generasi anak cucunya.
Ia bukan saja sebagai orang yang kaya
secara materi, tetapi juga ia kaya rohani: saleh, takut akan Tuhan,
menjauhi kejahatan. Rasanya Ayub adalah orang yang sempurna banget.
Tiba-tiba, semua kekayaan habis dan kesepuluh anak-anaknya meninggal
dunia. Ia bukan saja menderita secara materi, tetapi fisik, yaitu
tubuhnya menderita penyakit semacam kudis yang sangat gatal
sampai-sampai menanah dan keluar binatang sejenis belatung. Dalam
kondisi seperti itu, isteri Ayub yang semestinya mendampingi dan
menghibur Ayub; ternyata mulai goyah imannya dan mengutuki Ayub dan
keyakinannya kepada Allah. Teman-temannya pun menghina dan menuduh Ayub
sebagai orang yang pantas dan layak dihukum Allah. Penderitaan Ayub
sesempurna dengan kekayaannya.
Siapa yang dapat bertahan
seperti Ayub? Sebagai manusia, Ayub tak kuat menghadapi penderitaan
yang sedemikian berat. Ayub dalam kondisi depresi yang sangat berat.
Dalam
pergumulannya, ia menyesali dan mengutuki hari kelahirannya. Ia
merasakan lebih baik tidak usah lahir dan mati saja. Di tengah-tengah
tuduhan teman-temannya, Ayub mencoba bertahan dan membela diri di
hadapan Tuhan bahwa dirinya tidak bersalah. Walau dalam kondisi seperti
itu, Ayub tidak meninggalkan Tuhannya. Ia tetap setia kepada-NYA. Pada
akhirnya, Ayub mengatakan: “Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan
segala sesuatu dan tidak ada rencana-MU yang gagal. ... Hanya dari kata
orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri
memandang Engkau”.
Perkataan Ayub mengandung dua hal.
Pertama, Ayub yakin bahwa Tuhan sanggup melakukan segala sesuatu dan tidak ada yang gagal.
Kedua,
dulu Ayub hanya mendengar dari orang lain, tetapi sekarang ia
menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri tentang karya Tuhan. Ayub
diberkati Tuhan karena kesetiaannya kepada Tuhan.
Dalam
kehidupan, kita banyak menghadapi “gelombang atau badai” di tengah
kehidupan keluarga kita. “Gelombang atau badai” pasangan yang
berselingkuh. “Gelombang atau badai” pasangan yang dominan dan cerewet.
“Gelombang dan badai” mertua atau menantu yang tak tahu diri.
“Gelombang dan badai” anak-anak yang tidak menurut nasehat orang tuanya
(terjerat mabuk-mabukan, narkoba, kenakalan remaja). “Gelombang dan
badai” bisnis yang macet dan ekonomi yang menghantam kebutuhan rumah
tangga kita.
Masih banyak lagi “gelombang dan badai” yang menerpa kehidupan keluarga dan rumah tangga kita.
Biasanya,
apa yang terjadi dan apa yang kita lakukan, bila kita dalam kondisi
seperti itu? Meninggalkan Tuhan? Bercerai? Bunuh diri? Melakukan yang
tidak baik? Itu pilihan-pilihan yang sangat menggoda. Sebaliknya,
pernahkan kita berpikir dan berusaha untuk tetap setia kepada Tuhan?
Pernahkah kita berpikir bahwa Tuhan tidak meninggalkan kita?
Pernahkah
kita berpikir bahwa Tuhan sanggup melakukan segala sesuatu dan tidak
ada yang gagal? Pernahkah kita berpikir bahwa Tuhan begitu peduli
dengan kita? Kalau kita pernah berpikir secara positif tentang
kehidupan dan Tuhan, maka lakukanlah dengan setia.
Biasanya,
bila kita senang dan merasa enak bila mendengarkan kesaksian seseorang
yang hidupnya sukses atau berhasil. Sebaliknya, kita tidak pernah tahu
tentang perjuangan, penderitaan seseorang sebelum orang itu berhasil
atau sukses. Biasanya, kita mau melakukan segala sesuatu kalau hidup
kita pasti sukses dan berhasil. Sesungguhnya, keberhasilan itu dirintis
dari perjuangan dan penderitaan. Semuanya itu dituntut: kesetiaan.
Dengan kesetiaan kita pribadi dan keluarga kepada Tuhan, maka kita baru
bisa melihat rencana Tuhan begitu indah dalam kehidupan kita.
Sebaliknya, bila tidak ada kesetiaan, maka kita sulit melihat rencana
Tuhan yang indah dalam hidup kita. Selanjutnya, kesetiaan kita untuk
melihat karya Tuhan dalam penderitaan dan perjuangan hidup kita, maka
hal itu akan menjadi kesaksian yang indah bagi orang lain yang
melihatnya; sehingga nama Tuhan dimuliakan dan diagungkan. Amin.
Pdt. Sugiarto Sutanto,M.Min.
Syallom... Weblog Faomasi Zoaya ini memuat perjalanan iman bersama Tuhan Yesus. Ingat selalu akan kasih pengorbananNya di atas kayu salib, biarlah hidup kita menjadi persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan pada Allah Bapa. Kiranya dapat Menjadi Berkat, menguatkan iman dan menjadi kemuliaan bagi Allah Bapa di sorga. Amin. Tuhan Yesus memberkati.
LABEL
- APA KATA ALKITAB (23)
- ARTIKEL ROHANI (177)
- HUMOR (20)
- I N F O (8)
- KELUARGA (8)
- KESAKSIAN (29)
- LIPUTAN (44)
- LIRIK LAGU (69)
- N I A S (14)
- PUISI (8)
- RENUNGAN (127)
- S E H A T (10)
- T I P S (8)
- U M U M (41)
Pencarian
MARILAH KITA MENJADI BERKAT MELALUI INTERNET, KIRIMKAN TULISAN ANDA YANG MEMBANGKITKAN IMAN, MEMULIHKAN, MEMBAWA JIWA & PERTOBATAN KEPADA TUHAN.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima Kasih untuk Komentar Anda yang membangun, Semoga menjadi berkat bagi kita semua... Amin. GBU