Baca Zefanya 3:9-20
[Tuhan] bergirang karena
engkau dengan sukacita, Ia membaharui engkau dalam kasih-Nya, Ia
bersorak-sorak karena engkau dengan sorak-sorai. (Zefanya 3:17)
Seorang ibu menggendong sambil menyuapi anaknya yang masih bayi.
Tiba-tiba tangan si anak menyenggol piring makanan hingga tumpah
mengotori lantai. Belum selesai si ibu membersihkan tumpahan makanan, si
anak mengompol membasahi baju ibunya. Banyak faktor yang dapat membuat
si ibu merasa kesal, tetapi ia terus merawat anaknya dengan penuh kasih
sayang. Bagi si ibu, anaknya adalah kebahagiaannya.
Menurut Anda, bagaimana Allah memandang kita, anak-anak-Nya? Apakah setiap saat Dia memandang kita dengan perasaan marah, benci, dan kecewa oleh sebab dosa yang tiada henti-hentinya terjadi di dunia ini? Memang Allah sangat membenci dosa, tetapi Dia selalu mengasihi kita. “Ia bergirang karena engkau dengan sukacita… Ia bersorak-sorak karena engkau dengan sorak-sorai” (ay. 17). Sungguh merupakan suatu kenyataan indah, tetapi sulit untuk dipahami bahwa Allah yang Mahakuasa bergirang atas kita. Bayangkan Dia tersenyum setiap kali memandang Anda dan saya!
Saat kita menyadari bahwa orangtua kita sangat menyayangi kita, tentulah kita berterima kasih dan berusaha untuk membahagiakan mereka. Demikian pula dalam hubungan antara kita dan Allah. Kita adalah anak-anak kesayangan-Nya. Mengetahui bahwa Allah begitu mengasihi kita bukan berarti kita dapat berlaku kurang pantas dan hidup bebas dalam dosa. Sebagai wujud rasa syukur telah menjadi anak-anak kesayangan-Nya, hendaknya kita selalu hidup dalam kekudusan dan kasih, seperti yang dikehendaki-Nya. —LIN
KASIH DAN SUKACITA ALLAH ATAS KITA KIRANYA MEMOTIVASI KITA
UNTUK HIDUP MENYENANGKAN HATI-NYA
Menurut Anda, bagaimana Allah memandang kita, anak-anak-Nya? Apakah setiap saat Dia memandang kita dengan perasaan marah, benci, dan kecewa oleh sebab dosa yang tiada henti-hentinya terjadi di dunia ini? Memang Allah sangat membenci dosa, tetapi Dia selalu mengasihi kita. “Ia bergirang karena engkau dengan sukacita… Ia bersorak-sorak karena engkau dengan sorak-sorai” (ay. 17). Sungguh merupakan suatu kenyataan indah, tetapi sulit untuk dipahami bahwa Allah yang Mahakuasa bergirang atas kita. Bayangkan Dia tersenyum setiap kali memandang Anda dan saya!
Saat kita menyadari bahwa orangtua kita sangat menyayangi kita, tentulah kita berterima kasih dan berusaha untuk membahagiakan mereka. Demikian pula dalam hubungan antara kita dan Allah. Kita adalah anak-anak kesayangan-Nya. Mengetahui bahwa Allah begitu mengasihi kita bukan berarti kita dapat berlaku kurang pantas dan hidup bebas dalam dosa. Sebagai wujud rasa syukur telah menjadi anak-anak kesayangan-Nya, hendaknya kita selalu hidup dalam kekudusan dan kasih, seperti yang dikehendaki-Nya. —LIN
KASIH DAN SUKACITA ALLAH ATAS KITA KIRANYA MEMOTIVASI KITA
UNTUK HIDUP MENYENANGKAN HATI-NYA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima Kasih untuk Komentar Anda yang membangun, Semoga menjadi berkat bagi kita semua... Amin. GBU