Ada pula gereja yang menawarkan berbagai
“program pemuridan” seperti kelas-kelas, seminar-seminar,
kelompok-kelompok kecil pemuridan. Gereja yang demikian tentu lebih baik
dari gereja yang jemaatnya hanya beribadah pada hari Minggu. Namun
apabila diamati lebih seksama, ternyata “program-program pemuridan” yang
demikian sangat tidak efektif dalam menghasilkan perubahan hidup dan
kepemimpinan. Oleh sebab itu, apabila kita mengamati keadaan gereja
dengan jujur, kita dapat melihat bahwa kualitas karakter gereja tidak
terlalu berbeda dengan karakter dunia ini. Gereja rasanya masih jauh
dari keserupaan dengan Kristus seperti pada gereja mula-mula.
Mengapa gereja masa kini seperti itu?
Tentu banyak faktor yang menyebabkan hal tersebut. Namun, salah satu
faktor penyebab yang utama adalah karena adanya kekeliruan konsep
pemuridan, dan juga karena metode pemuridan yang tidak efektif.
Pemuridan adalah sebuah proses dimana
seorang percaya dengan contoh hidup membiarkan Kristus memakainya
sebagai alat untuk melayani sejumlah orang tertentu dalam waktu
tertentu, dalam perjumpaan satu demi satu (one on one), untuk mencapai
keserupaan Kristus (potensi maksimalnya), demi tujuan pembangunan rumah
Tuhan, serta mereproduksi dirinya sampai generasi ketiga. Tuhan
memerintahkan kepada semua muridNya, bukan hanya kepada rasul-rasulNya
saja, semua orang percaya/ orang kudus, dari pemimpin tertinggi sampai
orang yang baru percaya (Matius 28:19-20) untuk melakukan pemuridan.
Inti pemuridan dapat disimpulkan dalam satu kata, yaitu menjadi “contoh” atau “model”.
Ada seorang anak kecil berusia 4 tahun, lari dari rumah karena terancam disiksa oleh orang tuanya. Namun, ia tersesat di hutan, dan setelah belasan tahun kemudian ia ditemukan telah hidup sama seperti monyet. Anak tersebut bertingkah laku seperti monyet, tidak dapat berjalan tegak, dan tidak dapat berbicara bahasa manusia.
Mengapa anak tersebut tidak hidup normal
seperti manusia-manusia lainnya, padahal ia adalah manusia sejati?
Penyebabnya adalah karena ia tidak terus-menerus melihat contoh manusia
normal lainnya, tetapi melihat contoh dari monyet-monyet yang
menerimanya di hutan.
Demikian pula begitu pentingnya peranan
contoh dalam menuntun orang lain untuk mencapai potensi maksimalnya,
yaitu keserupaan dengan Kristus. Jadi satu-satunya jalan untuk belajar
adalah melalui contoh/ model.
Kristus
berkata, “Jadikanlah sekalian bangsa muridKu ..” (Matius 28:19). Dulu
ketika Kristus datang ke dunia sebagai manusia, Ia-lah yang menjadikan
orang-orang menjadi muridNya/ pengikutNya (Matius 4:19, Lukas 9:23-24).
Setelah Ia mati, bangkit, dan duduk di sebelah kanan Allah Bapa, Ia
tetap melakukan pemuridan. Ia tetap menjadikan orang-orang muridNya,
tetapi sekarang melalui tubuhNya, yaitu murid-muridNya (Matius
28:19-20). Jadi pemuridan bukanlah menjadikan orang murid kita, tetapi
menjadikan orang murid Kristus.
Ada 2 hal yang ekstrim dalam pemuridan: