Oleh : Eben Ezer Lase
Di penghujung tahun 2015 dan di awal tahun 2016, saat yg
tepat utk introspeksi diri akan semua hal, termasuk pelayanan. Refleksi
Pelayanan dlm gereja di tahun 2015 menjadi penilaian objektif, sehingga menjadi
dasar utk menentukan strategi perubahan dan mengambil keputusan penting. Kritik
yg membangun jauh lebih baik dibanding pujian yg melenakan. Membuka diri
terhadap saran / kritik dan mau melakukan perubahan adalah kunci kemajuan.
Beberapa paparan di bawah ini menjadi bagian pengalaman pribadi, yang akhirnya
membuka mata terhadap kenyaataan yang ada.
Mohon dimaafkan, apabila ada tulisan yang kurang berkenan di hati, karena tujuan tulisan ini semata-mata sebagai masukan yang membangun untuk kemajuan bersama.
Dewasa ini, menjadi sebuah dilema apabila sebuah organisasi misalnya gereja lebih
berorientasi pada sisi kuantitas, dan kurang memperhatikan sisi kualitas. Secara
jumlah bertambah, namun secara pembentukan karakter yang sungguh mengasihi dan
taat pada Tuhan terabaikan. Ditambah lagi, apabila Visi gereja yang kurang
terimplementasikan justru menimbulkan kebingungan orientasi di semua bagian (komisi) shg
tdk heran byk bagian yg jadi mandek, tidak tahu harus bagaimana, tidak ada
koordinasi dan akhirnya terasa mengalami kemunduran. Akibatnya, melayani bisa jadi sekedar formalitas, sekedar tampil / ikut2an, atau melampiaskan hobby kumpul2 tanpa
benar2 memahami tujuan pelayanan. Berkumpul lebih karena ingin bergaul dengan
teman sesuku atau segolongan (“kongkow” semata), bukan karena ingin diubahkan dan diperbaharui
Tuhan. Kondisi seperti ini harus diperbaiki untuk mencegah kemunduran dari sisi rohani dan sisi organisasi.
Dengan Kondisi seperti itu, maka setiap orang yg ingin
kemajuan dan perubahan yg lebih baik
pasti mengalami "gelisah
rohani" serta resah dg kondisi stagnasi. Pd akhirnya, bisa saja terjadi, jemaat ataupun majelis yang sungguh merindukan pemulihan dari Tuhan akan memberanikan diri untuk
mengambil keputusan "PENTING" yg bisa saja dianggap ekstrim, termasuk memilih bergabung dengan gereja yang dianggapnya memiliki sistem dan kepengurusan yang lebih mendukung pertumbuhan rohani pribadi & keluarganya, pengembangan diri dan managemen yg lebih tertata.
Sekedar renungan untuk semestinya dilakukan perubahan, beberapa hal yg bisa menjadi Indikasi
stagnasi bahkan kecenderungan Kemunduran dlm Gereja, dan ke 11 INDIKASI ini sebaiknya diantisipasi, kalau kita menghendaki kemajuan, sbb:
INDIKASI 1
Apabila Gereja kekurangan daya utk meneguhkan kasih Kristus dlm
jemaat, maka sering terjadi konflik emosional antar jemaat, dan antar pelayan,
dsbnya yg sering tdk terselesaikan dgn baik. Tata kelola organisasi yg kurang
baik, sering menimbulkan miskomunikasi internal pengurus gereja. Sering ada keputusan sepihak tanpa koordinasi atau pemberitahuan sebelumnya, sehingga kadang ada yang keberatan. Parahnya, bisa
saja muncul perselisihan yang menanamkan akar pahit antar jemaat atau antar pelayan, susah mengampuni. Apa yang terlihat seperti "Kebersamaan dalam Kristus", akan menjadi seperti kamuflase. Kebersamanaan dalam Kristus pasti menuntunkan kita semakin berkenan pada Kristus dan bukan sebaliknya.
Renungan : Apakah gereja sudah menguatkan Kasih Kristus
secara nyata antar jemaat atau antar majelis? Apakah gereja peduli bila jemaat
ataupun majelis yg sudah berbulan2 tidak beribadah di gereja? Atau membiarkan
konflik tanpa penyelesaian yg pasti?
INDIKASI 2
Apabila Gereja dalam menetapkan pelayan / majelis gereja tidak sepenuhnya
menerapkan standar alkitab (misalnya dalam I Timotius 4 : 6 - 16), seharusnya dewasa rohani dan seharusnya sudah bertobat, maka akibatnya untuk jangka
waktu sekian tahun berefek sangat lambat perubahan kehidupan rohani dlm jemaat. Bisa terlihat jelas, firman Tuhan berkata bahwa "tubuhmu adalah bait Allah", namun banyak di antara pelayan yg dulu merokok
tetap merokok, yg dulu hidup sembarangan tetap demikian, yg dulu senang minum minuman memabukkan tetap seperti itu, dan sebagainya. Kekudusan seakan tidak dianggap hal penting & wajib.
Alhasil, Jemaat tidak menjauhkan diri dari minuman “3 huruf” yang memabukan namun justru
memelihara kebiasaan duniawi itu tanpa rasa takut kepada Tuhan.
Renungan : Bukankah Tujuan gereja adalah mendidik &
mengarahkan jemaat khususnya majelis menjadi serupa dengan gambar Kristus. Apa
jadi nya bila pelayan / majelis tidak memberikan contoh yg baik / sesuai firman
Tuhan kpd jemaat? (I Tim. 3 : 1 – 7)